Bonus

47.2K 2.2K 125
                                    

🎶 Gold by Matt Harke, Maggie Peake

.....
“Jangan semua maunya anak diturutin bisa ‘kan, Pa?”

Pria itu mendongak menatap seorang wanita cantik yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang. Dengan senyuman polos ia menatap wanita yang adalah istrinya itu.

“Sesekali, Ma. Ini juga Papa cuma beli satu robot.”

Wanita itu tersenyum, tapi matanya menatap suaminya dengan tajam. “Iya, satu, tapi tingginya seukuran anaknya. Papa, tahu satu tambah satu jadi dua ‘kan? Dan lihat, ruangan bermain Neas sudah penuh dengan mainannya, Papa Sayang.”

Abimanyu berdiri lalu membiarkan anaknya dan Aviva bermain dengan mainan barunya.

Aneas Arthgallo anak laki-laki yang dilahirkan Aviva empat tahun lalu itu terlihat sibuk dengan mainannya tanpa terusik dengan omelan Ibunya.

Abimanyu menarik Aviva untuk duduk di sofa dan duduk berhadapan dengannya dalam jarak yang dekat.

“Selama Papa bisa mewujudkan keinginannya kenapa tidak? Uang masih bisa dicari, kebahagiaan anak kita yang terutama, Ma.”

Aviva mendesah pelan. Ia menepuk pelan tangan Abimanyu yang menggenggamnya. Maniknya menatap Abimanyu.

“Mama mengerti maksud, Papa. Tapi jika kita membiasakan mana kita tahu, kelak dia akan menjadi anak yang egois dan keras kepala. Memanjakan anak boleh, tapi tidak berlebihan. Tolong ya, Pa? Jangan selalu dituruti maunya Aneas.”

Abimanyu mengulum senyum manis. “Iya, Mama.” Tangannya menyelipkan seuntai rambut Aviva ke balik telinga.

“Mainan Neas bisa dikatakan sudah terlalu banyak nanti kita donasikan saja ya, Pa? Sekalian mengajarkan anak kita untuk berbagi.”

“Tentu. Akhir minggu ini bagaimana?”

Aviva mengangguk semangat. “Oke.”

Abimanyu tertawa kecil. Ia lalu mengecup sekilas pelipis istrinya dengan sayang yang disambut Aviva dengan senyuman lembutnya.

Sejak menikah Aviva berubah menjadi sosok penyayang dan anggun. Ah, pilihannya ini selalu disyukurinya.

Abimanyu bersyukur. Ketika Aviva memilih menyerahkan hatinya pada Abimanyu disaat itulah Abimanyu memantapkan hatinya untuk melamar Aviva dan sudah hampir lima tahun mereka mengarungi bahtera rumah tangga bersama.

“Neas Sayang. Sini dulu, Nak.” Aviva  memanggil bocah laki-laki itu yang sibuk menggerak-gerakkan tangan robot.

Karena dipanggil Neas pun meninggalkan robotnya dan menghampiri Ibu dan Ayahnya. “Ya, Mama?”

“Neas, hari sabtu nanti kita mau ke panti asuhan. Neas, mau ikut?”

Dengan matanya yang warna irisnya sama dengan Ibunya itu mengangguk semangat. “Mau. Neas mau, Ma.”

Wajah Aneas gabungan Aviva dan Abimanyu, tapi lebih dominan wajah dingin Ibunya dari pada Ayahnya.

Aviva mengulum senyum hangat, begitu juga Abimanyu. Ia mengelus lembut kepala anaknya. “Di sana nanti Mama dan Papa mau memberikan mainan Neas yang sudah tidak dimainkan Neas lagi pada teman-teman Neas. Bagaimana menurut, Neas?”

Anak itu langsung menggeleng. “Mainanku? Tidak boleh, Mama. Beli baru saja. Itu mainanku.”

“Mainan Neas banyak tidak?”

“Banyak.”

Aviva mengerti jadi ia memilih untuk membujuk anaknya ini. Sifat kerasnya entah ikut siapa. Semoga perkataannya nanti dapat dimengerti anak lelakinya ini.

A Job As A Secretary 👠 [Revised: Completed] || RepublishedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang