Langit mendung seolah menggambarkan bagaimana perasaan semua orang hari ini. Salsa berjalan paling depan, mengantar sang ibu ke tempat pengistirahatan terakhirnya. Sedang, Tari dan Putri dengan setianya berdiri di sisi kiri dan kanannya, memeluk lengan Salsa untuk memberitahu bahwa perempuan itu tidak sendirian saat ini.
Yoga pun turut hadir di sana. Setelah mendapatkan pesan dari Salsa jika ibunya sudah meninggal dunia, dirinya dan Tari yang berada satu kampus pun langsung saja datang ke rumah Salsa bersama-sama. Terlebih lagi, Tari sampai rela absen pada mata kuliah yang saat ini sedang berlangsung.
Nyaris seluruh keluarga mendadak datang. Baik keluarga ibu, mauapun dari keluarga ayahnya. Tentunya sesiapa pun yang mendengar kabar duka ini, tidak akan menyangka dan benar-benar merasa kehilangan. Layaknya Salsa dan ayahnya saat ini.
Sesampainya di pemakaman ibunya, beberapa orang yang bertugas membawa keranda termasuk ayah Salsa yang turut membantu menurunkannya dengan hati-hati dan meletakkan perlahan di atas tanah. Dirasa semuanya sudah siap, jenazah ibunya yang sudah terbungkus kain kafan pun mulai dimasukkan ke dalam liang lahat.
Beberapa menit berlalu, ayah menghampiri Salsa dan memeluknya. Mereka sama-sama memandangi dengan nanar makam ibunya yang tengah ditimbuni tanah.
Salsa mencengkeram baju milik ayahnya di bagian dada tepat ketika makam itu sudah hampir tertutup seluruhnya. Dia memejamkan mata. Sakit rasanya jika harus kembali merasakan kehilangan seperti ini. "Kenapa ibu pergi, Yah?" lirihnya.
"Karena Allah sayang ibumu, tugasnya di dunia sudah selesai. Kamu jangan terus meratapi ibumu seperti ini, hal ini akan membebankan dia di sana," ujar ayah lirih. "Kita harus ikhlas. Ingat kata ibumu; kita tak boleh menangis seperti ini. Buat ibumu bahagia dengan tersenyum."
Kuat-kuat Salsa menggelengkan kepalanya. "Aku nggak bisa ...."
"Bisa."
Setelah semuanya selesai. Termasuk berdoa bersama-sama. Beberapa warga yang ada di sana mulai berlalu pergi setelah menyalami anggota keluarga sembari mengatakan bela sungkawa mereka.
Dua nisan yang masih terbuat dari kayu sudah dipasang di bagian atas dan bawahnya sejak tadi. Nama ibunya tertulis di sana.
Berusaha untuk tidak menangis lagi. Salsa tersenyum tipis kemudian meletakkan buket bunga di samping nisan ibunya. "Bu, aku harap ibu tenang di sana. Di sini aku bakal terus jagain Ayah, ibu jangan khawatir. Semoga ibu mendapat tempat terbaik. Ibu pasti ketemu a Syauki. Aku kangen sama dia. Dan sekarang nggak cuma bakal kangen a Syauki, tapi kangen ibu juga,"
Salsa menyeka air mata yang nyaris jatuh ke tanah. "Maaf kalau aku belum bisa bikin ibu bahagia,"
Ayah Salsa tersenyum tipis mendengar celotehan putrinya. Dia mengusap kepala Salsa.
Salsa menoleh singkat kemudian kembali menghadapkan pandangannya ke makam tersebut. Dia tersenyum. "Ibu mau kita tabah, ibu mau kita senyum waktu ibu pergi. Itu sulit, tapi masih kita lakuin, bu. Semoga ibu bahagia di sana. Semoga Salsa dan Ayah bisa kembali berkumpul sama ibu dan a Syauki di surga-Nya kelak. Aamiin ...."
Semua yang mendengar ucapan Salsa tak ada hentinya mengamini.
"Kita semua harus tabah, setiap yang bernyawa pasti akan tiada," ujar kakeknya Salsa.
Semua anggota keluarga yang masih di sana mulai bergegas pergi menuju rumah Salsa. Sementara Salsa masih betah berjongkok di samping makam ibunya.
Ayah Salsa berbalik badan. Dia mengisyaratkan Tari, Putri dan Yoga untuk meminta Salsa pulang. Setelahnya, dia pun melenggang pergi lebih dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Tempatku Pulang | [SEGERA TERBIT]
Ficção GeralTekanan dalam rumah, masalah dalam pertemanan, kehilangan seseorang yang melekat dalam hati. Tiga hal itu seolah selalu terikat dengan Salsa. Menyulitkan keadaan, membuatnya terpaksa menjadi orang yang penuh kepalsuan. Rumah tak lagi pernah terasa...