17

697 54 9
                                    

*author saranin pas baca ini sambil dengerin lagu Waktu Yang Salah - Fiersa Besari*

-o0o-

"CELIN juga masuk rumah sakit yang sama, disini. Bodohnya, gue terima acara tawuran itu dan Celin jadi korbannya."

Mendengar itu, Lara benar-benar terkejut.

"Celin kenapa?"

"Kata dokter, Celin punya luka cukup parah dibagian kepala. Dia kehilangan banyak darah dan harus segera dapat pendonor yang cocok. Kondisi matanya juga nggak bagus, kemungkinan dia akan mengalami kebutaan."

Mereka semua hening sejenak. Kini suasana menjadi semakin buruk untuk Lara, semuanya kelihatan bersedih.

"Lara, hari ini dokter bilang akan ada operasi untuk pengeluaran serpihan kaca itu dari kepala kamu." ucap Yuni.

"Resiko nya gimana, ma?" pertanyaan putrinya itu membuat Gerald dan Yuni bingung, bagaimana Lara bisa tau resiko yang akan dihadapinya.

"Kenapa kamu tanya resikonya? Yang penting serpihan itu keluar dari kepala kamu." sahut Gerald.

"Nyawa Lara taruhannya?"

Semua yang ada disana tertunduk sedih.

"Kalau nggak dikeluarkan bisa makin parah, sayang."

Suasana kembali hening. Hanya kesedihan yang menyelimuti ruangan ini kini.

"Lara mau di operasi, pa, ma. Tapi, Lara mau donorin darah dan mata Lara buat Celin."

Sontak perkataan Lara membuat semuanya terkejut, tentu saja dengan Angga.

"Nggak! Ngapain lo ngelakuin itu? Celin bisa dapet donor dari orang lain, dan bukan lo," ucap Angga tegas.

"Ga.. kalau bisa bermanfaat untuk orang lain, kita harus bisa dan mau berbagi."

"Tapi ga gini caranya, Ra."

"Ra, gue tau lo suka kesel sama gue, dan gue pun sebaliknya. Lo gak boleh kayak gini, gue masih pengen punya adik perempuan, lo ga boleh ngomong gitu." kata Rian mulai menangis dan membuat Lara terkekeh.

"Rian jangan gitu, Lara pasti nggak akan ninggalin Rian. Lara sayang sama Rian kayak Lara sayang sama mama, papa. Rian udah kayak kakak Lara dan Rian akan selalu jadi kakak untuk Lara kan?" Rian lalu mengangguk dan memeluk sepupunya itu kencang sambil terisak di pelukannya.

"Kenapa lo gak nangis?"

"Kenapa lo nangis? Gue kan gak akan pergi kemana-mana. Lo lebay deh Rian, kebiasaan. Gue gak suka liat lo nangis, gue malah jadi makin sakit." segera Rian menghapus air matanya dan tersenyum manis untuk Lara.

"Princess belum siap. Honey sweety Lara pasti kuat dan sembuh. Princess tunggu nih di sekolah minggu depan, okeyy?" ucap Dera menahan air matanya terlihat tegar di depan Lara.

"Gue juga udah lama nih gak liat lo di OSIS, jangan lama-lama ya di rumah sakitnya." Lara lalu mengacungkan jempolnya sebagai jawaban.

[TFS;1] Clarissa (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang