5

857 88 28
                                    

-o0o-

CLARISSA POV

"GURU woy!" Teriak Hendra dari ambang pintu masuk. Mendengar ucapannya, semua anak kelas langsung berhamburan mencari tempat duduk mereka masing-masing.

Setiap orang di dunia pasti punya temen macem Hendra. Orang yang kerjanya diem depan pintu ngawasin guru. Pas disuruh maju kedepan suaranya kecil, tapi giliran freeclass suaranya bisa sampe gerbang sekolah.

"Siapa sih yang nyari guru? Enakan juga free," nyinyir Abel. Yah, ini Abel, orang yang paling suka namanya freeclass.

"Gue yang nyari guru. Ulangan tuh udah deket, malah pengen free terus." sengit Sania, anak terpintar di kelas. Belajar itu kesukaannya, ia kebalikan Abel —sangat benci dengan freeclass.

Seorang wanita paruh baya memasuki kelasku. Itu bu Lani, guru Fisika. Dia memasuki kelasku dengan nafas terengah-engah dan kelihatan sangat lelah. Kami seisi kelas lalu menatap bu Lani dengan tatapan heran dan bingung.

"Tolong ya, satu orang ambilkan buku paket fisika di ruang guru." titahnya.

Ide bagus! Gue bisa bolos kan sekali di pelajaran menghitung ini? Aku lalu bangkit dan berbisik pada Dera.

"Biar gue aja, males dikelas."

Dera hanya mengacungkan jempolnya padaku. Sepertinya ia sedang sedih saat ini, tak ceria seperti kemarin. Ia bilang karena Farel tak membalas pesan yang ia kirim sejak kemarin sore.

"Biar saya aja buk," ucapku tersenyum simpul pada bu Lani.

***

AUTHOR POV

Lara berjalan menyusuri koridor laboratorium dan kelas 12 untuk sampai lagi dikelasnya. Ia berjalan pelan, berharap saat ia sampai, bel istirahat akan berbunyi.

'12 MIPA 1'

Tulisan yang tertera di pintu itu memancing Lara untuk masuk. Waktu itu kan Angga bilang dia kelas 12 MIPA 1, pikir Lara. Kenapa dia bisa dapat kelas unggulan?

Dengan penasaran ia pun mengintip melalui salah satu jendela disana. Itu pak Ilham, guru matematika peminatan kelas 12. Di dalam ia melihat Angga dan beberapa teman satu geng nya yang lain duduk di bangku belakang. Di sana juga ada Fero dan teman pelangi nya itu. Iya, pelangi, rambut mereka berbeda warna semua.

Lara benar takjub dengan Angga. Pasalnya pria itu terus menjawab semua pertanyaan matematika yang pusingnya itu setengah mati dengan benar. Wow, pantes aja dia dapet kelas unggulan, batin Lara.

"Lo pacarnya Angga kan?" Tanya salah satu pria yang mengetahui keberadaan Lara. Lara tak menjawab pertanyaannya dan pergi begitu saja.

Tiba-tiba langkah Lara terhenti karena seseorang menarik tangannya.

"Lo ngapain disini? Kepo sama kelas gue ya?" Tanya Angga sambil terkekeh pelan.

"Enggak. Sok tau banget. Gue mau anterin buku fisika ini." alibi Lara menunjukkan buku tebal berwarna merah dengan judul 'fisika' itu.

[TFS;1] Clarissa (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang