[ 25 ] Masih H-1

70 4 2
                                    

     "Jujur sama gue! Apa yang lo tau tentang perjodohan kita?" Ucap Alysa bangkit dari bangku putih itu.

    Ilham memicingkan matanya, tak tau apa yang sedang dibicarakan Alysa.
    " udah ayo pulang! Gue nggak mau disalahin mama kalo ada apa-apa sama lo."

     "Sebelum lo jawab pertanyaan gue. Gue Tetep disini."

    Ilham makin tak mengerti kenapa tiba- tiba gadis itu bertanya tentang perjodohan yang sebenarnya tidak dia ketahui alasan pastinya.

     "Jawab!" Ucap Alysa sekali lagi.

    Ilham menghela napas kasar kemudian memandang dua bola mata gadis itu . "Pertama karena ulah lu sendiri. Jadi gue kan yang kena imbasnya."

    Alysa memutar kembali ingatannya. Dia menangkap dirinya dengan Faiz di Cafe saat itu. Alysa terdiam beberapa detik, "Selain itu?" Tanya Alysa lagi.

   "Kedua karena mama pengen punya anak cewek."

    "Ketiga?"

     Ilham menggidikkan bahu tanda tak tau. "Gue udah jujur. Sekarang pulang!"

    ___

    Di dapur Alysa menatap Ilham jengah, dia merasa Ilham masih mengetahui sesuatu tentang perjodohan ini.  Seperti yang gadis itu lihat sore tadi di rumahnya, dia mendengar perbincangan papanya dan mertuanya tentang perjodohannya.

    Alysa merasa sesak mengetahui dia dijadikan seperti halnya barang yang digadaikan sebagai jaminan. Seperti itulah yang Papanya lakukan, Untuk memperkecil resiko bangkrut dan rumah disita bank, dia menyerahkan putrinya ke keluarga sangat berada. Yaitu Keluarga Andriansyah dengan alih- alih perjodohan.

    "Yang ketiga apa?!" Tanya Alysa.

    Laki- laki berhoodie itu memutar bola matanya malas, lalu matanya mencari sesuatu di kulkas. "Gue gak tau." Ucapnya sambil mencomot satu buah pir dan beberapa kelengkeng.

    Alysa mengambil buah- buahan dari tangan laki- laki itu. Alysa menatap Ilham ragu.

     "Lu kenapa tiba- tiba nanya tentang ini?" Lirih Ilham mendesak Alysa memundurkan langkahnya.

    Beberapa buah kelengkeng ditangan Alysa jatuh kelantai. Dia baru menyadari ketika dia sudah tidak bisa melangkah mundur lagi.
    "G- gue cuma--- ."

    Tidak seharusnya Alysa mengintrogasi Ilham seperti itu, mungkin Ilham juga korban perjodohan seperti Alysa. Ilham mengunci pergerakan Alysa, merapatkan kedua tangannya ke dinding.

      "Apa? Gue gak tau tentang apapun!" Jelas Ilham kemudian melepaskan kedua tangannya lalu mengambil buah pir dan satu kelengkeng yang tersisa di tangan Alysa .

     Ilham menyuapkan buah kelengkeng yang belum dikupas ke mulut Alysa.

     "Gue mau jemput mama, lo diem dirumah." Ucap Ilham lalu pergi.

    Alysa masih berdiam diri, mematung. Gadis itu mencoba mengatur napasnya yang memburu.

    "Mbak Alysa butuh sesuatu?" Tanya Bi Murti.

     Alysa dengan cepat mengambil kelengkeng dari mulutnya dan mengupas kulitnya. "M-mau makan kelengkeng bi." Jawab Alysa lalu mengambil kelengkeng yang jatuh berserakan kemudian berjalan meninggalkan dapur.

    Di kamarnya, Alysa sibuk mengemas pakaian kedalam koper. Dia mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan memastikan tidak ada yang tertinggal. Hanya seragam batik yang dia gantungkan di lemari, seragam itu akan dipakainya besok.

     Alysa merebahkan tubuhnya di ranjang milik Ilham. Pemilik kasur itu sedang menjemput Bu Shasa yang  memang rutin melakukan arisan setiap hari senin di Cafe ternama kota ini.

    Sesak didadanya masih terasa, Alysa bangkit membuka gorden membiarkan dinginnya angin malam menerobos masuk keruangannnya. Dari atas nampak mobil seorang Doni Andriansyah masuk ke garasi rumah.
Sesak semakin terasa. Seandainya laki- laki itu adalah papanya, Alysa akan langsung meminta semua jawaban atas apa yang telah didengarnya.

     "Mbak Alysa, maaf saya masuk tanpa ijin dulu. Soalnya saya sudah ketuk pintu berkali- kali tapi gak ada jawaban, saya takut Mbak kenapa-napa."

    Alysa menghampiri Bi Murti yang membawakan sesuatu.
    "Gak apa- apa bi, tapi ini apa?"

    "Ini martabak manis dari Pak Doni buat mbak, terus yang ini paket yang dipesan Mas Ilham sudah sampai."

    "Tapi bi, ini paket apa ya?" Kata Alysa sambil membolak- balikkan benda yang ditanyanya.

    "Kalo itu bibi kurang tau mbak, tadi Mas Ilham pesen disuruh naruh di kamarnya. Udah itu aja. Saya permisi." Ucap Bi Murti.

    "Sebentar bi, duduk dulu. Alysa gak akan bisa habisin martabak sebanyak ini sendirian." Kata Alysa mencegah Bi Murti Keluar dari kamar, gadis itu pikir dia bisa mendapat kebenaran jawaban tentang perjodohannya karena Bi Murti sudah mengabdi ke keluarga Andriansyah selama bertahun- tahun.

    "Tidak mbak, tadi saya juga sudah nyicipi Martabaknya Pak Doni." Ungkap Bi Murti.

   "Kalau begitu Bi Murti bawa pulang saja martabaknya, Cucu Bi Murti pasti suka, lagipula saya sudah kenyang." Ucap Alysa.

    "Sebenarnya saya mau tanya  ke bibi, Apa Bi Murti tau sesuatu tentang perjodohan saya sama Kak Ilham?" Tanya Alysa perlahan.

     Wanita tua itu terlihat memikirkan sesuatu, tapi menit selanjutnya dia menggelengkan kepalanya. Dugaan Alysa benar , Tidak ada yang tau tentang tujuan sebenarnya perjodohan ini kecuali Pak Doni dan papanya.

🌿🌿🌿🌿🌿

Salam satu jiwa ❤

Malam ini Double publishhh❤❤❤

ALYSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang