Sesuai yang diharapkan, pada akhirnya Salsa mendapat cuti selama beberapa hari. Sebenarnya, dia hanya mendapat cuti selama dua hari saja dari kantor. Namun, atasannya memberi bonus berupa cuti karena kinerja Salsa yang meningkat. Awalnya atasannya akan memberi bonus berupa tambahan gaji. Setelah sedikit bernegosiasi, tambahan gaji digantikan dengan tambahan cuti selama beberapa hari.
Saat ini, keduanya sudah sampai di Lombok. Mereka sedang berada di pelabuhan. Hasbi tengah berbicara dengan seseorang. Mungkin itu orang yang akan mengantar mereka menyeberang ke pulau Gili Trawangan.
Tak lama kemudian, Hasbi kembali dan mulai membawa koper berisi pakaian mereka yang disatukan menjadi satu. "Kita pakai fastboat. Kalau pakai yang lain lama, Sa, harus nunggu penuh dulu."
Salsa mengangguk. Dia pun mulai mengikuti langkah Hasbi. Saat hendak menaiki perahu tersebut, Hasbi berjalan paling depan. Tangannya tak sedikit pun mau melepas tangan Salsa yang dia genggam. Lelaki itu hanya ingin memastikan bahwa Salsa aman berada di belakangnya.
Beberapa orang turut naik. Sementara Salsa dan Hasbi memilih duduk di bagian samping kiri paling depan. Salsa melihat keluar melalui jendela hitam di sampingnya.
Namun, beberapa saat kemudian dia menoleh saat mendengar Hasbi berbicara. Bukan kepadanya, akan tetapi kepada seseorang di seberang panggilan yang Salsa rasa adalah karyawan atau asistennya.
Hasbi melirik Salsa yang baru saja mengalihkan pandangannya darinya. Digenggamnya tangan perempuan itu sambil terus menginstruksikan sesuatu pada Kamila.
Senyum malu-malu terbit di wajah Salsa. Kendati begitu, dia tidak ingin menatap Hasbi dan terus memperhatikan lautan dari dalam fastboat yang mulai melaju.
Lama-kelamaan, Salsa merasa mual dan kepalanya terasa pusing. "Kak," bisiknya.
Bukannya menjawab dengan ucapan, Hasbi justru menatap Salsa dengan kedua alis terangkat.
Salsa tengok kanan-kiri, memastikan tidak akan ada yang mendengar ucapannya kali ini. "Pusing ...."
Bisa dilihatnya saat itu juga Hasbi langsung menghentikan obrolan dan memasukkan gawainya ke dalam kantong celananya. "Kamu mabuk laut?" tanyanya hati-hati.
"Nggak tahu," Salsa menyandarkan kepalanya ke bagian jendela. Namun, itu tak lama karena Hasbi menarik lembut kepalanya agar bersandar di dadanya saja.
"Mau pakai aroma terapi atau yang lainnya?"
Salsa menggelengkan kepala. "Takutnya ada penumpang yang terganggu karena baunya. Jadi nggak keduanya."
"Ini perjalanan laut pertama kamu?" Mendapat anggukan dari Salsa membuatnya yakin bahwa Salsa mengalami mabuk laut. "Kalau mau muntah, nggak apa-apa."
"Nggak. Aku cuma pusing. Mualnya sedikit," lirih Salsa. "Boleh tidur?"
Hasbi mengangguk. "Iya, boleh. Nanti kalau udah sampai, aku bangunin kamu."
Perempuan itu pun mulai memejamkan mata. Berusaha mengenyahkan rasa mual dan pusingnya dengan tertidur.
Setelah satu jam lebih, fastboat tersebut berhenti di sebuah dermaga. Beberapa orang mulai berangsur turun. Sementara Hasbi belum juga membangunkan Salsa.
Bukan apa-apa. Dia hanya terlalu nyaman dalam posisi sedekat ini dengan perempuan di sampingnya ini. Namun, sadar jika tersisa dirinya dan Salsa saja. Dia pun dengan terpaksa membangunkan Salsa dengan cara mengusap wajah tertutup cadarnya itu. "Sa, udah sampai. Ayo bangun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Tempatku Pulang | [SEGERA TERBIT]
Ficción GeneralTekanan dalam rumah, masalah dalam pertemanan, kehilangan seseorang yang melekat dalam hati. Tiga hal itu seolah selalu terikat dengan Salsa. Menyulitkan keadaan, membuatnya terpaksa menjadi orang yang penuh kepalsuan. Rumah tak lagi pernah terasa...