BAB 30 : Rencana

2.3K 127 2
                                    

Pukul 2 dini hari Hasbi kembali terjaga dari tidurnya. Dia tersenyum saat mendapati Salsa yang masih berada dalam dekapannya, tidur dengan begitu tenangnya. Tangannya terangkat mengusap surai yang sedikit menutupi wajah Salsa. 

Dia senang, Salsa mampu menjaga kehormatannya untuk dirinya. Kini, Salsa bukan hanyalah perempuan menyedihkan yang dulu dia temui di kafe, melainkan perempuan itu berubah menjadi perempuan hebat yang kini dia miliki seutuhnya.

Sebelum semuanya terjadi. Masih dia ingat bahwa pembicaraan mengenai Yogalah yang menjadi awal dan mengakibatkan keduanya berakhir 'tidur' bersama. Tentu bukan karena amarah, bahkan Hasbi tahu beberapa saat lalu Salsa dan dirinya sudah dalam keadaan mood yang kembali membaik sebelum melakukannya.

Jelas saja dirinya merasa kesal. Apalagi setelah tahu bahwa Yoga merupakan mantan pacar Salsa. Namun, Salsa membuatnya mengerti dan pada akhirnya mulai memperbaiki keadaan perasaannya.

Hasbi kembali menurunkan tangannya saat mendengar lenguhan kecil keluar bibir Salsa. Mata perempuan itu mulai terbuka dengan perlahan. 

"Kak Hasbi ngapain ... ish." Bisa dengan jelas terlihat bahwa saat ini Salsa tengah terkejut. Mungkin karena jarak wajah keduanya cukup dekat. Dan saat Salsa bangun, maka satu hal yang langsung dirinya tangkap adalah wajah Hasbi.

"Aku bangunin kamu, ya?"

Salsa menggeleng samar. "Nggak. Tapi, Kakak kenapa ngelihatin aku kayak gitu? Ada yang aneh sama aku?"

"Nggak ada," jawab Hasbi dengan tenang.

"Terus?"

Hasbi mengulas senyuman di wajahnya. "Aku baru bangun, dan langsung disuguhi bidadari yang baru aja turun ke bumi."

Alih-alih merona, Salsa justru tertawa geli. "Kakak kok gombal, sih?"

"Serius ...," Hasbi mengecup dahi Salsa. "Semalam kita keburu tidur, aku lupa sesuatu."

Salsa mengernyit. "Apa yang Kak Hasbi lupain?"

"Berterima kasih karena kamu udah rela ngasih hal yang selama ini kamu jaga,"

Kali ini Salsa sukses dibuat merona. Bukan terpesona sengan ucapannya, melainkan dirinya merasa malu karena Hasbi mengungkit hal tersebut. Terlebih, perlahan bayangan-bayangan yang mereka lakukan beberapa jam lalu mulai bermunculan di kepalanya.

Dia menarik selimut dan menutupi wajahnya.

Kekehan milik Hasbi mulai kembali terdengar memenuhi ruangan tersebut. Dia sadar betul jika Salsa malu karena ucapannya tadi.

Perlahan, Salsa kembali menurunkan selimut yang menutupi wajahnya itu. Namun, hanya sebatas mata. Hal itu justru memancing tawa Hasbi.

Hasbi mengacak rambut Salsa. "Dengar aku baik-baik."

"Hm."

"You are so adorable," Hasbi tersenyum. "Paham artinya?"

Sementara yang ditanya hanya mengerjapkan mata mendapati pernyataan lelaki yang tidur di sampingnya ini. Perlahan dia tersenyum dan menunjukkan keseluruhan wajahnya. "A-aku paham."

"Bagus. Sini, aku peluk. Masih kangen, 'kan?" Hasbi merentangkan tangannya lebar-lebar, membiarkan Salsa masuk ke dalam dekapannya.

Salsa menurut. Hingga akhirnya saat ini dirinya tidur di dalam dekapan lelaki itu. Dengan kepala yang menjadikan lengan kukuh milik Hasbi. "Kak Hasbi."

"Iya," jawab Hasbi seraya memainkan surai milik Salsa dengan salah satu tangannya.

"Waktu pemakaman ibu waktu itu, aku kayak lihat Kak Hasbi ada di sekitar makam waktu aku mau ke rumah. Tapi, waktu itu cepat banget, dan kayaknya aku cuma salah lihat,"

Dia Tempatku Pulang | [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang