- 15 -

264 33 1
                                    

~ Happy Reading ~

Siang ini, sekolah pulang lebih cepat. Jadinya jam 1 sudah pulang. Tapi, cuaca sedang mendung kategori gelap. Belum lagi suara gluduk(kalo di Surabaya nyebutnya gitu) yang sesekali terdengar.

Yujin masih betah dikelasnya. Ya betah ngerjain tugas. Ia baru ingat besok batas pengumpulan terakhir peta konsep IPA.

" Duh ini gimana lagi buatnya. " Yujin ngedumel sendiri. " Tuh guru mana ngasih bates besok lagi. "

Minhee hari ini ijin tidak masuk. Lebih tepatnya sudah tiga hari. Katanya mau ada urusan keluarganya di luar kota. Tapi sepertinya suatu urusan yang lebih dari urusan keluarga.

Yujin mengehela nafasnya kasar. Lalu ia memasukkan buku-bukunya kedalam tas. Setelah selesai, ia segera berlari keluar dari kelas. Ia memutuskan untuk mengerjakannya di rumah saja.

Tapi...

Hujan sudah turun dengan deras. Tepat saat ia akan menyebrangi lapangan sekolah.

Dengan berat hati ia kembali ke dalam kelasnya. Sesampainya di kelas, ia meletakkan tasnya di meja guru lalu duduk bersandar pada tembok. Ia mendongakkan kepalanya. Lalu ia memasang earphone pada telinganya.

Entah kenapa ia teringat sosok Kang Minhee. Padahal baru juga baru tiga hari dia gak ketemu. Apa dia sudah mempunyai perasaan jauh lebih dari seorang teman.

" Sendirian aja? " tanya seorang cowok pada Yujin. Cowok itu ikut duduk bersandar di sebelah Yujin.

Yujin melepas earphonennya. Lalu ia menoleh kesebelahnya. " Ah elo Jun. Iya nih tadi mau pulang tapi hujannya keduluan turun. "

Mereka berdua saling diam. Saling menikmati menikmati suasana hujan. Mungkin dengan turunnya hujan, cinta bisa datang kepada Yujin untuk Junho. Itu sih harapannya Junho.

" Gue capek Jun. " Yujin tiba-tiba memecah keheningan. " Gue capek ama perasaan gue sendiri. "

Junho menoleh ke arah Yujin. " Emangnya kenapa? "

" Ya bingung aja. Gue udah nganggep dia temen dan dia juga. Tapi suatu saat dia bilang dia suka gue. Dan disatu sisi ada orang lain yang suka sama gue. Gue bingung. Beneran gue udah terlalu nyaman buat jadi temen ga lebih, " jawan Yujin panjang lebar. Dia yang di maksud itu adalah Minhee dan Junho.

Junho mengehal nafasnya. Lalu tersenyum. " Sekarang perasaan lo sama dia yang mana? Gue harap lo ga buat pilihan yang salah dan malah nyakiti hati lo atau salah satu diantara dia. "

" Gue udah tertolak sebelum nyatain langsung. "

Yujin tertawa penuh arti. " Entahlah. Gue ga tau. Gue malah takut. "

" Setidaknya lo ga pernah ngerasain tertolak sebelum nyatain perasaan lo, " curhat Junho sambil tersenyum.

" Sori Jun kalo malah nyakitin lo. Tapi kita masih tetep temenan kan? "

Junho mengangguk. " Ga papa kalo cuman jadi temen asal bisa saling bahagia. Dan nantinya gue juga harus siap liat lo bahagia sama yang lain. " Junho tersenyum.

" Gausah senyum-senyum kalo hati lo sakit. Ga enak rasanya... "

*****

" Jadi gimana Minhee? " tanya Daniel.

Minhee berpikir sejenak. Ia harus menentukan pilihannya. Harus berkuliah di mana. Ada dua pilihan. Jerman atau Paris.

Minhee masih bingung. Ia mendapat bea siswa kuliah di Jerman atau Paris. Dan keduanya sama-sama dari universitas terkenal. Tapi disisi lain ia harus berpisah sesaat kepada dia.

" Kalau belum bisa nentuin. Yaudah nanti aja kita senang-senang dulu. Ayok kesana, "  ajak Daniel sambil merangkul tubuh tinggi Minhee.

" Pa Minhee boleh ajak Yujin sekalian gak? " tanya Minhee saat Daniel baru saja melewatinya.

Daniel berhenti. Lalu ia membalikkan  tubuhnya kearah Minhee.

" Memangnya kenapa sih? Kamu aja cuman dianggap temen. Ya untung aja Papa gak dianggap temen sama Mama kamu, " jawab Daniel sembari meledek Minhee.

" Kenapa sih gue punya bapak demen ngeledek gue? " tanyanya pada dirinya sendiri yang lalu di tertawakan oleh Daniel.

Daniel sebenarnya juga prihatin dengan nasib anak laki-lakinya itu. Tapi ya bagaimana lagi, sudah sepeti itu. Walau pun dia berharap nantinya Yujin bisa memiliki perasaan yang sama dengan anaknya.

*****

Hari minggu. Yujin sudah bersiap didepan cermin. Ia mempoles wajahnya dengan sedikit riasan. Lalu setelah ia siap, ia turun ke ruang tamu.

Hari ini, Junho mengajak Yujin pergi. Ya walau pun sudah di tolak secara tidak langsung, ia masih tetap berusaha berteman dengan Yujin. Mungkin memang ini jalannya.

Tin...Tin... Suara klakson motor Junho.
Setelah memakai sepatunya, Yujin keluar menemui Junho. Pamit? Ia sama sekali tidak butuh. Orang tuanya saja sudah jarang menganggapnya. Entah Yujin bingung sudah lama konflik keduanya dan belum selesai juga.

" Jun... "

Junho tersenyum melihat Yujin. Lalu dia memberikan helm pada Yujin.

" Yok naik. "

Yujin naik kemotor Junho. Lalu ia memeluk sedikit pinggang Junho. Dan Junho pun menjalankan motornya pelan.

" Jin gimana keadaan ortu lo? " tanya Junho di tengah perjalanan.

" Ya gitu lah. Udah jangan bahas orang tua gue, " jawab Yujin. " Eum... gimana persiapan ujian lo? "

" Hampir lah. Tinggal melajari materi yang belom gue kuasai plus latihan-latihan soal, " jawab Junho. " Lo juga harus udah siap. Pokonya kita berlima kudu sekelas bareng lagi. "

Harapan boleh seperti itu. Walau pada akhirnya satu diantara mereka harus bersekolah di luar negeri nantinya.

____________________________________________________________________________

Hay gaes tinggal 6 part lagi. Pokonya mindep harus udah selesai. Dan ada cerita baru lagi...

Ga sabar tgl 17. Semoga aja next X1 bisa re-debut.

So See u Next Part...

Just Friend? | Minhee x YujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang