Kakinya diselonjorkan di atas meja kopi. Matanya tertutup, kepalanya hari ini seperti sulit diajak kerja sama.
“Kau sakit?”
Abimanyu menoleh ke arah pintu ruangannya. Seorang wanita cantik berdiri di depan sana.
“Biasa, pusing.”
Wanita itu berjalan dan duduk di sofa panjang. Ia menaruh tas tangannya di atas meja, menyidekapkan tangannya. “Mau sampai kapan kau bermain-main?”
Abimanyu mendesah pelan. “Kak, aku sedang pusing. Nanti saja ceramahnya.”
Audra menatap adiknya itu dengan tajam. “Kapan? Yang ada kau selalu menghindar, bocah.”
“Kak.” Abimanyu berkata dengan memelas.
Audra tidak peduli dengan tatapan dan suara memelas adik pertamanya itu. “Adikmu tiga minggu lagi akan menikah. Dia mendahuluimu, Abi.”
“Adikmu juga, Kak. Kalau memang dia yang lebih dulu menemukan jodoh, aku bisa apa?”
Sebelum Audra menyahuti perkataan Abimanyu terdengar ketukan dua kali dari pintu, kemudian pintu terbuka dan menampakkan sosok Aviva yang tengah memegang nampan.
“Permisi, Bu, Pak. Minumannya.” Aviva masuk ke dalam ruangan dengan membawa nampan berisi dua cangkir minuman.
Audra yang melihat Aviva langsung tersenyum. “Terima kasih, Vi.”
Aviva menoleh begitu menaruh kedua cangkir di atas meja. “Sama-sama, Bu.”
“Abi, kaki,” tegur Audra.
Abimanyu dengan patuh menurunkan kakinya. Ia mengambil cangkir teh itu lalu meminumnya.
“Dari mana kau tahu aku sedang pusing makanya membuatkanku teh jahe?” Abimanyu melihat Aviva.
“Tadi Bapak sendiri yang minta dibuatkan,” jawab Aviva jujur.
Audra yang mendengar itu tertawa. Ia menggelengkan-gelengkan kepalanya. “Kau pikir Aviva pembaca pikiran? Bodoh.”
“Dia ‘kan selalu tahu apa yang aku butuhkan, Kak,” sanggah Abimanyu.
“Itu karena kau yang manja,” omel Audra.
Pandangan Audra kini jatuh pada Aviva. Ia menatap gadis itu sambil tersenyum. “Vi, minggu depan kau ikut ‘kan ke acara pernikahannya Asenka?”
“Ikut, Bu.”
“Bagus.” Audra memalingkan kepalanya pada Abimanyu. “Kau yang menjemputnya di kos. Awas saja kalau aku tahu dia yang menyetir, Abi.”
“Iya, Kak.”
“Kalau begitu saya permisi kembali bekerja,” sela Aviva sopan.
“Oh iya, Vi. Terima kasih minumannya.”
“Iya, Bu.” Aviva kemudian menarik kakinya keluar dari ruangan Bosnya kembali ke mejanya.
Begitu pintu tertutup, Audra menaruh perhatian penuh pada Abimanyu sedangkan Abimanyu yang ditatap seperti itu menautkan kedua alisnya bingung.
![](https://img.wattpad.com/cover/207297609-288-k459465.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Job As A Secretary 👠 [Revised: Completed] || Republished
Roman d'amourSeorang sekretaris yang dipekerjakan di perusahaan tentunya hanya mengurus urusan pekerjaan di kantor tidak secara pribadi. Namun Abimanyu tidak peduli. Umum atau pribadi Aviva tetap harus mengerjakannya. Itulah sifat asli Abimanyu, tak terbantahkan...