9

592 71 15
                                    

-o0o-

PAGI ini lapangan di penuhi dengan anak-anak dari kelas 12 MIPA 1. Sebagian dari mereka ada yang melakukan praktek bola basket dan sebagian lagi duduk di pinggir lapangan.

Pritt!

"Angga! Kenapa kamu dan teman-teman kamu ini pada gak praktek? Sana ikutan belajar main." bentak pak Hendru selaku guru olahraga. Pak Hendru ini sangat sayang dengan peluitnya dan kumisnya yang naik turun menjadi ciri khas nya.

"Bentar pak, kita ini lagi menatap masa depan." Ucap Yohan sambil menunjuk beberapa cewek anak kelas 12 di gazebo dekat lapangan yang berpakaian minim.

Ucapan Yohan lalu di angguki geng Oxygent lainnya, kecuali Angga.

Pritt!

"Alasan! Udah sana praktek!" Mereka pun akhirnya pasrah saat peluit itu ditiup. Sambil berdecak kesal satu per satu dari mereka berdiri.

Saat Angga hendak menghampiri yang lain, ia melihat Lara sedang berjalan sendirian di pinggir lapangan.

"Mau ngapain kesini?"

Tanya Angga menghampiri gadis itu. Lara hanya menunduk memainkan jarinya, ia merasa bersalah meninggalkan Angga tadi pagi.

"Angga pasti marah ya?" Angga mengernyit bingung, bahkan tidak tau marah untuk apa.

"Kata Erik, tadi pagi Angga ke rumah Lara nungguin Lara. Tapi Lara malah berangkat sama pak Usman,"

"Kata Erik?" Lara lalu mengangguk membenarkan.

Angga yakin, tadi pagi ia telat bangun dan masuk lewat pintu belakang. Maka dari itu ia tidak menjemput Lara. Lalu apa maksud Erik berkata demikian? Berbohong?

Muncul lah sifat Angga yang ingin menggoda Lara.

"Tapi lo malah berangkatnya sama si Usman. ketus Angga mengalihkan pandangannya dari gadis itu.

"M-maaf ya Angga. Kenapa Angga gak ngabarin Lara dulu? Kan Lara bisa tungguin." Angga mengulum senyum mendengar ucapan Lara yang penuh penyesalan.

Angga tak menjawab Lara dan mengalihkan pandangannya dari Lara.

"Hari ini gue pulang sama lo deh, terus nanti gue traktir es krim, mau?" Bujuk Lara sambil tersenyum hangat.

"Nggak mau pulang sama si Usman?"

"Ihh Angga! Nanti kualat, durhaka tau. Panggilnya pak Usman, pake pak." ralat Lara untuk yang kesekian kalinya.

"Biarin, itu kan panggilan sayang gue ke dia."

"Ihh, ngapain pacaran sama pak Usman? Gila lo!" Mereka pun tertawa renyah.

***

Bel pulang berbunyi nyaring. Semua siswa mulai berhamburan memenuhi parkiran untuk mengambil kendaraan mereka. Namun, bu Widya masih setia membagi ilmunya di kelas 11 MIPA 3.

"Bu, udah bel pulang!" Protes Hendra dari bangku belakang.

"Lima menit lagi ya anak-anak. Ibu minta waktunya lagi sebentar aja. Nah, jadi itu 3 konsep yang mendasari sikap dan perilaku, pola pikir.." lanjut bu Widya bersemangat. Sementara seisi kelas terus menghela nafas pasrah dan menggerutu.

[TFS;1] Clarissa (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang