Sincerity | 11

2.8K 267 4
                                    

Mohon maaf Readers, kemarin belum sempat up.

Selamat membaca 🤗
...
♡ada yang hilang♡

Dua minggu sudah Aska pergi mengikuti pendidikan lanjutan. Selama dua minggu itu pula, Alzya selalu bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Sebenarnya ada apa dengan dirinya? Kenapa dia merasa resah? Gelisah, saat tidak ada kabar yang masuk dari Aska.

Alzya menghembuskan nafas berat, melamunkan dengan perubahan sikapnya. Yang entah sejak kapan berubah. Menjadi lebih pendiam, sering melamun, dan tidak fokus.

"Adik.. nanti kamu ikut ke acara Letting Ayah?" Tanya Alghy saat melihat Alzya yang duduk didepan tv yang menyala tetapi dengan tatapan kosong.

"Lama pulangnya, Yah?" Alghy lansung menggeleng sambil tersenyum tipis. "Adik ikut kalau gitu" ucap Alzya pelan disertai senyum segaris.

"Pikirin apa Dik? Sampai nggak fokus." Alzya hanya menggeleng, "ayah ini ayah kamu. Jadi ayah tahu perubahan sifat kamu. Ada masalah?" Tanya Alghy lagi membuat Alzya menatap sendu ayahnya.

"Ayah pernah tinggalin bunda buat pendidikan? Atau Yangti sama tante Aira?" Pertanyaan yang keluar dari bibir Alzya lansung membuat Alghy terkekeh geli. Masalah itu rupanya

"Kamu tahu sendiri kan, profesi ayah seperti apa? Kalau soal tinggal ditinggali itu soal biasa. Dan kamu harus terbiasa untuk itu Dik" itu bukan suara Alghy. Melainkan suara lembut Dziya yang membawa nampan dengan cemilan untum Alghy.

Alghy yang mendengar itu tersenyum bangga dengan Dziya, alzya saat ini hanya diam.

"Kamu hanya belum terbiasa. Bunda tahu, ini pertama kalinya kan kamu dekat dengan Prajurit. Apalagi Aska, kan Yah?" Alghy lansung mengangguk.

"Sekarang ayah tanya, kamu sejak hari yang waktu Aska ajak jalan. Kamu sering nggak fokus. Aska ada tugas?" Alzya menggeleng

"Bang Aska bukan tugas. Tapi sekolah lagi, Ayah."

"Masalahnya dimana? Ayah nggak ngerti"

"Adik tanya sama bang Aska, kenapa dia bilang sama Adik. Sedangkan adik bukan siapa-siapanya dia. Dan bang aska sendiri yang bilang kalau dia anggap Alzya teman dekat. Itu saja Ayah. Adik bisa terima dengan logika adik, tapi tidak dengan hati Adik. Itu yang membuat Adik sering kepikiran" ucap Alzya pelan diakhir kalimat.

Alghy dan Dziya bertukar pandang, alghy memberi kode kepada Dziya agar berbicara dari hati ke hati kepada putri mereka.

"Adik merasa apa saat didekat Aska? Perasaan nyaman mungkin" Alzya menatal kearah bundanya. Kemudian menggeleng tidak tahu.

"Adik ngga tahu, tapi yang pasti Adik hanya merasa kehilangan itu saja Bunda" tanpa izin cairan bening mengalir di pipi putih Alzya. Membuat Alghy menatap cemas. Apa sesesak itu sampai membuat Putrinya menangis?

Alghy lansung pergi meninggalkan 2 wanita kesayangannya, dia tidak ingin melihat Airmata yang sudah keluar dari mata sipit putrinya. Dia tidak sanggup melihat itu.

"Adik harus gimana bun? Adik tidak mengerti dengan diri Adik sendiri." Alzya sudah terisak dipelukan bundanya. Dia merasa frustasi dengan sikapnya yang berubah dalam 2 minggu ini.

"Jangan nangis sayang, nanti ayah marah. Tahu sendiri kan ayahmu itu gimana, dia bisa datangin Orang yang buat kamu nangis" ucap dziya sambil mengelus kepala Alzya dengan sayang.

***

Aska duduk dengan tentara yang lain yang mengikuti beasiswa, tidak memegang benda pipih yang sangat dianggap penting oleh seluruh orang. Radit memperhatikan wajah Aska yang menerawang kedepan. Waktu istrahat siang ini membuat mereka berkumpul semuanya. Saling bercanda satu sama lain tapi tidak dengan Aska.

"Boleh saya duduk disini?" Tanya seorang perempuan yang didepan Aska. Aska hanya menatapnya dingin kemudian menggeser sedikit tempat duduknya. Perempuan itu tersenyum kearah Radit, dan dibalas dengan anggukan kepala.

"Nama aku Nining fachrani Chandradika, nama kamu?" Tangannya terulur kearah Aska yang hanya dijawab tatapan datar dan dingin.

"Angkasa Dewantara Naratama" kalimat singkat dingin dan tatapan datar. Membuat Nining hanya mesem tipis, kemudian tersenyum saat menatap Radit.

"Kamu ada masalah, Angkasa?" Nining membuka obrolan yang dijawab tatapan sinis Oleh aska. Aska lansung berdiri dan meninggalkan nining yang malu.

Selama dua minggu ini, Aska tidak pernah berkomunikasi dengan orang-orang yang seakan ingin mengenalnya. Apalagi tentara perempuan yang ingin mendekatinya, ditolak secara lansung dengan tindakannya yang dingin dan tatapan datar.

"Sombong banget sih, cuma diajak kenalan juga" gerutu Nining menatap punggung Aska yang menjauh. Radit menghampiri Nining

"Dia memang gitu, apalagi dia lagi kepikiran sama anaknya komandan kopassus. Saya permisi" ucap Radit membuat Nining lansung menatapnya. Radit tahu Nining mendekati aska dengan maksud tertentu.

Radit dengan cepat menyusul Aska, mereka saling menyemangatisatu sama lain. Menjadi sahabat seperjuangan membuat Radit mengatahui sikap Aska.

"Ada apalagi, suh? Baru juga dua minggu pendidikan" Aska yang mendengar itu hanya diam. "Jangan begitulah, kita lama loh disini Ka. Satu tahun"

"Kita kapan dapat IB?" Tanya Aska menatap Radit.

"Belum ada pengumuman, kenapa?"

"Mau ngabarin Alzya, kepikiran terus. Menurut kamu gimana?"

"Menurutku, kamu harus jujur sama Alzya. Apalagi waktu terakhir ketemu kamu akuin Alzya hanya sebagai teman dekat, walaupun dia dukung kamu secara penuh. Tapi kan gimana peka nya kamu juga." Aska diam mendengarkan, memang disini yang lebih berpengalaman Radit kalau persoalan wanita. "Secara wanita lebih butuh pengakuan dari pada perlakuan" Aska terdiam lagi.

Rasanya sangat tidak mungkin kalau dia menyukai perempuan yang masih berstatus mahasiswa, lebih parahnya lagi Alzya adalah adik kandung dari teman SMA nya Aldzi.

"Bertindak sebelum terlambat lah, tahu sendiri Alzya bisa sewaktu-waktu di lamar tanpa sepengetahuan kamu" ucap Radit lagi.
Aska lansung menatapnya sengit.

"Jangan nakut-nakutin lah, Alzya itu masih muda"

"Sekarang itu perempuan lebih suka dengan nikah muda, dan mencari pendamping yang lebih dewasa dari mereka."

"Aku mau diskusi dulu, sama pemilik hati. Kalau mrmang dia jodoh ku, aku akan perjuangkan " ucap Aska tegas yang disertai senyum membuat Radit mengerling menggoda

"Padahal Nining tadi itu, cantik loh Ka" Aska lansung menatapnya sengit.

"Dia memang cantik, tapi aku sendiri lebih memilih perempuan yang cantik menutup auratnya" Radit hanya menganggukan kepalanya.

"Kamu sanggup, Alzya itu asli suku bugis loh. Mahar suku bugis itu nggak tanggung-tanggung Ka, kamu kan anak tunggal ya. Jadi nggak masalah lah" ucap Radit sambil tertawa lepas membuat aska menggelengkan kepalanya.

Aska bukan anak tunggal, kakaknya meninggal di kecelakaan pesawat. Seorang perempuan yang berprofesi sebagai pramugari. Diusia Aska yang masih 15 tahun, Aska tidak pernah lupa waktu itu.

Azzananda safira Naratama.

...

Jangan lupa tinggalkan jejak

Vote dan komentar 🤗

Sincerity [END] Tersedia EBOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang