"Jo?" Charis yang berjalan lebih dulu memanggai sekretarisnya yang duduk tepat di samping pintu masuk ruangannya.
Lelaki yang dipanggil Jo segera bangkit dari kursi, Wanda menyaksikan betapa patuhnya lelaki itu. Memerhatikannya. Kemudian dia melihat beberapa staf lain yang duduk tersebar di ruangan. Mereka semua kompak menunduk.
"Kubikelnya Wanda sudah dibenahi?"
Merasa namanya disebut, Wanda menautkan kedua alisnya. Dia jadi penasaran dimana ruangan yang disediakan untuknya pribadi. Sementara dia tahu jika ruangan tersebut hanya akan dihuninya sementara waktu. Sampai kebijakan yang punya fokus terhadap perempuan berhasil diterapkan.
"Sudah pak, ada di ruangan bapak, sesuai dengan pesanan bapak," ujarnya.
Sebentar. Bagaimana?
"Saya bakal seruangan sama dia?" tanya Wanda tidak percaya kepada sekretaris pribadi Charis itu.
Lelaki itu mengangguk.
Wanda tahu, marah terhadap lelaki yang dipanggil Jo itu tidak akan menyelesaikan masalah. Sehingga dirinya memandang marah kepada Charis yang membalasnya dengan senyuman lebar. Ini yang dia inginkan.
"Jo, jangan lupa panggil Bekti ke ruangan. Bilang rapatnya dimulai 20 menit lagi," kata Charis, dengan gesture untuk mempersilakan masuk Wanda ke dalam ruangannya.
Wanda tidak banyak mendengarkan apapun yang dikatakan Charis setelah itu. Matanya fokus terhadap ruangan Charis yang di desain seluas tiga kali kamar kosannya. Cukup besar untuk digunakan berdua saja.
Di sudut ruangan ada sebuah meja yang dia duga akan menjadi mejanya. Ada komputer dengan marek apple di sana. Selain itu kalender tahun ini juga terpajang. Wanda tersenyum. Bahkan meja di kantornya tidak pernah dia hias sedemikian rupa.
Lalu beberapa saat terpaku dengan pemandangan ruangan tersebut, Charis masuk. Wanda berbalik. Melihat Charis berjalan ke arahnya. Lalu dia mengalihkan pandangannya begitu saja. Tidak ingin membalas senyuman yang Charis berikan.
"Suka nggak?"
Wanda ingin bilang suka. Tapi dia tidak tahu, apakah kalimat itu pantas dia keluarkan. Masalahnya, apakah lelaki ini akan besar kepala jika nanti dia mengatakan hal demikian? Wanda yakin hidupnya akan jauh tidak tenang jika mengatakannya.
Jadi dia memutuskan mengatakan kata, "Biasa aja."
Charis tahu, dari raut wajah gadis itu bahwa ruangan ini sudah cukup baik didekorasi untuk menjadi lokasi Wanda berkerja. Begitu juga dirinya. Yang selalu ingin melihat wajah gadis itu di berbagai kesempatan.
"Boleh tanya?"
Charis yang sedang akan duduk di atas kursinya memandang Wanda. Lalu mengangguk.
"Kenapa ruangannya ada di sini? Aku pikir, ada ruangan lain yang bisa aku pakai? Di luar juga.. aku kan nggak akan lama di sini."
"Karena nggak lama, aku minta kamu di sini. Dekorasinya juga simpel. Nggak perlu ngatur tata letak ruangan lagi," Charis tahu ini hanya kamuflase. Sejak memutuskan Wanda sebagai rekan kerja, Charis menghubungi Jhonny, yang sebelumnya dia panggil Jo untuk merapikan ruangannya. Melakukan dekorasi singkat dengan desiner interior dan mengubah semua furniturnya.
"Tapi ini berlebihan. Aku, takut mengganggu pekerjaanmu. Misal saja ada tamu datang atau apapun nantinya."
"Tidak ada masalah. Aku bisa menggunakan ruangan lain."
"Kalau begitu aku saja yang menggunakan ruangan itu."
Charis memutar bola matanya. "Bisa terima saja tidak? Aku malas untuk memberikan pekerjaan terhadap Jo hanya karena kamu nggak suka dengan ruangan ini."
![](https://img.wattpad.com/cover/208848681-288-k120557.jpg)
YOU ARE READING
A Midsummer Nights Dream ✔
FanficWanda hanya tidak percaya pada cinta. Dia memilih melakukan apapun sendirian. Lalu Charis datang. Membuktikan cinta itu punya kekuatan magis. Tapi Wanda tidak pernah percaya. Bagi Wanda, cinta sangat menyakitkan. Bagi Wanda, cinta hanya membawanya p...