Debur samar ombak dan semilir angin menjadi satu-satunya yang saat ini tengah perempuan berbadan tua tengah nikmati.
Duduk di tepi pantai dengan kaki terlipat naik. Memejamkan mata menikmati nyamannya berada di tengah-tengah ciptaan indah Sang Pencipta. Sesekali ombak membasahi kauskaki yang dikenakannya.
Rasanya, sudah sejauh ini dirinya melewati hari-hari. Menerima berbagai pertemuan, lalu merelakan kehilangan. Semua kebaikan telah dia dapatkan, kemudian segala keburukan dia terima dan berusaha lupakan.
"Ini minuman yang kamu mau."
Salsa menoleh saat Hasbi datang dengan segelas minuman. Kemudian lelaki itu duduk di sampingnya.
Lama saling diam memandangi pantai. Sembari menyandarkan kepalanya ke bahu Hasbi, Salsa pun angkat bicara, "Kak Hasbi masih ingat. Dulu Kakak kasih sandaran kayak begini waktu aku sedih. Kakak hadir sebagai sosok yang paling paham, yang bikin aku ngerasa berharga di muka bumi,"
Semua kejadian seolah kembali melintas di pikiran. Dia tersenyum. "Sampai-sampai aku rasa kepergian Kakak benar-benar jadi hal paling menyakitkan yang pernah aku rasa selain kehilangan a Syauki, ibu dan teman-teman aku. Seolah aku nggak tahu harus pulang ke mana. Meskipun aku berusaha bahagia, tapi nyatanya aku kehilangan sebagian dari diri aku. Karena ironinya ketika aku anggap Kakak rumah, tanpa aku duga Kakak tiba-tiba pergi dari aku,"
"Benar, ya? Pemilik nggak akan ninggalin rumahnya begitu aja. Makasih udah kembali, dan makasih udah tinggal, Kak."
Hasbi memperbaiki posisinya dan mendekap Salsa dari samping. Dia kembali mendengar istrinya itu berbicara, "Aku ingat, Kakak selalu bilang sama aku buat nggak selalu pura-pura kalau aku baik-baik aja. Kakak benar, aku emang nggak kuat nahan semuanya sendirian. Aku butuh Kakak, aku butuh pulang buat bicara sama Kakak."
Hasbi mengulas senyum dengan pandangan masih tertuju ke depan. "Aku cinta sama kamu, Sa. Untuk ke depannya, aku harap aku bisa terus jadi sandaran buat kamu. Jadi rumah tempat kamu pulang dan tempat kamu ceritain segala hal yang kamu lewati. Apa pun itu, semoga nggak ada lagi kata nyerah. Nggak ada pergi-pergi lagi."
Salsa mengangguk. Dia meminum minumannya dengan tatapan menerawang. Ke depannya mungkin bukan lagi perkara keluarga, tetapi akan banyak kepergian yang tanpa diduga. Selain pulang pada rumah di dunia, nyatanya manusia akan kembali pada Tuhannya.
Dia harap, sebelum itu terjadi. Ada banyak kebahagiaan yang dia dapatkan dengan bersama Hasbi saat ini. Meski dirinya tidak tahu, akan seperti apa mereka tahun depan dan tahun-tahun selanjutnya. Yang dia tahu, ke mana pun mereka pergi. Sebelum kembali pada Allah, keduanya akan sama-sama kembali pada satu sama lain. Pada rumah yang sudah sangat nyaman ditinggali.
—T A M A T—
.
416 words•First Published• : 4 April 2020
°Updated° : 14 Januari 2021Maaf kalau selama pembuatan cerita ini banyak mengecewakan atau membuat kalian kesal, dan untuk part terakhir ini maaf juga kalau nggak sesuai dengan ekspektasi kalian.
But, makasih banyak buat kakak-kakak dan adek-adek yang bersedia membaca dan menghadiahi positive comments dan votenya, makasih banyak untuk segala dukungannya, semoga kalian sehat selalu dan selalu berada dalam lindungan Allah SWT. ya!
See you in the next story♡
follow ig : _sitirubiah
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Tempatku Pulang | [SEGERA TERBIT]
Fiksi UmumTekanan dalam rumah, masalah dalam pertemanan, kehilangan seseorang yang melekat dalam hati. Tiga hal itu seolah selalu terikat dengan Salsa. Menyulitkan keadaan, membuatnya terpaksa menjadi orang yang penuh kepalsuan. Rumah tak lagi pernah terasa...