📌 March, 18th 2021
Cuman mau bilang setiap coretan di bawah itu sebelum direvisi jadi gak usah ditanggepin yaa, kecuali jika coretan lainnya dibawah tulisan Revised karna itu coretan setelah direvisi.***
Aviva memijat pelan keningnya. Rasanya tidak ada habisnya ia membaca kalimat-kalimat berat ini. Beberapa kali pula ia menghembuskan napas lelah. Sudah dua jam ia berkutat dengan laporan-laporan yang baru masuk dan keluar, harus membuat beberapa laporan dan proposal juga. Mengingat ini adalah akhir bulan maka secara otomatis pekerjaannya bertambah banyak sampai awal bulan nanti.
Rasanya kepalanya mau pecah karena tidak habis bacaannya.
“Kerutan di keningmu akan semakin dalam, Avi.”
Gadis itu langsung mendongak dan mendapati Abimanyu yang berdiri di depan mejanya. Abimanyu menyodorkan segelas minuman pada Aviva.
Saking fokusnya pada layar monitor dan beberapa lembar kertas di atas meja Aviva tidak menyadari bunyi pintu ruangan Abimanyu.
“Teh rosela, bisa menenangkan.”
Dengan ragu Aviva mengambil gelas kertas itu. “Terima kasih, Pak.”
Abimanyu mengangguk. “Minumlah.”
Dengan patuh Aviva menyesap pelan teh itu. Begitu cairan teh masuk ke dalam tenggorokannya Aviva merasa sedikit lebih baik. Urat-urat kepalanya yang tadinya tegang kini sedikit rileks.
“Lebih baik?” Abimanyu bertanya penuh perhatian.
“Iya, Pak.”
“Istirahatkan dirimu sebentar, Avi. Biasanya di saat-saat seperti ini kau yang selalu mengingatkanku untuk istirahat dari pekerjaan kini justru sebaliknya.”
Aviva meringis pelan. Tidak biasanya memang bahkan ia tidak pernah lupa menaruh kopi di atas meja Abimanyu dan beberapa makanan manis untuk Bosnya itu. Namun untuk kali ini ia benar-benar lupa waktu karena terlalu fokus.
Mungkin karena kepalanya terasa pening sepanjang hari ini. Ia tidak sempat makan siang dan hanya menegak air putih saja. Tubuhnya terasa lemas, beberapa kali pun ia sudah bersendawa kecil, tapi ia menahannya. Aviva hanya ingin cepat menyelesaikan pekerjaan hari ini agar esok hari lebih ringan.
“Katakan, Avi.” Aviva menatap Abimanyu yang kini menatap gadis itu dengan lekat. “Kau sudah makan?”
Aviva menggeleng pelan. “Belum, Pak.”
“Sudah kutebak. Wajahmu terlihat pucat, matamu pun sayu, kerutan di keningmu menjelaskannya.” Abimanyu berbicara sambil menunjuk wajah Aviva.
Aviva diam saja mendengar penjelasan Abimanyu. Ia sedikit menunduk tidak berani menatap Abimanyu lagi karena lelaki itu benar-benar menatapnya dengan intens.
“Aku tahu kau ingin cepat menyelesaikan pekerjaanmu, tapi jangan abaikan kesehatanmu.” Abimanyu berucap sembari melangkah ke balik meja Aviva.
Tangan Abimanyu bergerak dengan cepat mematikan layar monitor setelah memastikan kerjaannya tersimpan, CPU pun turut dimatikan dan menutup semua map yang terbuka lebar.
“Ba–bapak, sedang apa?” Aviva menatap tindakan Abimanyu dengan bingung.
“Merapikan pekerjaanmu,” jawabnya santai yang membuat Aviva semakin bingung.
“Tapi pekerjaan saya belum selesai,” sergahnya cepat.
Abimanyu menatap Aviva sekilas dan kembali menutup semua map. “Nanti setelah kau makan.”

KAMU SEDANG MEMBACA
A Job As A Secretary 👠 [Revised: Completed] || Republished
Roman d'amourSeorang sekretaris yang dipekerjakan di perusahaan tentunya hanya mengurus urusan pekerjaan di kantor tidak secara pribadi. Namun Abimanyu tidak peduli. Umum atau pribadi Aviva tetap harus mengerjakannya. Itulah sifat asli Abimanyu, tak terbantahkan...