"Di mana Salsa?!"
Hasbi yang tengah meringkuk di depan pintu pun mendongak. Dilihatnya ayah Salsa berjalan tergopoh ke arahnya. Dia berdiri. "Salsa sedang ditangani, Yah," jawabnya ketika ayah sudah berada dekat dengannya. Tak lupa dia menyalaminya.
Ayah Salsa mendekati pintu, melihat Salsa dari kaca kecil di badan pintu. Dia mendesah. Rasa nyeri di dadanya kembali dia rasakan saat harus kembali mendapati orang yang disayangi terbaring lemah di bangsal rumah sakit. "Salsa kenapa?"
Hasbi memejamkan matanya. Dia kembali menangis sembari menunduk.
"Ada apa, Hasbi?!" Ayah mencengkeram kedua bahu Hasbi kuat-kuat. "Jawab!"
"Sebenarnya ... Salsa ...."
"Salsa kenapa?" tanya ayah tak sabaran.
"Penyakit ibu ...juga ada di tubuh Salsa, Yah," jawab Hasbi skeptis.
Ayah berhenti mengerjap, tubuhnya melemas. Kakinya bergerak mundur menuju kursi yang berada di dekat mereka. Terduduk di sana dengan menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Hasbi menghampirinya, diusapnya bahu ayah mertuanya itu. "Aku juga baru tahu di malam setelah acara di rumah waktu itu, Yah."
Melihat ayah meracaukan nama Salsa membuat Hasbi semakin merasa hancur. "Kita harus sabar, Yah. Kita sama-sama berdoa buat keselamatan Salsa. InsyaAllah Salsa bakal baik-baik aja."
Ayah mengangguk lemah.
Hasbi ikut duduk di samping ayah, dia menyandarkan kepalanya ke belakang.
Bohong. Dirinya tak sekuat seperti apa yang dikatakannya. Dia juga takut hal sama yang menimpa ibu Salsa justru terjadi pada Salsa.
Namun, dia berusaha untuk mengenyahkan segala rasa ketidakterimaannya terhadap kondisi Salsa dan berusaha menerima. Karena mau bagaimana pun, Allah pasti menghadirkan hikmah di balik cobaan berupa penyakit ini.
"Bagaimana bisa hal yang sama terjadi pada anakku, ya Allah?" gumam ayah sedikit tak jelas.
Beberapa waktu berlalu, didapatinya pintu ruangan terbuka. Hasbi dan ayah sama-sama langsung mendekat. "Gimana keadaan Salsa, Dok?"
"Salsa itu pasien yang terakhir datang?" jawab Dokter balik bertanya.
"Ya."
"Pasien harus segera mendapatkan penanganan khusus. Karena kondisinya semakin kritis saat ini," ujar sang Dokter.
Hasbi mengernyit. "Bukannya Salsa sudah menjalankan kemoterapi dan rangkaian pengobatan lainnya? Tapi, bagaimana bisa keadaannya justru kritis? Bukannya rangkaian pengobatan yang dilakukan berguna untuk menghentikan sistem kerja sel kanker?"
"Semua pengidap kanker kadang kala mengikuti prosedur pengobatan hanya untuk mengusahakan agar pertumbuhan sel kanker bisa melambat. Namun, semuanya itu kembali pada Tuhan. Tetap dia yang berkehendak, dan Dokter hanya mengupayakan pasien agar bisa sembuh."
"Lalu bagaimana keadaan anak saya sekarang?" tanya ayah.
"Mungkin pasien akan dipindahkan ke ruang rawat terlebih dahulu agar mendapat penanganan khusus oleh Dokter dalam bidangnya. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk memulihkan pasien. Sayangnya ...saat ini pasien mengalami koma."
"Koma?!" beo Hasbi dan ayah nyaris berbarengan.
Dokter mengangguk.
Sembari kepalanya yang bersandar ke dinding, diam-diam tangan yang terkepal itu memukuli dinding di belakang tubuhnya. Hasbi memejamkan mata erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Tempatku Pulang | [SEGERA TERBIT]
Fiksi UmumTekanan dalam rumah, masalah dalam pertemanan, kehilangan seseorang yang melekat dalam hati. Tiga hal itu seolah selalu terikat dengan Salsa. Menyulitkan keadaan, membuatnya terpaksa menjadi orang yang penuh kepalsuan. Rumah tak lagi pernah terasa...