19:: Good bye and Good luck

5K 379 123
                                    

"Tabrakan terjadi antata supir mabuk dengan supir taksi terjadi pagi hari ini di jalanan Norwich."

Suara wartawan dari televisi terdengar jelas di koridor rumah sakit. Tepat dibawah tv, terdapat segerombolan orang. Dua wanita saling berpelukan, dengan 1 pria muda dan pria paruh baya. Menunggu dengan gelisah di depan ruang ICU. Tegang dan ditambah suara tangisan kecil membuat koridor itu seperti milik mereka berempat.

Setelah hampir satu jam menunggu, pintu ICU terbuka. Menampilkan seorang dokter dari dalamnya. "Silahkan masuk, Tuan Victor."

Kevrian langsung masuk tanpa berbasa-basi. "Selamat, anak bapak perempuan, cantik seperti ibunya." ucap sang suster, membuat satu tarikan bibir tercipta diwajah tampan Kevrian.

"Bagaimana dengan istriku?" suster yang sedang memegang bayi perempuan itu kian melunturkan senyumnya. "Silahkan masuk lebih ke dalam." ucap suster itu.

Perasaan tak enak menyelimuti hatinya. Kevrian segera menyibak tirai hijau yang menutupi keranjang istrinya, Jendeukie Victor.

Lantas, tangisan Kevrian pecah melihat pemandangan di depannya. Jennie tersenyum, dengan mata tertutup dan darah masih mengucur deras. Pendarahan hebat, itulah yang terjadi pada istrinya sekarang karena tabrakan dengan supir mabuk tadi.

Kevrian menyesal, benar-benar menyesal karena dia tidak mengaktifkan nada dering telefonnya. Membuatnya tidak bisa menjawab panggilan sang istri. "Kev—Kevrian."

"Ssshh!"

Kevrian sontak menggenggam tangan istrinya yang mendingin. "Fokus pada pemulihanmu ya, sayang." ucap Kevrian dengan suara parau. Jennie mendengus lucu. "Apa kau pikir, setelah pendarahan sebanyak ini, aku bisa sela—." "ya kau bisa. Asal kau mau berusaha." potong Kevrian. Jennie tersenyum.

"Tidak, Kev. Kau sudah memilih."

Kevrian menaikkan satu alisnya. "Memilih apa?"

"Menyelamatkanku atau bayi kita." jawab Jennie santai.

Kevrian mendelik. "Suster tidak mengatakan pilihan itu padaku!"

"Karena aku yang menyuruhnya." jawab Jennie enteng.

Kevrian menggeleng. Menenggelamkan wajahnya di tangan sang istri yang ia genggam. "Kau tidak boleh meninggalkanku! Ini perintah!" seru Kevrian. Jennie tertawa kecil. Dengan ringisan pelan. "Perintahmu bisa dibalikkan dengan kehendak Tuhan." jawab Jennie.

Kevrian menggeleng kasar. "Kau tidak boleh meninggalkanku, dasar gadis naif. Bodoh! Jennie bodoh! Naif! Egois! Kau egois karena memilih-hiks-meninggalkanku hey! Dengarkan aku! Hiks! Hey!"

Tiba-tiba tarikan kebelakang disertai pelukan menarik Kevrian. Sang ayah, menarik putranya yang menangis dari istrinya.

"Jangan berani-berani menutup wajah cantik istriku!"

Seru Kevrian membuat ruang ICU itu penuh duka. Lisa melepas pelukan sang ibu dan memilih memeluk Kevrian. "Sudah kak, sudah.. Kau harus ikhlas." lirih Lisa sembari sesegukan. "Aku tidak—"

Gubrak!

"Jennie! Jendeuk!"

Panggil Namjoon. Mata tegas milik Namjoon itu mengeluarkan airmata saat melihat kondisi sang adik. Namjoon memeluk Jennie erat, sembari berkali-kali mencium dahinya. Namjoon juga berteriak memanggil adik kesayangannya, satu-satunya keluarga yang ia miliki sekarang.

......

Hujan turun. Seakan ikut menangis atas kepergian seorang Lady J. Manusia Victor dan Ruby tetap menangis di pemakaman tanpa memerdulikan keadaan mereka yang sudah basah kuyup akibat hujan.

"Kevrian, ayo pulang." ajak sang ayah.

Bahkan seorang tuan Victor yang notabene-nya tegas dan tidak peduli saja ikut menangis atas kepergian menantunya. "Namjoon ayo, ikut bersama kami." ajak nyonya Victor. Namjoon menggeleng. "Tidak usah. Aku baik." jawabnya dingin.

Namjoon pergi meninggalkan pemakaman. Matanya sembab, dan ia tidak terlihat seperti Namjoon biasanya. "Curang." lirih Namjoon dengan kekehan sendu.

Disisi lain, Namjoon sedikit kaget saat melihat seorang anak laki-laki berlari ke arahnya—lebih tepatnya kearah makam adiknya. "Devian?" lirih Namjoon saat melihat anak itu.

Anak kecil itu memeluk sang ayah. Kedatangan anak kecil itu membuat pilu pemakaman semakin menjadi-jadi. Namjoon sendiri menatap langit, merasakan rintik hujan.


























"Tenanglah disana ya, adik kecilku. Kami disini mengingat namamu."

End

/Author kabur karena takut di serbu

[✔] My Dangerous Husband | TaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang