FABRI(ZIO) -1-

187 49 37
                                    

Suara langkah kaki kian menggema memenuhi penjuru koridor. Iramanya cepat, satu per satu anak tangga berhasil dilewati, tersisa beberapa anak tangga lagi yang harus ia pijak.

Bel pertanda pelajaran telah dimulai sudah berbunyi tujuh menit yang lalu. Gadis itu merutuki kelasnya yang berada di ujung koridor, meliwati tiga lantai yang sangat menguras tenaga untuk menempuhnya. Ia hanya bisa berdoa, semoga keberuntungan masih berada di pihaknya.

Gadis itu memejamkan mata saat tubuhnya tak sengaja menabrak seorang siswa yang berjalan berlawanan arah dengannya. Siswa tadi pun merutuki kecerobohannya dan tak ingin memperpanjang, ia langsung berlalu begitu saja.

Pintu kelas telah terlihat. Dengan cepat, ia menarik knop pintu. Dirinya lupa, bahwa pelajaran pertama diisi oleh Pak Wisnu, guru super tepat waktu yang merambat pula sebagai wali kelasnya.

Gadis itu membalikkan badan. Tepat setelah dirinya menatap teman kelasnya, suara riuh terdengar menusuk ke telinga. Teriakan demi teriakan harus ditelan bulat-bulat olehnya. Suara makian, hinaan, bahkan tawa mereka bercampur menjadi satu.

"Dasar Ratu Telat!"

"Huuu, enggak ngotak banget, sih!"

"Belum jera juga, ya?"

"Minta dihukum lagi dia, gila aja."

Gadis itu hanya memamerkan gigi rapinya sambil menatap Pak Wisnu yang tengah sibuk menginterupsikan siswa-siswinya agar segera diam. Terlihat dari gelagatnya, guru muda itu pun sudah sangat lelah karena harus banyak mengeluarkan suara baritonnya.

"Hehe, assalamu'alaikum." gadis itu menatap teman-temannya yang masih setia mem-bullynya di sana. Sedetik kemudian, tatapannya beralih menatap Pak Wisnu yang berdiri di depan kelas.

Ada yang aneh di sana. Gadis itu memicingkan matanya, meneliti sesuatu yang terlihat berbeda itu. Pun, sama halnya dengan cowok yang berdiri di samping Pak Wisnu tadi, cowok itu terlihat memperhatikannya lama.

"Em, anu .., Pak. Saya boleh duduk?" tanyanya hati-hati. Ia tak ingin memancing emosi terpendam guru paling sabar itu.

Pak Wisnu mengangguk. Kelas semakin gaduh saat gadis itu dengan mudahnya duduk di kursi kebesarannya tanpa diintrogasi terlebih dulu.

Semuanya menyoraki sikap Pak Wisnu yang dianggap terlalu baik itu. Sementara, dua gadis yang duduk di depan gadis tadi langsung menolehkan kepala untuk menatapnya.

"Telat lagi?" tanya Sinta agak keras, meskipun begitu, suaranya masih kalah dengan kericuhan kelas di sana.

Gadis itu hanya mengangguk. Matanya mengisyaratkan pada seorang cowok yang masih dengan sabar menunggu di samping Pak Wisnu. Cowok itu sesekali tersenyum, membuat siapa saja yang melihatnya akan tercekat sesuatu yang mengganjal di tenggorokan.

"Dia murid baru. Mending lo diem aja deh, kita liatin si akang gantengnya bareng-bareng, udah kek boneka, njir!"

Gadis itu menatap Anya, lalu berganti menatap cowok di depan sana. Tak ada yang menarik sedikit pun untuknya. Tipikal cowok tampan idola banyak gadis bukan lah selera yang ia idamkan.

Cowok yang berdiri di sana memang sangat tampan, teramat tampan malah. Ia tak ingin berlebihan, namun cowok itu sudah masuk dalam daftar manusia dengan pahatan sempurna dalam kamus hidupnya. Daftar baru yang tak sengaja dibuat hari ini.

"Sudah, sudah. Mohon tenang kembali." Pak Wisnu beberapa kali terlihat menarik napas dalam. Guru muda itu pun menatap murid berseragam putih abu-abu di sampingnya sejenak. "Mari kita lanjutkan sesi perkenalan kita."

"Ah, Bapak! Masa nggak ada hukuman, sih?"

"Jani udah sering telat, Pak. Mending Bapak hukum aja. Eh, tapi kenalan dulu dong sama si ganteng yang di sana, hihi."

Jani hanya mendelik menatap gadis yang duduk di belakang sana. Lihat saja, ia akan memberi kawanan geng itu pelajaran.

"Ayo, Pak, lanjut aja, kami udah melting, ya ampun."

Pak Wisnu lagi-lagi menarik napas. Ia pun mengetuk-ngetukan spidol ke papan tulis demi membuat situasi kelas kembali kondusif. Setelahnya, tak ada yang berani angkat suara. Aura Pak Wisnu telah berubah, sedikit lebih menyeramkan.

"Baik lah, mohon untuk diperhatikan kembali. Bapak akan melanjutkan sesi perkenalan yang sempat tertunda tadi. Jadi, mohon kerja samanya. Dapat dipahami?"

Sontak saja seluruh isi kelas menjawab, "SIAAAP, PAK!"

Pak Wisnu kembali mengukir senyum ramahnya. Tatapannya berganti ke arah siswa yang masih mempertahankan posisi awalnya, berdiri dengan tangan yang tersimpan di saku depan celana.

"Ayo, lanjutkan perkenalanmu, Nak!"

Cowok itu tersenyum, kemudian mengangguk. Tatapannya kini menyapu seluruh isi kelas. Matanya berhenti tepat di satu kursi kosong dekat dengan seorang cowok berkacamata.

Hal itu membuat para gadis menahan teriakan histerisnya. Puluhan mata dengan terang-terangan tampak memujinya. Berbeda dengan para cowok yang cenderung cuek dan apa pula yang merasa iri serta tersaingi.

Matanya menyapu ke arah lain. Seorang gadis tampak memperhatikannya dengan pandangan menilai. Rautnya menampilkan ketidak tarikan. Cowok itu memicing, dan sebelum mata keduanya bertubrukan, gadis itu sudah mengalihkan wajahnya ke arah lain. Membuatnya menaikan sebelah alisnya, merasa tertarik untuk mengetahui gadis itu.

"Perkenalkan, nama saya Fabri. Pindahan dari SMA Gempita, alamat di perumahan blok A, kawasan dekat sini."

Mendengar suara bass cowok itu membuat para gadis tak kuasa lagi untuk menahan segala teriakannya. Bahkan, banyak dari mereka dengan tidak tahu malu menggodanya dengan suara yang terkesan dibuat-buat.

Fabri hanya tersenyum menanggapi, dan hal itu membuat kelas menjadi semakin tak terkendali. Pak Wisnu lagi-lagi harus menangani anak didiknya yang sedang menggila itu. Ia sangat pusing dengan kelakuan aneh para siswi yang sangat tidak bisa menempatkan situasi tersebut.

"Jan, beuh, hati gue cenat-cenut, nih. Gue enggak bisa ngeliat cogan lama-lama, yang ada, nanti gue bisa pingsan," teriak Anya histeris, yang hanya direspon dengan gedikan bahu tak peduli.

Sinta tertawa, gadis itu menatap Fabri sebentar, lalu kembali menatap Jani di belakangnya. "Cakep, sih. Lumayan buat cuci mata."

"Sudah, sudah. Kalian ini! Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan bertanya. Bapak akan ikhlaskan satu jam pelajaran Bapak untuk sesi perkenalan ini."

See? Pak Wisnu memang sebaik itu. Guru muda tersebut pun memutuskan untuk duduk di kursinya, lututnya sudah cukup pegal karena terlalu lama berdiri. Tanpa banyak bicara, matanya menatap ke arah jajaran gadis yang sibuk berkasak-kusuk di belakang sana.

Tak lama, sebuah pertanyaan muncul, membuat seisi kelas langsung gaduh kembali. Pak Wisnu pun harus turun tangan lagi, dieinya sudah sangat pengap berada di antara murid-muridnya yang susah sekali diatur.

"Udah punya pacar belum, Ganteng?"

***

Hey, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Gimana kabarnya? Stay safe ya, mohon untuk gak ke mana-mana dulu buat sekarang *^

Oh iya, aku mau tanya, tapi serius, gimana kalo cerita ini aku kasih cast? Ada yang setuju? Yang setuju komen di sini, ya.

Buat ke depannya, insyaAllah aku bakal up normal kayak biasa kalo gak ada halangan. Tetep semangat ya, jangan lupa minum air putih.

Salam manis,
intansaadah123

FABRI(ZIO) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang