“Akan aku pastikan perempuan itu tidak boleh keluar dari penjara. Sialan. Berani-beraninya dia mencoba menjebakku,” umpat Abimanyu di dalam mobil begitu mereka selesai memberi kesaksian di kantor polisi selama kurang lebih tiga jam.
Aviva yang tengah menyetir itu hanya mendengarkan saja setiap umpatan yang keluar dari mulut Abimanyu.
“Tim hukum tetap akan aku pecat, Avi. Pekerjaan mereka tidak becus karena tidak bisa menyelesaikan masalah korupsi di dalam perusahaan. Aku akan meminta bantuan Desta. Karena siapa pun yang berada di belakang Eka akan menyesal telah mencoba bermain-main denganku.”
Abimanyu mengetatkan rahangnya, ia marah atas kecerobohannya ini. Kalau saja masalah korupsi ini telah selesai dari tiga bulan lalu ia tidak akan kecolongan seperti ini. Hampir saja ia dalam masalah jika saja Aviva tidak melihat transaksi Eka. Kalau bukan karena Aviva mungkin ia yang saat ini berada di posisi Eka.
“Terima kasih, Avi.”
“Itu sudah pekerjaan saya, Pak.”
Aviva menatap jalanan dengan datar. Banyak masalah yang disebabkan oleh perempuan-perempuan di sekitar Abimanyu, tetapi yang seperti ini barulah pertama kali. Kalau sudah seperti ini Abimanyu akan menyuruh Aviva untuk semakin ketat menyeleksi setiap perempuan nantinya.
“Kau memang sangat berharga, aku tidak akan melepaskanmu, Avi. Kau akan terus menemaniku setiap saat. Tidak ada yang bisa kupercayai lagi selain kau,” ujar Abimanyu dengan suaranya yang teduh.
Pegangan tangan Aviva di setir sedikit mengerat. Ia sedikit merasa tersanjung dengan perkataan Bosnya. Tetapi setelah dipikir baik-baik penuturan Abimanyu merupakan kabar yang tidak baik. Jika Abimanyu tidak mau melepaskan Aviva itu berarti ia akan semakin terikat dan terjun semakin dalam pada kehidupan Abimanyu.
Aviva tidak mau itu, ia tidak mau terus menempel dan berada di sekitar Abimanyu. Kalau masalah pekerjaan, kantor, Aviva bersedia mengulurkan tangan untuk membantu karena itu memang sudah tugasnya. Tetapi kehidupan pribadi Abimanyu adalah persoalan lain dan bukan merupakan tanggung jawabnya.
Bodoh, Aviva benar-benar bodoh dan menyesal dengan persetujuannya tempo hari.
“Avi, kau menginap saja di tempatku. Ini sudah mau subuh, aku tidak mau mengambil resiko dengan membiarkanmu pulang sendiri,” ujar Abimanyu setelah sunyi selama beberapa saat.
“Saya pulang saja, Pak. Saya tidak mau merepotkan, Bapak.”
Abimanyu menggeleng tegas. “Kau tidak kuizinkan pulang, Avi.”
Perkataan yang tegas dan tidak boleh dibantah Aviva. Dengan pasrah Aviva pun menurutinya dari pada sifat dingin lelaki itu muncul Aviva lebih baik menghindarinya.
…
Aviva menatap kamar yang didominasi warna cokelat kayu ini dengan seksama. Ini adalah kali pertama ia menginap di tempat tinggal Abimanyu.Seperti kamar tamu biasanya, satu lemari, satu tempat tidur ukuran king size, terdapat nakas di sisi ranjang dan tentu saja kamar mandi.
Aviva melangkahkan kakinya dan mendaratkan bokongnya di kasur, melempar dengan asal tasnya di atas tempat tidur.
Untuk pertama kalinya Aviva menginjakkan kaki di kantor polisi karena seorang wanita yang berniat menjebak Abimanyu. Penuh warna sekali hidupnya dan harus selalu berurusan dengan perempuan-perempuan yang berhubungan dengan Bosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Job As A Secretary 👠 [Revised: Completed] || Republished
RomanceSeorang sekretaris yang dipekerjakan di perusahaan tentunya hanya mengurus urusan pekerjaan di kantor tidak secara pribadi. Namun Abimanyu tidak peduli. Umum atau pribadi Aviva tetap harus mengerjakannya. Itulah sifat asli Abimanyu, tak terbantahkan...