[ 36 ] Bukan Untukku 3

48 3 1
                                    

       "Apa salahnya sih Al kalo lo suka sama Kak Ilham. Apalagi dia kan suami lo." Tanya Naila tanpa mengatur volume suaranya.

      "Kalo pacaran yang wajar aja neng, masa udah suami- suamian. Nanti kalo putus jadi janda muda. Mau?" Cetus Pak mie ayam.

    Alysa mendelik sambil menatap punggung milik Pak mie ayam yang sedang mengaduk mie pesanannya.  Kemudian menatap ketiga temannya yang sibuk menertawakannya.
   
     "Plisss! kalian jangan ngaco." Jawab Alysa.

     Empat mangkuk mie ayam sudah dihadapan mereka berempat. Tanpa basa- basi Alysa mengambil semangkuk miliknya dan menambahkan beberapa sendok sambal.
  
    Tidak aturan. Alysa menuangkan sepuluh sendok sambal kedalam mangkuknya. Ketiga temannya hanya menggelengkan kepala. Alysa memang suka pedas tapi baru kali ini dia menuangkan sambal sebanyak itu.

    "gue gak cemburu, cuma hati gue aja panas."  Ucap Alysa.

    Ketiga temannya mengernyit. "itu namanya cemburu." Ucap Naila.

   "Nggak!! ngapain juga gue cemburu!? Hati gue panas bukan karena cemburu. Bisa- bisanya dia nggak bilang ke gue, kalo dia pacaran sama Kak Shalsa. Tau gitu gue gak perlu ribet jadi pacar palsunya segala."

 

🌸🌸🌸

  Ini adalah luka yang kesekian kali. Padahal baru kemarin kering, dan sekarang sudah mendapat luka baru. Aku menuruni tangga sekolah dengan hati- hati, menoleh kanan kiri memastikan tidak ada fans dari Si Kutukupret . Kebebasanku menjadi seorang human serasa dirampas di sekolah ini.
     
     "Ehem!"

     Brakkk

     Tubuhku terhuyung ke arah depan. Untung saja aku sudah diujung anak tangga. Jika tidak, beberapa hari kedepan sudah pasti aku terbaring di ranjang rumah sakit.

    "Ihhh lo apa- apaan sih? Masih nggak puas liat gue jadi buronan?" Ucapku kesal. Si Kutukupret mengernyit. Memasang wajah tak berdosa.

    "Pergi sana! Jangan sampe fans- fans gak jelas lo nyerang gue lagi!"

    "Itu udah konsekuensi lo jadi pacar gue, ya... Meskipun pura- pura." Jawabnya santai.

    Whattt?! Dia bahkan tidak peduli aku menjadi buronan disekolah ini. Bukan buronan, lebih tepatnya korban bullying. Memar ditubuhku ini kian banyak, dan bekas luka di beberapa tubuhku ini membuatku terlihat seperti preman pasar.

     Aku melanjutkan langkahku dan mengabaikan panggilannya.
   
    "Kenapa sih? Lo sariawan? Udah seminggu lo gak bicara sepatah katapun ke gue." Ucapnya sambil mencekal tanganku.

     Aku menepis tangannya. Menatap bola matanya malas, "Pikir sendiri."

    
   "Gue buat salah apa sih?" Tanya Kak Ilham.

     "Hah?! Lo nggak tau salah lo dimana?"  Tanyaku dan dibalas cepat dengan gelengan. Aku memijat pelipisku. Menarik napas dan menghembuskannya perlahan.

     "Lo gak liat badan gue udah nimbun banyak memar? Tubuh gue jadi media buat ngeluapin seluruh emosi cewek- cewek gak jelas disekolah ini." Lanjutku.
  
     "Terus kenapa lo lapor ke gue? Kenapa nggak lapor ke BK aja?" Ucapnya, lalu berjalan meninggalkanku.
  'hellowwww?! Ini ulah fans- fans lo pretttt'

      Untuk urusan lapor ke BK, itu percuma, hanya membuang- buang waktu saja. Aku pernah sekali melaporkan. Naya, dia anak kelas sepuluh perkantoran. Dia hanya diberi point dan disuruh berjanji untuk tidak mengulanginya. Memang benar Naya tidak berani mengulangi lagi, karena ancamannya adalah dikeluarkan dari sekolah.

     Tapi coba kalian pikir. Fans Si Kutukupret disekolah ini tidak hanya Naya saja. Tentu masih banyak Naya- Naya yang lain.

     "Ngapain liat gue kayak gitu? Mau bunuh gue?" Tanyanya.

     Aku berdecak, "Luka di tubuh gue ini gegara serangan fans- fans lo! Padahal niat gue kan baik. Mau bantuin lo biar nggak dikejar sama cewek- cewek gak jelas kayak mereka. Eh lo nya nggak tau diri, malah asik berduaan sama Kak Shalsa."

   Hening.

   "Oh lo cemburu."




🌿🌿🌿🌿🌿

  

   

  

     

  

  

    
   

     

    

   

   

   

  

    

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALYSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang