FABRI(ZIO) -14-

84 21 25
                                    

Suara tepuk tangan menggema mengiringi langkah kaki gadis itu. Seorang berjas hitam dengan garis biru tua dipadukan dengan batik di bagian ujung lengannya tersenyum. Gadis itu berjalan menaiki mimbar.

Gemuruh semakin menjadi kala wajah cantiknya menatap para siswa ramah. Gadis itu pun menyapa hangat. "Selamat pagi!"

Kompak semuanya menjawab, "pagi!"

Dia Tsabella, ketua OSIS yang akan turun jabatan dalam kurun waktu kurang dari dua bulan. Gadis itu sopan, ramah, pintar dan cantik. Pribadinya yang anggun semakin banyak disukai oleh para siswa.

"Sebelumnya, mohon maaf telah mengganggu waktu teman-teman sekalian. Berdirinya saya di sini mewakili seluruh jajaran pengurus OSIS ingin menyampaikan beberapa program akhir di masa jabatan kami. Bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional, kami akan mengadakan lomba bazar makanan dan minuman tradisional. Lomba tersebut diikuti oleh masing-masing kelas dengan seluruh ide kreatifnya," ujar Bella dibarengi dengan senyuman.

Jani mendengarkan sambil membuka bungkusan permen mint yang sempat Sinta berikan sebelum upacara berlangsung.

Hari minggu di akhir pekan sangat membosankan. Dirinya hanya berdiam diri dalam kamar dan tidak melakukan apa pun selain makan, tidur dan mandi.

Tak terasa, ia sudah bertemu lagi dengan hari senin. Hari keramat dengan mata pelajaran yang sangat ingin Jani lenyapkan dari muka bumi ini, seperti Matematika, Ekonomi dan Prakarya. Tiga pelajaran itu penuh dengan hitungan, membuat kepalanya pusing.

"Si Bella nyerocos mulu, ah. Pusing gue dengernya."

Anya terlihat menyeka keringat dengan tangan yang mengipasi wajah. Sedangkan Sinta, gadis itu hanya diam, sesekali menimpali ucapan Anya.

"Panas, njir! Bedak Princess bisa luntur, nih. Mana cuma pake bedak bayi," oceh Jani malas.

Matahari mulai bersinar terik, murid-murid masih dibariskan di lapangan. Beberapa keluhan panas terdengar. Para siswi sudah memulai aksi protesnya.

"Eh, Benni! Lo gak bawa kipas atau apa kek, gitu?"

Anya melempar topinya ke barisan depan, di mana Benni dan teman-temannya berdiri, termasuk Fabri yang saat itu sedang fokus mendengarkan pengumuman.

Benni langsung menoleh, menatap Anya beringas, siap menerkam gadis yang tengah menatapnya malas. Ketiga temannya pun menoleh, menatap tiga gadis yang tengah menyeringai.

"Apaan, nih?" Benni mengangkat topi Anya tinggi-tinggi. "Yang punya kayaknya udah gak butuh lagi."

Benni menyeringai geli melihat wajah Anya yang mulai berubah. Sedangkan Jani dan Sinta hanya memperhatikan mereka dalam diam. Benni melempar topi itu ke barisan kelas X, membuat Anya membelalak dan langsung mengepalkan tangannya.

"Sialan! Awas aja lo!"

***

Bu Wina masuk ke dalam kelas setelah bel berbunyi 15 menit yang lalu. Wanita paruh baya itu meminta maaf atas keterlambatannya, karena ada urusan keluarga yang mengharuskannya datang terlambat seperti sekarang.

"Hari ini, Ibu akan bagi kelompok untuk satu semester ke depan."

Bu Wina terus menunjukkan deret giginya saat matanya tak sengaja berpapasan dengan Fabri. Cowok itu tersenyum membalas, senyum sopan khas murid pada guru.

Jani hanya memicing, menatap Bu Wina yang terus tersenyum, tatapannya seperti terarah padanya, namun tidak. Gadis itu pun menoleh ke belakang, menatap Fabri dan Bakti bergantian.

"Bu Wina senyum-senyum sama lo, Bak?"

Bakti menoleh, cowok itu membenarkan letak kacamatanya. "Gak tau."

FABRI(ZIO) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang