Bye.

737 45 12
                                    

Cerita ini murni dari pemikiran saya sendiri, tidak ada maksud lain jika ada kesamaan tokoh maupun alur dalam cerita ini, saya minta maaf.

Saya hanya seorang pemula yang mencoba menuangkan kegemaran menulis saya ini untuk menghibur dan dinikmati oleh kalian semua.

Mohon bantuannya juga kritik saran dari kalian akan sangat membantu untuk karya saya selanjutnya, terima kasih.

"Kelangsungan cerita berada di tangan pembaca".

Happy Reading......


....


Jam digital yang menghiasi sebuah kamar yang bernuansa putih biru menunjukan pukul 04.15 WIB. Waktu yang menunjukan dimana sebagian orang lebih memilih melanjutkan tidur nyenyak mereka dan merapatkan selimut mereka daripada harus bangun dan menjalankan ibadah sholat yang jelas sudah menjadi kewajiban mereka yang beragama Islam.


Tetapi berbeda dengan seorang pemuda yang menghuni kamar ini, walaupun dengan tangan kanan yang terbalut perban elastis dan pergelangan kaki kiri yang terlilit oleh gips dengan jari kakinya yang terlihat bengkak, dengan posisi terduduk.

Dia masih tetap menjalankan kewajibannya sebagai umat islam yaitu sholat.

"Bunda, sudah terhitung tiga bulan bunda sama ayah pergi ninggalin kakak dan pergi ke tempat yang indah dan tenang di sana. Kakak sudah ikhlas bun, tapi kenapa bunda sama ayah tega ninggalin kakak sendirian di dunia ini tanpa ada keluarga yang mau nerima kakak. 

Maafin semua kesalahan kakak bun, maaf juga kakak belum bisa bikin bunda sama ayah bangga. Kakak akan selalu berdoa untuk bunda dan ayah, dan lagi kakak akan berusaha untuk tegar menjalani kehidupan ini. Walaupun bunda sama ayah udah nggak ada disisi kakak, tapi kakak yakin bunda sama ayah pasti selalu ngawasin kakak dari sana."

Setelah mungucapkan amin untuk doanya, tanpa ia sadari satu tetes air mata telah menerobos pertahanan yang selama ini dia jaga, dengan diikuti oleh air mata kesedihan yang lainnya.

"Terima kasih bun, karena sudah mengirimkan sahabat terbaik ibu buat kakak, kakak janji kakak nggak akan ngrepotin tante Diana. Kakak akan pindah ke Jakarta bun, yah. Tante Diana pengen kakak tinggal bersama keluarganya.

Kakak janji kalau nanti ada waktu kakak akan balik ke Solo buat ngunjungin bunda sama ayah. Kakak minta doa ayah sama bunda, semoga keluarga baru kakak nanti mau nerima kakak buat tinggal sama mereka." Harapan terakhir pemuda itu untuk bundanya dan juga untuk ayahnya.

Imanuel Reyhan Alkenzo, anak yang baru saja kehilangan sumber kebahagiaan dalam hidupnya. Kecelakaan yang terjadi ketika keluarga bahagia itu sedang dalam perjalanan pulang setelah menghadiri perlombaan piano yang diikuti oleh Reyhan. 

Kebahagiaan yang menyelimuti suasan di dalam mobil seketika menjadi panik ketika tiba-tiba ada benturan yang sangat keras dari belakang mobil. Yang otomatis membuat panik seisi mobil terutama ayah Reyhan yang khawatir karena posisi Reyhan yang duduk dibelakang.

Dengan kondisi cuaca yang hujan sangat deras waktu itu, ayah Reyhan mencoba menyeimbangkan kemudi yang namun sialnya karena jalan yang sangat licin. Bagian depan mobil menghantam pembatas jalan dengan sangat kencang.

Kecelakaan yang merenggut nyawa ibu dan ayahnya telah meninggalkan luka fisik dan hati pada diri Reyhan, membuat ia senantiasa menyalahkan dirinya karena menjadi penyebab kematian kedua orang tuanya.

Kini setelah kedua orang tuanya meninggal, Reyhan harus rela meninggalakan rumah yang menjadi saksi kehidupan keluarga mereka, karena tidak ada satupun keluarga yang mau merawat anak sebatang kara ini.

Sipping My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang