16

632 58 7
                                    

-o0o-

"GUE sama sekali nggak takut sama kalian semua. Lihat? Gue bukan pengecut seperti yang kalian pikir!" ucap Angga percaya diri ditemani Celin di sebelahnya.

"Jadi sekarang bawa ratu-nya? Untuk di jadiin taruhan? Good boy!"

Ketua geng Venus itu lalu memberikan aba-aba untuk menyerang dan kini terjadilah adegan saling pukul juga keributan. Celin yang melihat itu hanya tersenyum puas atas segala sesuatu yang dilakukan mulutnya beberapa bulan kebelakang. Kendali Angga kini kembali padanya.

"CELINNN!!!"

Tepat beberapa detik setelah namanya dipanggil kencang, sebuah batu besar mengenai kepala Celin.

***

"Kemungkinan, Lara akan kehilangan semua ingatannya, benturan dikepalanya cukup keras, sementara serpihan itu juga menjadi masalah. Umurnya masih sangat kecil sekali." ucap dokter Indri sedih.

Mendengar itu, Gerald lalu mengahampiri istrinya di ruang rawat inap. Kondisi Rala saat itupun juga parah.

"Gimana kondisi Lara, mas?"

Gerald tak berani menatap mata sang istri. Ia masih larut dalam kesedihannya. Ini tentang Lara, putri kesayangannya.

"Kondisi Lara sangat parah. Dia harus dapat donor mata dan donor darah segera."

Keduanya pun kini bersedih. Sampai akhirnya Rala angkat bicara.

"Biar aku yang jadi pendonor buat Lara, mas. Kondisi aku juga parah dan nggak memungkinkan untuk..."

"Enggak! Jangan lakukan itu. Kita bisa cari cara lain."

"Jangan egois. Lara harus dapet pendonornya segera. Aku juga ikhlas, itu semua demi putri kecil kita. Dia akan jadi cantik nanti, mas."

"Tapi, Ral.."

"Percaya. Aku akan ada selalu untuk kalian. Aku akan ada di dalam tubuh Lara, Lara putri kita yang cantik."

"Pada saat itu juga, om harus rela kehilangan tante Rala." Gerald kini tertunduk sedih, sedangkan tiga remaja dihadapannya masih fokus dengan kelanjutan kisahnya.

"Tante Yuni?" tanya Rian tiba-tiba.

"Tante ini, mama tiri Lara. Tante dan om Gerald gak mau, Lara kehilangan kasih sayang mamanya." jelas Yuni.

"Jadi bertahun-tahun, setiap bulannya Lara cek ke dokter untuk serpihan yang ada di dalam kepalanya?"

Gerald lalu mengangguk, mengiyakan pertanyaan Rian. Tiba-tiba saja, saat mereka masih fokus pada kelanjutan cerita itu, seseorang masuk dengan keadaan bersimbah darah ke dalam rumah sakit.

"Woyy! Itu kan Angga, ayok samperin" ucap Farel. Mereka lalu segera menemui Angga disana.

"Ga, itu siapa yang sakit? Darahnya banyak banget." tanya Yohan penasaran.

"Celin," kata Angga masih mencoba mengatur nafasnya. Ia lalu mengusap wajahnya kasar.

"Celin kenapa? Kena azab pastinya." ucap Farel sembarangan dan menyulut emosi Angga hingga pria itu mencengkram kuat kerah baju Farel.

[TFS;1] Clarissa (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang