-o0o-
LARA menghentakkan kakinya kesal, pagi ini ia sangat kesal. Tunggu, biar kita hitung berapa kesialan yang Lara dapat semenjak pagi hingga jam istirahat kali ini.
-
06.15
Aku masih setia menunggu telpon Angga, namun handphone yang sedari tadi aku ratapi tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan; tidak bergetar atau berbunyi.
"Non, nanti telat. Berangkat sekarang yuk? Nanti pasti ketemu den Angga di sekolah." aku bisa mendengar nada khawatir disana.
Akhirnya aku mengiyakan saja perkataan pak Usman dan berjalan lesu menuju mobil.
Kalau nggak ditungguin pasti nongol, coba kalau udah kesiangan gini.
Belum setengah perjalanan truk besar dengan muatan puluhan galon menghalangi jalan dan macet nya pun sangat panjang, tolong lah ini belum setengah perjalanan.
07.30
Aku sampai disekolah dan apa yang aku khawatirkan terjadi. Pintu gerbang sudah ditutup dan aku terlambat, aku bersumpah ini lah hari pertama aku datang terlambat.
"Pak Budi, biarin Lara masuk. Tadi macet dijalan," rengekku. Aku cengeng dan aku tau itu. Akhirnya air mata ku tumpah dan aku menangis, ini pertama kalinya, percayalah.
"Pakk.. hikss.. Lara mau belajar.."
"Lara, Lara. Lain kali berangkatnya lebih awal. Masuk, terus lapor sama guru piket di sana. Jangan nangis." aku mengangguk perlahan dan segera menuju ke guru piket yang tengah duduk di depan loby sekolah.
"Pak saya terlambat. Nama saya Clarissa Malvies, kelas 11 MIPA 3." ucapku sesekali menghapus air mata ku.
"Terlambat? Kamu kira ini jam berapa? Kenapa bisa kamu terlambat?"
Siapa sih ni guru, nyolot banget. Mungkin guru baru dan ngajar kelas 10 kali ya?
"Maaf pak, tadi kena macet." ucapku jujur.
"Klise! Jangan bohongi saya! Sana bersihkan taman di depan gerbang. Nanti jam 8 kamu bisa kembali ke kelas."
Aksi bersih-bersih pun dimulai. Pertama aku meletakkan dahulu tas coklat caramel milikku di pos satpam lalu mulai mencabuti rumput yang sudah panjang disana.
Jleb!
Aku berhenti sesaat, kurasa aku memegang sesuatu. Dan bentuknya.. kurasa ini...
Ewhhh. Itu kotoran anjing, menjijikkan. Aku langsung buru-buru mencuci tanganku sebersih mungkin, bersih, sangat bersih. Setelah itu aku langsung menggendong kembali tas ku dan tak mau ambil pusing tentang hukuman itu.
Hari ini pelajaran pak Indra, guru matematika peminatan. Aku memasuki kelas dan tampil sesopan mungkin dihadapan pak Indra.
"Lara ya? Tugas kamu mana?"
Whatt! Tugas? Aku langsung mengalihkan pandanganku pada Dera dan Erik disana.

KAMU SEDANG MEMBACA
[TFS;1] Clarissa (end)
Fiksi Remaja[❗FOLLOW SEBELUM MEMBACA❗] "Ra, cinta itu gak bisa dipaksa. Kalau misalnya gue cinta sama lo gimana?" "Angga harus belajar dua hal. Belajar untuk mencintai dan melupakan. Nggak semua yang ada di dunia itu abadi, termasuk Lara. Dan belajar untuk memu...