45. It's Called Feeling

23.4K 2K 59
                                    

“Halo.”

“Halo, Vi. Vi, ada tamunya Pak Abimanyu.”

Aviva yang sedang memeriksa surel pun berhenti karena menerima telpon dari bawah. Ia mengerutkan keningnya.

“Sudah membuat janji?”

“Belum. Katanya ini penting.”

“Kau tahu jelas jawabannya, Nisa. Sepenting apa pun selama tidak membuat janji tidak boleh bertemu Pak Abimanyu kecuali untuk keluarga dan sahabat-sahabat Beliau.”

Nisa, resepsionis itu tidak langsung menyahut, terdengar ia berbicara singkat dengan tamu tanpa janji itu.

“Dia ingin berbicara denganmu.” Nisa kembali berbicara.

Sebelum Aviva sempat menjawab telpon itu sudah diberikan pada seseorang dan itu adalah perempuan.

“Halo selamat siang, Aviva. Ini aku Karin. Kau masih ingat ‘kan?”

Aviva menegang di tempat.

Karin.

Tentu. Ia sangat mengingat nama itu dan juga perawakannya. Mana mungkin Aviva melupakan wanita cantik itu begitu saja.

“Ya, saya mengingat Anda, Nona,” jawabnya tanpa ada keramahan yang ada adalah nada datar.

Aviva tidak mengenal Karin, bukan bagian dari keluarga pun sahabat-sahabat Abimanyu dan terlebih bukan kolega bisnis jadi Aviva tidak mau repot-repot bersikap ramah dan manis.

Syukurlah. Aviva, aku ingin bertemu Abi, aku tidak memiliki nomor telponnya jadi aku tidak bisa membuat janji. Biarkan aku masuk. Ada yang ingin kubicarakan dengannya.” Suara itu terdengar memelas dan memohon pada Aviva, tetapi bukan Aviva namanya kalau tidak disiplin, kaku dan tegas di kantor.

“Maafkan saya, Nona Karin. Nona, tidak bisa bertemu dengan Pak Abimanyu. Ini sudah peraturannya. Jika Nona ingin bertemu harus sudah memiliki janji. Sekali lagi maaf, Nona,” jelas Aviva.

Terdengar desahan pelan dari seberang telpon. “Tidak bisakah kau katakan padanya aku di kantornya saat ini?”

Kalau ingin egois dan bersikap jahat Aviva tidak akan mengabulkan permintaan wanita itu, tetapi Aviva berusaha bersikap seprofesional mungkin.

“Baik, Nona. Tunggu sebentar.”

“Terima kasih, Aviva.” Suara yang terdengar memelas tadinya kini berubah cerah.

Aviva mendesah pelan. Ia menutup telpon itu lalu berdiri, merapikan roknya kemudian melangkah ke pintu besar yang jaraknya tidak jauh dari mejanya. Ia mengetuk beberapa kali sebelum melangkah masuk.

Abimanyu tidak menatapnya, matanya tertuju pada layar datar di depannya. Aviva tersenyum kecil, ia senang melihat raut serius itu. Sebelum kenyataan mengingatkannya bahwa ia masih bekerja dan harus melaksanakan tugasnya.

“Permisi, Pak. Ada tamu yang ingin menemui, Anda.”

Abimanyu mengernyit. “Siapa?” Lagi-lagi tanggapan yang dingin.

Aviva berusaha mengerti dan meredam perasaannya. Jika dengan ini juga Abimanyu akan semakin dingin maka Aviva sudah siap.

“Nona Karin. Dia sedang menunggu Anda di lobi.”

Mendengar nama itu membuat Abimanyu langsung menatap Aviva dengan kaget. “Karin?”

“Iya, Pak. Nona Karin ingin bertemu dengan Anda.” Aviva mengangguk kecil.

A Job As A Secretary 👠 [Revised: Completed] || RepublishedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang