MY DANGEROUS HUSBAND
By: Matchapio
.
.
.Jennie mengunjungi kafe dengan nuansa hijau dan coklat yang sudah menjadi kafe favoritnya. Kafe ini punya sahabatnya, Lalisa. Jennie sangat sering mengingat momen-momen saat mereka menjadi sahabat dan anak kecil yang tidak tau apa-apa. Berbanding balik dengan sekarang, mereka sudah menjadi gadis kebanggaan keluarga.
"oi, Jane! Kau akan menabrak jika kau melamun!" seru Lisa dari tempat kerjanya.
Jennie tersenyum. Seakan dia lahir kembali menjadi seorang gadis dengan seribu kelembutan dan keceriaan, juga penuh dengan sinar matahari. Senyum sumringah dan bagaimana dirinya memeluk sahabatnya itu, sering menjadi pertanyaan, apakah Jennie benar-benar mafia yang ditakuti?
"dimana Jisoo dan juga si chipmunk?" Tanya Jennie begitu dia mendaratkan bokongnya untuk duduk di kursi salah satu meja yang harus selalu ada jika mereka mengumpul.
Tidak ada yang istimewa, kursi itu bukan kursi emas, bukan juga kursi termahal di dunia. Hanya kenangan. Mulai dari kenangan mereka yang masih menduduki bangku Sekolah Menengah Atas sampai menjadi seperti sekarang.
"kami disini, heh."
Jennie dan Lisa terkekeh pelan dan langsung berhambur memeluk Jisoo dan Rose. Mereka saling mengelus punggung tempat tangan mereka berlabuh, juga seperti biasa cengiran-cengiran bahagia karena hilangnya rindu.
"pertama mari kita cheers untuk aku yang akhirnya menjadi kepala dokter di rumah sakit!" seru Jisoo sambil mengangkat gelasnya. Cheers pertama dilakukan dan keempatnya meneguk soda di tangannya, juga di tambah cengiran-cengiran lucu dari mereka berempat.
"kedua mari kita cheers untuk Rose yang berhasil mendapatkan kakak kelas yang dia dambakan." Seru Jisoo kembali mengangkat gelasnya.
Rose memerah. "eeh, itu bukan prestasi yang membanggakan, Jisoo!" seru Rose tak terima.
Jennie terkekeh begitu juga Lisa. "apanya yang tidak membanggakan? Akhirnya kau yang begitu pemalu mendapatkan kakak kelas yang kau idolakan itu." Balas Lisa. Jennie dan Jisoo mengangguk. Akhirnya mereka sepakat, dan cheers kedua terteguk lancar.
"ketiga, karena kafe Lisa yang berkembang pesat!" tambah Jisoo lagi.
Setelah meneguk minuman untuk ketiga kalinya, Lisa terkekeh bahagia. "kalau bukan Jennie yang mau menjadi modelnya, Rose yang membantu proses penyutingan, juga Jisoo yang me-reset teori-teori tentang kopi, kafe ini tidak akan sukses seperti sekarang!" serunya membuat Jisoo, Jennie, dan Rose tersenyum haru, lalu memeluk Lisa.
"untuk terakhir, atas pencapaian cita-cita Jennie yang menjadi pemburu saham terkaya." Jisoo mulai mengangkat gelasnya. "dan juga 15 tahun sudah menanam saham di Victor corp." tambah Lisa. Jennie yang awalnya tersenyum jadi berubah menjadi senyum kecut yang ia tampilkan.
Pasalnya ketiga sahabatnya ini bahkan tidak mengetahui kalau dia adalah seorang mafia dengan inisial, Lady J. Dia menolak batinnya. Untuk saat ini mereka memang belum harus untuk tahu, Jennie sudah bersiap jika suatu saat mereka tahu dan menjauhinya karena takut dengan gadis pemegang pedang berdarah.
"oi, Jane. Daritadi kau melamun terus. Lihat gelas kami sudah kosong."
Jennie tersentak sadar saat Lisa mengayunkan tangannya dan mencubit hidung mancung Jennie. Rose langsung menatapnya khawatir. Oh tidak. "Jennie kenapa? Apa ada seseorang yang menghancurkan perusahaan tempat kau menanam saham? Apa ada pesan terror? Atau ancaman? Ayo cerita!" Beginilah Rose dengan sifat kekhawatirannya. Tidak, sebenarnya mereka bertiga khawatir dengan Jennie, hanya saja Rose yang lebih mengekspresikannya. Dia memang gadis pemalu dengan sifat ke-ibuannya.
"aku tidak apa-apa sungguh. Aku hanya memikirkan semua pencapaianku, tidak maksudnya kita." Jawab Jennie.
Mereka tersenyum haru. Lisa dengan spontan menjitak kepala Jennie. "kurang ajar! Kau tidak boleh dewasa, Jane." Mereka semua terkekeh pelan dengan perkataan Lisa. Jisoo dengan cepat mengelus kepala Jennie dan berperan layaknya ibunya Jennie.
"Sudahlah kalian, haha."
...
Jennie dengan mendadak mendapatkan panggilan dari Kevrian untuk segera ke kantor, perihal penyambutan pe-saham baru yang langsung menanamkan saham sebesar 45% sedikit lagi dia bisa mencapai Jennie. Jennie jadi penasaran dengan seseorang itu, jadi memutuskan untuk datang karena sebenarnya Jennie sangat-sangat tidak peduli dengan acara-acara omong kosong seperti itu.
Jennie sudah sampai di ruangan rapat itu dan langsung menduduki kursi. Terlihat seorang pe-saham itu berada tepat di sebelah Kevrian. Jennie tersenyum mengeluarkan sifat kebangsawan-annya. Kevrian juga begitu. Setelah CEO itu mengucapkan kata-kata yang membosankan juga mereka cheers untuk merayakan penyambutan itu, semuanya keluar. Sebagai CEO, pemegang saham terbesar, dan pe-saham baru, mereka bertiga keluar lebih akhir.
"selamat ya, tuan Kenan Alvero."
BRAK!
BRAK!
Jennie dan Kevrian terkejut saat pintunya tertutup dan dikunci dari luar. Kenan tersenyum menatapi keduanya. Jennie mengumpat dan menatap tajam ke arah Kenan. Kevrian mulai memasang kuda-kuda bersiap untuk bertarung.
"terimakasih, Lady J."
Jennie membelalak kaget dengan mata yang membulat sempurna. Bukan hanya dia, pria bermata elang di sebelahnya itu juga terkejut tapi lebih memilih untuk tetap siaga.
"sesuai rumor, kau memang yang paling serius tuan V."
Jennie terkekeh pelan. Kevrian menatapnya. "menjebakku di ruangan sampah ini?! Berani sekali!" serunya dengan suara yang menggelegar di seluruh ruangan. Kenan juga tertawa keras. "haha Lady J. tahukah kau, aku ini penggemar beratmu." Balas Kenan.
"jangan berbasa-basi. Siapa kau?"
"aku? Ayolah, aku mafia ranking rendah. Peringkat 15, Mr. nan. Kalian tahu kan?"
Jennie dan Kevrian saling menatap. Mereka benar-benar dengan keadaan terpojok. Bertarung dengan Kenan akan membuat reputasi mereka sebagai CEO dan gadis lapar saham akan benar-benar hancur. Perusahaan Victor akan bangkrut dan Jennie akan di laporkan ke polisi karena perannya sebagai mafia.
"hentikan.. para karyawan dan penghuni perusahaan ini sudah ku evakuasi dan menyebarkan kalau perusahaan ini akan ku renovasi sekarang juga. Ayolah, aku sudah tidak sabar bertarung dengan kalian." Kenan melompat-lompat girang.
Tak lama muncul banyak asap yang membuat pandangan kabur. Jennie dan Kevrian saling menatap. "sialan, aku tak bisa bertarung dengan baju yang seperti ini." Umpat Jennie. Dia menatap pakaiannya dengan rok selutut berwarna merah dan baju channel merah putih sebagai atasan. Kevrian tertawa. "mafia sehebat dirimu masa tidak punya persiapan kalau saja ada bahaya menerjangmu." Jennie menoleh ke arahnya. "diamlah."
Kevrian ingin sekali menselotip mulut mungil yang selalu mengeluarkan kata-kata yang menyebalkan itu. Sebagai mafia, Kevrian memang sudah tau kalau watak gadis tangguh di depannya ini adalah mulut dengan seribu pisau. Tidak, ini justru akan membuatnya lebih menarik di mata seorang Kevrian Victor.
Kevrian menyodorkan sebuah pedang. "sudah saatnya kita bekerja sama, Lady J."
Tbc..
Cringe bat gela wkwk. Tapi kok jadi sesadis ini sih huwee malah gaje lagi alurnya. Lanjut or not gaes? Dah la lanjut aja ya. Ini ff kesayanganku soalnya :)
Vommentnya jangan lupa. Follow juga aku biar jaga-jaga kalau ada chapter yang aku private dari kalian. Aku punya target juga loh ya kayak author yang lain. Jadi semakin cepat dapat target, semakin cepat aku update!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] My Dangerous Husband | Taennie
Fantasy"Banyak orang bilang, kalau kematian adalah hal yang mengerikan. Tapi di mafia, kematian adalah hal yang dilakukan sehari-hari. Kita sesama mafia, dan harus merelakan kalau salah satu dari kita gugur di medan perang." -V ⛔ WARNING ⛔ ;- Adult Area ;...