[ 15 ] Tak acuh

97 6 0
                                    

🌸🌸🌸

     Hening. Suasana yang terjadi setelah Pak Rahmad memutuskan akan menikahkan putri semata wayangnya. Entah putrinya setuju atau tidak, Pak Rahmad akan tetap pada pilihannya.

     Sedangkan putrinya, duduk di pojok balkon kamarnya sambil memeluk kedua kakinya, tatapan matanya menuju ke arah bulan yang bersinar cukup sempurna, dia mengeluhkan takdirnya kepada langit yang sedang ditemani beberapa bintang.

     Sebetulnya, pemandangan langit malam ini begitu indah, tapi indahnya malam ini tidak mampu membuat gadis itu melupakan kesedihan yang dideritanya.

      "Mama tau kalau kamu sedih dengan keputusan papa, maafin mama! mama nggak bisa berbuat apa- apa." Ucap Bu Ratna, mama Alysa.

     "Mama nggak perlu minta maaf, Alysa yang salah jadi Alysa akan ngelakuin apa yang Papa inginkan." 

     Alysa menyeka air matanya.

     "Kamu yakin?" Tanya Bu Ratna.

     Alysa menghela nafas kasar, "Jika tidak yakin apa yang akan mama lakukan?" Alysa tersenyum, "Mama nggak akan bisa ngelakuin apa- apa kan?" Tanya Alysa.

     Bu Ratna yang sedikit tersinggung dengan ucapan Alysa memilih pergi  karena tidak ingin mendengar ucapan putrinya yang akan lebih menyakiti hatinya. Alysa masih menatap bulan, kali ini ia menyandarkan kepalanya ke tembok.

     "Aku pikir diamnya papa karena memahami penjelasanku waktu itu dan sudah memaafkanku, tapi ternyata...?!" Lagi- lagi Alysa menghela nafas kasar.

     "Tapi ini memang salahku, dan Faiz? dialah yang sepatutnya disalahkan, tapi semua sudah terjadi mau tak mau aku harus menuruti perintah papa, masih untung aku tidak diusir dari rumah." Pikir Alysa.

🌸🌸🌸

     Sudah seminggu sejak Papa memutuskan akan menikahkanku, hari hariku dipenuhi dengan bayangan bayangan setelah aku menikah nanti. Sampai saat ini aku tidak memberi tau siapapun tentang pernikahanku yang akan berlangsung setelah ulangan tengah semester pertamaku di SMK Bina Bangsa.

     Sebenarnya Kak Rafa sempat pulang kerumah setelah mendapat kabar tentang pernikahanku. Kak Rafa mencoba membujuk Papa agar membatalkan semua ini tapi nihil seperti yang pernah kakak lakukan dulu ketika aku akan dijodohkan dengan kak Ilham. Kak Rafa adalah salah satu orang yang paling mengerti aku, dia dapat mengetahui apa yang aku rasakan hanya dengan menatap mataku saja.

      "Ca, mikirin apa sih?" Tanya Billa.

      "Iya nih, udah kek ibu rumah tangga sepuluh anak." Sahut Alviana.

     "Otw guys, eh enggak.. sepuluh kebanyakan, ntar repot lagi!" Pikirku.

     "Lah?! kok jadi ngelantur gini sih." Pikirku lagi.

     "Sst..Ca! Aldi dateng!" Bisik Alviana.

     "Terus?" Cetusku.

     "Sama Faiz." Sahut Billa.

     "Emangnya kenapa?" Ucapku.

     Setelah kejadian tiga hari lalu, kejadian dimana Faiz memelukku, aku dijodohkan gara- gara dia. Rasanya ingin menjitak kepalanya sampai dia pingsan.

       "Ngapain natap gue kayak gitu?" Tanya Faiz.

      "Gue pengen nampar pipi lo!" Jawabku tak sadar.

ALYSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang