Selamat Membaca
***
Chaeyoung sedang berada didapur, ia ingin membuat pancake untuk dirinya dan sang istri yang masih terlelap dikamar. Mungkin istrinya itu sedang nyaman bermimpi, tak apa Chaeyoung bisa membuat sarapan nya sendiri. Dia buka manusia manja yang harus dilayani selalu, terlebih ini hanyalah masalah sarapan.
Akhir-akhir ini Jennie sangat tidak suka dengan bau tubuh Chaeyoung, ia berkali-kali menyuruh suaminya itu untuk menjaga jarak darinya. Chaeyoung tentu pasrah saja jika Jennie menyuruhnya menjauh, ia juga tidak ingin dicakar oleh wanita itu.
Ini sudah memasuki hari kelima Chaeyoung libur bekerja, belum ada tanda-tanda ia akan membujuk Jennie untuk memiliki anak. Tujuan nya tentu masih sama, meyakinkan Jennie kalau mereka sudah waktunya memiliki keturunan.
"awww..." rintih Chaeyoung saat tak sengaja tangan putihnya menyentuh wajan panas untuk pancake, ck!
"aisshh! Tanganku jadi merah!" Chaeyoung meniup jarinya yang terkena wajan panas tadi, terasa pedih dan perih.
"lain kali bangunkan aku jika ingin sarapan" ucap wanita yang baru saja menghampiri Chaeyoung. Ia mengambil alih posisi Chaeyoung yang terduduk disisi dapur mereka.
"kau sepertinya nyaman dalam mimpimu sayang" ucap Chaeyoung melihat pergerakan Jennie, wanita itu menyicipi sedikit adonan tidak karuan yang Chaeyoung buat, tidak ada rasanya sama sekali.
"kau membuat pancake seperti ini? Tidak ada rasanya" kata Jennie, Chaeyoung diam saja. Ia bahkan tidak bisa membedakan rasa sama sekali, karena ia hanya bisa memakan apapun jika itu enak, tidak perduli itu hambar, manis atau asin sekalipun.
"bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Chaeyoung setelah menyesap kopi yang ia buat sendiri.
"sure"
"bi-bisakah kau berhenti meminum pil itu Jennie?" tanya Chaeyoung hati-hati, ia tidak ingin membuat Jennie marah pagi ini.
"pil?" Chaeyoung mengangguk.
Jennie tersenyum kecil melihat wajah Chaeyoung sepertinya tegang sekali. Ia mengangkat pancake yang baru saja matang, belum menjawab pertanyaan yang dilontarkan tadi. Meletakan pancake itu diatas piring, dan sedikit menghiasnya dengan cream.
Chaeyoung diam, ia enggan menuntut jawaban dari Jennie, tak ingin mendesak lebih baik dia sabar menunggunya.
Keadaan kembali sunyi, Chaeyoung sibuk berfikir dan jari-jarinya yang tidak bisa diam, ia memainkan jari diatas meja serta berpangku dagu, Jennie masih sibuk dengan pancake keempat yang akan matang. Sesekali Jennie melihat ke arah si mesum yang sedang termenung seolah berfikir sangat berat, wanita ini mengulum senyum.
"aku bahkan sudah tak pernah meminumnya lagi sejak 2 bulan terakhir" batin Jennie, ck! Ia tak menjawab langsung malah membantin, Chaeyoung tentu tidak bisa mendengarnya. Chaeyoung bukan Vampire yang bisa membaca fikiran manusia, come on Chaeyoung bukan Edward Cullen.
"kemarilah chaengie" sahut Jennie sudah meletakan pancake diatas meja makan mereka, Chaeyoung seakan tuli tidak mendengar suara wanita yang sudah berganti marga Park Jennie memanggil dirinya barusan.
Jennie berjalan mendekat kearah Chaeyoung yang masih mendudukan pantat kurusnya itu dikursi dekat pintu menuju taman belakang mansion mereka. Ya dapur terletak bersebelahan dengan taman belakang mansion itu, jadi jika ingin keluar menuju taman tentu harus melewati dapur terlebih dahulu.
"let's breakfast hubby" bisik Jennie ditelinga Chaeyoung, meruntuhkan lamunan yang ia bangun sedari tadi.
Jennie menautkan jari-jari kecilnya pada jari-jari Chaeyoung, menarik suaminya pelan ke arah meja makan. Chaeyoung duduk dan melihat ternyata pancake tadi sudah jadi, berkat istrinya tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOWKEY | CHAENNIE
Fanfiction𓊈𒆜 COMPLETED | SEOUL 𒆜𓊉 © insanedepressing, 2019-2020.