14

585 59 11
                                    

-o0o-

HARI ini Angga dan beberapa geng Oxygent lainnya pergi ke kelas 12 MIPA 3 untuk menemui Celin.

"Angga? Tumben banget lo nyariin gue,"

"To the point aja. Apa lo ngelakuin kecurangan di lomba itu sampai geng Venus nantangin kita?"

"Kalian ini cemen banget ya? Gue itu melakukan kecurangan untuk mengharumkan nama sekolah, emang kalian nggak mau nama sekolah tenar? Cuma lawan geng Venus doang takut." ucap Celin berdecak kesal.

"Mending lo diem kalau target lo cuma mau menang dengan cara yang gak bener. Ga guna banyak piala tapi ternyata lewat jalan belakang," ucap Yohan sengit.

"Lo yang gak tau apa bisa diem? Gue ngerti dan gue akan lakukan apapun untuk siapapun yang gue sayang! Gue cuma prihatin, nggak lebih untuk sekolah ini. Tapi untuk lo?" Celin diam sejenak dan menunjuk Angga.

"Anything, what i can and can't."

Ia lalu pergi begitu saja dengan senyum miring penuh kemenangan. Inilah salah satu sifat Celin yang sangat dibenci Angga, sifat tak mau mengalah untuk apapun dan siapapun, ia selalu begitu dan akan terus seperti itu.

***

"Jangann Ferdii.. gue gak mau deh ketemu lo lagi kalau gini caranya" Lara pun membenamkan wajahnya dimeja kantin itu.

"Lo ini susah banget deh kalau dibilangin. Udah deh, terserah lo aja maunya gimana." kata pria itu pasrah.

Tiba-tiba Ferdi melihat Celin dan Angga berjalan sangat serasi ke kantin. Dengan Angga si wajah dingin dan Celin yang menautkan tangannya pada lengan Angga disertai senyum lebar yang cerah.

"Lara.. lihat siapa tuh,"

Lara pun mendongak dan mengikuti arah telunjuk Ferdi. Itu benar-benar Angga dan Celin. Mengapa tiba-tiba Angga yang sebenarnya sangat cuek dengan Celin kini begitu dekat? Padahal kejadian di cafe es krim itu belum lewat sebulan yang lalu. Lara lalu melambaikan tangannya mencoba menyapa dua orang tersebut.

"Kak Celin, kak Angga!"

Mereka sontak menengok ke arah Lara.

"Kenapa?" tanya Celin, sementara Angga hanya diam tak bersuara.

"Kalian mau kemana? Gue ikut boleh?"

"Siapa lo? Apa lo berhak ikut campur urusan kita? Pergi sana."

Mata Lara membulat sempurna. Ia hanya tak percaya kalau Angga mengatakan itu padanya. Kenapa Angga jadi berubah?

Lara menghembuskan nafasnya pelan. Suaranya tercekat dan hatinya terasa sakit mendapat jawaban dari Angga yang seperti itu.

"Kak.. maaf kalau gue ganggu."

"Emang lo ganggu. Dari awal juga datang sebagai pengganggu."

Mata Lara berkaca-kaca, ia lalu pergi dari sana meninggalkan Ferdi, Celin dan Angga.

"Lo kenapa sih, Ga? Tega banget lo bilang gitu sama Lara." sengit Ferdi.

"Terus lo punya urusan apa sama gue? Kalau lo suka sama Lara, ambil sana! Masih banyak kok yang selain Lara."

[TFS;1] Clarissa (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang