O1 :: Kevrian

11.8K 787 16
                                    

MY DANGEROUS HUSBAND

By: Matchapio
.
.
.

Sinar mentari menembus jendela lelaki dengan seribu pesona. Kevrian Victor, putra kebanggaan—putra mahkota lah istilahnya—keluarga mafia terkuat yang diakui di Norwich. Lelaki itu menerima sinar matahari itu dengan memejamkan matanya lembut.

"Tuan V, sarapan anda sudah siap." Kata asisten pribadinya yang menunngu di depan pintu. Kevrian Victor mengangguk pelan dan mengikuti asisten pribadinya itu ke dapur untuk menyantap sarapan.

Meja makan keluarga Victor hening. Itu memang sudah menjadi tradisi dan peraturan dari keluarga Victor itu sendiri. Layaknya seorang bangsawan kerajaan. Tidak, maksudnya keluarga kerajaan. Sarapan selesai dengan sang adik kesayangan yang membuka obrolan.

"kakak, selamat ya hari ini bakal jadi CEO di Victor corp!" kata adiknya lembut. Kevrian Victor atau biasa di panggil Kevrian tersenyum lembut dan menatap adiknya lekat-lekat. Sekejam apapun dia di area pertarungan, dia tetap menyayangi adiknya dan selalu bersikap lembut kepada adik lucunya itu.

Kevrian mengusap pelan puncuk kepala Lisa yang tingginnya jauh lebih pendek dari Kevrian. "terimakasih, Lisa." Balas Kevrian yang memunculkan senyum hangat dari sang adik.

"cepat ke kantormu, Kevrian. Aku tau kau menyayangi Lisa, tapi aku tidak ingin pembisnisku marah karenamu." Kata sang ayah dengan mata tajamnya menyorot ke arah Kevrian. Kevrian terlihat menghembuskan nafas. "terserah padamu. Ingatlah perjanjian kita." Katanya dan menaruh kedua tangannya di kantung lalu berjalan keluar dari rumahnya.

...

Hari ini jalanan memang macet. Apalagi hari ini juga ada jadwal konferensi pers antara pemilik saham dan CEO baru di sebuah perusahaan terkenal. Itu membuat gadis muda cantik ini juga harus menghadapi macetnya jalanan, Jendeuk Ruby—tidak cukup panggil dengan Jennie atau Jane.

"nona muda, Ruby. Anda yakin saya tidak perlu menyuruh kepolisian untuk memberi jalan kita di antara kemacetan ini?" Tanya sang supir. Jane yang duduk berada di di kursi belakang hanya menggeleng dan tersenyum. "aku juga tidak terlalu tertarik dengan CEO baru yang dengan sombongnya merahasiakan identitasnya itu, tch."

Akhirnya jalanan yang macet dapat di lewati sang nyonya Ruby yang akhirnya dibantu oleh kepolisian untuk meredakan macet yang mungkin akan menahan sampai 5 jam lamanya.

Konferensi sudah akan mulai. Terlihat 20 pemilik saham sudah duduk santai dengan barisan kursi yang sesuai dengan persenan saham. Jennie yang memiliki 65% saham di perusahaan ini mendapat kursi yang paling depan. Tidak sendiri, dia dengan asisten pribadinya tentu saja.

Pintu besar nan tinggi terbuka. Memunculkan para pengawal yang segera berbaris membentuk jalanan untuk sang mulia. Jennie memangku wajahnya menggunakan tangan kanannya membayangkan orang yang akan berdiri di depan meja pers itu akan tak kalah menyebalkannya dengan sang ayah yang sebelumnya menjadi CEO di perusahaan ini.

"selamat pagi sahabat baruku."

Mata Jennie mendelik hampir mau keluar saat melihat orang yang sudah berdiri di meja pers dengan senyuman khas para pembisnis. Orang yang menggores lengannya kemarin malam, orang yang kemarin bertarung dengannya dengan menjunjung tinggi harga diri untuk tidak kalah, Kevrian Victor. Tidak, Jennie tidak tau kalau Kevrian Victor adalah seorang anak dari pemilik perusahaan ini juga adalah seorang mafia nomor satu yang setara dengannya. Jennie mengepalkan tangannya geram.

Jennie semakin terkejut saat kedua mata elang itu menyorotnya tajam dengan bumbu senyum smirk yang cukup membuat Jennie merinding. Sekarang dia harus fokus, 65% saham yang sudah dia bangun selama 15 tahun tidak boleh berhenti sampai disini saja. Dia harus memastikan Kevrian Victor tidak berbuat apapun yang membuat Jennie merugi.

Seiring berakhirnya konferensi dengan omong kosong dari si pemilik mata elang itu, Jennie langsung berlari menuju ke kamar mandi. Hampir saja serangan panik menyerangnya. Tidak akan lucu bukan, jika Jennie pingsan di ruang konferensi itu.

"kurang ajar!" teriaknya frustasi.

Jennie terus menyumpahi Kevrian Victor jika sesuatu terjadi dan membuat Jennie merugi cukup besar mengingat dia adalah orang yang nekat. Jennie menghela nafas. Ini hanya ilusi dari penyakitnya. Jennie menyeka keringat dari dahinya dan bersiap keluar. Tidak lupa dia meminum obatnya terlebih dahulu untuk mencegahnya terkena serangan panik.

"selamat pagi, nona Ruby."

...

Jennie merendam tubuhnya di bathup busa dengan harapan dapat meredam pikirannya akan Kevrian Victor. Jennie memperhatikan luka di lengannya yang masih belum kering dan terpaksa di balut perban. Jennie mengelus perlahan lukanya dengan sesekali berteriak kesakitan. Itu membuatnya mengingat kejadian setelah Konferensi pers.

Flashback on

"selamat pagi, nona Ruby."

Dengan cepat Jennie menoleh. Mengatur dirinya agar tidak kaget melihat lelaki di depannya. Jangan pingsan Jane, kumohon. Batinnya untuk menguatkan diri karena obat yang belum bereaksi secepat itu.

"kita berjumpa lagi huh?"

Kevrian Victor terlihat membungkuk, menyamakan tingginya dengan Jennie dan menatapnya sambil tersenyum. Kevrian Victor memgang bahu Jennie. Menekan kuat lengan sebelah kanan yang merupakan luka yang tercipta dari Kevrian Victor itu sendiri.

"ahk."

"hmm, ternyata benar kau nona Ruby. Yang cantik bak dewi dan juga tangguh, benar kan?"

Jennie menepis kasar tangan Kevrian yang ada di lengannya dan terus menerus memegang lengannya yang berbalut perban dengan darah yang mulai bercucuran. Perban putih itu sudah menjadi merah darah karena tekanan yang diberi Kevrian. Darahnya sekarang sudah mulai menetes ke lantai.

"aku sangat kasar padamu ya nona?" Tanya Rey dengan tertawanya yang keras mengisi koridor kamar mandi yang panjang dan juga sepi ini.

Jennie menatapnya tajam, dengan tangan yang tetap masih menekan darah yang keluar dari lengannya. "keparat sialan. Aku tidak perlu belas kasihanmu yang menjijikan itu." Katanya. Kevrian tersenyum mendengar Jennie sudah mau bersuara. Walaupun itu membuat Kevrian sebal.

Kevrian kembali membungkuk dan memegang bahu Jennie lembut. Wajah tampannya ia dekatkan dengan telinga Jennie. "jangan khawatir, sayang. Sahammu akan baik-baik saja. Tapi aku tidak yakin kau akan baik-baik saja jika peran mafia kita beradu." Bisiknya lalu mencium leher Jennie lembut.

Flashback end

"Kevrian sialan, tch. Bagaimana ini?!" Jennie frustasi. Dia mengambil kasar wine yang ada di pinggiran bathup-nya dan menuang wine itu ke dalam secangkir gelas. Pada akhirnya tetap sama, penyakit serangan panik itu tidak akan bisa menghindari kekhawatiran yang berlebih.

"aku akan berdamai denganmu, tuan muda Victor

Kalau saja peran mafiaku tidak mengulah, begitu juga kau."







Tbc

Dah lah aku yang buat work ini aku sendiri yang menghayati. Bagus dong berarti wkwk.

Engga, ini belum mulai. Ini cuman pemanasan teman teman sekalian. Mereka ga akan setentram ini deh. Kalau tentram aja, ya ngapain author lanjutin wkwk. Pokoknya chapter selanjutnya lebih merepotkan kalau kata Nara Shikmaru. Aduh salah server wkwk

Oke silahkan Vommentnya. Jika tidak disuka, tolong jangan hujat saya untuk membuat suasana nyaman. Dan kalian bisa follow aku karena aku bakal private sebagian cerita di dalamnya.

[✔] My Dangerous Husband | TaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang