Berulang kali Hasbi mengecupi punggung tangan Salsa. Sampai detik ini, isi kepalanya belum juga bisa berhenti memikirkan apa yang sudah mamanya katakan kepada perempuan yang saat ini dengan lelap tertidur di sampingnya.
Sejak kedatangannya ke rumah, dia tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan mamanya itu. Pasalnya, tiap kali dia bisa datang, mamanya tidak ada. Tetapi, di saat Indira mengatakan bahwa mamanya ada di rumah, justru dirinya yang memiliki hal lain yang harus dikerjakan.
Jika pun Hasbi memilih membicarakan hal ini di telepon. Itu akan tidak berjalan baik. Terlebih, mama tetaplah mamanya. Dia masih menghargai wanita yang melahirkannya itu.
Dan lebih lagi, Salsa masih saja sama seperti sebelumnya. Perempuan itu semakin pandai menyembunyikan kesedihannya.
"Kak Hasbi. Berhenti ciumin tangan aku ...," gumam Salsa dengan mata yang masih terpejam.
Hasbi tertawa kecil dan melingkarkan sebelah tangannya ke perut Salsa, karena istrinya itu sedang tertidur dengan terlentang.
Mendapati hal itu membuat Salsa membuka mata dan menoleh. Dia terkejut saat jarak wajah mereka begitu dekat. Alhasil, dia pun sedikit memundurkan wajahnya dan memiringkan posisi tubuhnya menghadap suaminya itu.
Tak lupa Salsa memberikan senyuman simpul kepadanya. "Kak Hasbi kenapa?"
Dia rasa, pertanyaan tersebut adalah yang paling cocok dia lontarkan saat ini. Pasalnya, setelah lima bulan menjalani pernikahan dan sering bersamanya membuatnya tahu jika ketika Hasbi melakukan hal-hal aneh seperti barusan, itu pertanda bahwa pikiran lelaki itu sedang terganggu oleh suatu masalah yang serius.
Bukannya jawaban, yang dia dapati adalah sebuah kecupan di dahi. Kemudian lelaki itu memajukan wajahnya, mengikis jarak bahkan hingga kedua dahi mereka menyatu.
Hasbi tidak melakukan apa pun. Dia hanya menatap Salsa dalam jarak sedekat itu.
Meski nyatanya hal-hal seperti ini bukanlah hal yang baru bagi Salsa. Akan tetapi, jantungnya masih sering kali berdetak tak terkendali saat Hasbi berada sedekat ini dengannya. Bahkan ketika dia bisa merasakan embusan napas Hasbi yang menerpa wajahnya.
"Sa,"
Pandangan Salsa bergerak naik, kembali menatap mata hitam kecokelatan milik Hasbi. Namun, yang dia dapatkan saat itu adalah sebuah kekalutan yang entah disebabkan karena apa.
"Waktu kamu kritis beberapa bulan lalu, apa kamu mikirin keluarga aku?"
Salsa menjauhkan wajah serta tubuhnya dari Hasbi. Mengapa masih saja Hasbi membahas kejadian itu. Kejadian di mana tidak ada yang mempedulikannya bahkan di waktu kritis sekali pun.
Di hari ketika dia dipulangkan kakaknya Hasbi memang menghubunginya. Meminta maaf karena tidak datang ke rumah sakit. Dan besoknya, saat Hasbi pergi bekerja Indira datang ke rumah. Membawakan beberapa makanan untuknya.
Rasanya, selain Tari dan orangtuanya. Di keluarga inti Hasbi, Indira menjadi satu-satunya orang yang mau berbaik hati padanya. Saat bertemu maupun bertelepon, kakaknya Hasbi itu sedikit pun menyinggung ucapan mamanya saat itu. Hal tersebut menandakan bahwa dirinya tidak tahu-menahu tentang kejadian malam itu.
"Sa. Kok, diam?"
Salsa kembali menoleh saat Hasbi bersuara. "Tentu aja aku mikirin keluarga Kakak,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Tempatku Pulang | [SEGERA TERBIT]
Ficción GeneralTekanan dalam rumah, masalah dalam pertemanan, kehilangan seseorang yang melekat dalam hati. Tiga hal itu seolah selalu terikat dengan Salsa. Menyulitkan keadaan, membuatnya terpaksa menjadi orang yang penuh kepalsuan. Rumah tak lagi pernah terasa...