27. I Doubt Him But..

27.4K 2.3K 56
                                    

Setelah kemarin Abimanyu yang bersikeras tinggal sampai Aviva minum obat barulah lelaki itu mau pulang. Abimanyu juga menyuruh Aviva untuk tidak ke kediamannya, ia mau Aviva beristirahat dengan puas. Oleh sebab itu hari ini Aviva bisa berangkat ke kantor langsung dari kosnya.

Aviva melangkah keluar dari lift setelah sampai di lantai tempatnya bekerja. Baru dua langkah kakinya terhenti. Ia menatap Abimanyu yang sedang berdiri berhadapan dengan seorang wanita di depan ruangannya, tepatnya di depan meja Aviva.

Mereka terlihat sangat intim, cara Abimanyu berbicara pada wanita itu dan jarak tubuh merekalah yang menunjukkannya.

Pemandangan seperti ini sudah sangat biasa dilihat Aviva, tapi ia sedikit terkejut. Ini masih terlalu pagi untuk bermesraan terutama di kantor.

Aviva memerhatikan mereka dalam diam. Ia bingung harus bertindak bagaimana. Jika ia melangkah menuju mejanya pasti mengganggu, tapi jika ia kembali ke lift yang ada ia akan terlambat bekerja. Apalagi mengingat tumpukan pekerjaannya yang kemarin saja belum selesai.

Pandangan Aviva masih tertuju pada kedua orang itu. Sorot yang kemarin menatapnya seperti itu kini menatap wanita lain.

Ia tersenyum kecil. Mana mungkin Abimanyu hanya menunjukkan tatapan itu padanya. Sebelum Abimanyu menatapnya seperti itu pun ia sudah sering menunjukkannya pada wanita lain, wanita yang hendak dirayunya.

Aviva seakan baru tersadar.

Apa ia telah membiarkan dirinya dirayu Abimanyu?

“Avi.” Terkejut, itu intonasi yang terdengar dari Abimanyu.

Aviva menunduk kecil. “Maaf, Pak. Apa saya mengganggu?”

“Sudah berapa lama kau di situ?” Pria itu menatap Aviva dengan pandangan yang tidak dimengerti Aviva.

“Cukup lama. Sekali lagi maaf, Pak. Saya akan ke—

“Tidak usah, tidak perlu.” Abimanyu memotong perkataan Aviva. “Kau bisa ke mejamu.” Abimanyu berbicara dengan tegas yang membuat Aviva tercekat, tapi ia mengangguk patuh.

Aviva melangkah menuju mejanya yang terletak di depan ruangan sang Bos. Ia sempat melirik singkat pada Abimanyu dan wanita itu, wanita yang dirasanya tidak asing. Pasti ia salah satu dari wanita Abimanyu, namun Aviva lupa karena terlalu banyak wanita dalam hidup Abimanyu. Ia pun sempat mendengar perkataan lembut Abimanyu pada wanita itu ketika berjalan ke mejanya.

“Aku harus bekerja, Will.”

“Tidak bisakah kau membolos hari ini?”

“Kau tahu aku tidak pernah melakukan itu. Akan kutemui kau makan siang nanti.”

“Baiklah. Janji ya makan siang temui aku?”

“Iya, Will.”

“Bagus.”

Biarkan telinga Aviva saja yang bekerja dengan jelas, tapi tidak dengan matanya. Ia tidak akan mau melihat pemandangan yang menjijikkan di depan matanya. Apalagi hari masih pagi.

Setelah bunyi ketukan hak sepatu menjauh dari depan mejanya Aviva bernapas lega. Ia tidak tahan mendengar suara sok imut nan menggoda wanita itu, apalagi suara memuakkan Abimanyu.

A Job As A Secretary 👠 [Revised: Completed] || RepublishedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang