Ulangan Akhir.

469 58 1
                                    

Hari ini adalah penantian bagi mereka yang sudah 12 bulan belajar dengan keras. Ya, Ulangan Akhir Semester.

Seorang murid laki-laki bertopi Ala Paskibra sedang berdiri tegak diantara murid lain yang berbaris dibelakang-nya, dan ditengah segar-nya udara pagi ini.

Ya, dia Rama. Komandan utama Paskibra SMA Kencana Jakarta. Laki-laki misterius yang konon tak pernah terpaut dalam suatu ikatan, yaitu pacaran.

"Kepada, sang merah putih. Hormat gerak!" Ucap Rama dengan suara lantang yang bisa membuat siapa saja bergeming.

"Tegak gerak!" Pimpin Rama lagi.

Rama berbalik dengan gerakan Paskibra-nya. Menghadap ke seluruh penjuru SMA Kencana Jakarta dengan tubuh yang masih saja tegak.

Hal itu tentu membuat sebagian murid perempuan terpekik. Rama dengan baju Paskibra kebanggaan-nya, dan juga dengan keringat yang membasahi wajah-nya. Pemandangan yang agak-nya sayang jika dilewatkan.

Samar-samar, Rama mendengar bisikkan dari para murid perempuan SMA-nya itu.

"Rama cakep banget gila!"

"Anjir nikmat manalagi yang kau dustakan."

"Astagfirullah jodoh gue!"

Dan bisikkan-bisikkan yang lain-nya. Namun, Rama tidak peduli. Tatapan-nya tetap lurus kedepan. Sampai seorang perempuan yang berdiri tepat didepan Rama bergerak gelisah. Siapa yang tidak salah tingkah?

Sampai akhirnya protokol membacakan susunan upacara yang terakhir. Semua murid menghela napas lega. Ada beberapa yang sampai berteriak kegirangan karena upacara sebentar lagi akan selesai.

Kecuali Rama. Ia tak ingin image-nya buruk disekolah. Tidak boleh.

Upacara pun selesai, semua murid segera berlalu-lalang memasuki kelas mereka masing-masing dengan niat yang berbeda. Ada yang ingin belajar, dan ada juga yang ingin pacaran.

Rama. Cowok itu bergegas pergi ke kelas-nya untuk membereskan peralatan yang menempel pada baju Paskibra-nya. Dan setelah itu, ia duduk dan belajar. Mempelajari apa yang sebenarnya sudah sangat ia kuasai.

Dan alhasil, Rama berhasil mengerjakan semua soal ulangan dengan tenang. Tanpa melirik kanan atau kiri.

Dilain tempat namun di waktu yang sama. Ada Agung, dengan wajah kesal-nya karena tidak mengerti apa yang sedang ia kerjakan.

"Bie, nomer dua apaan?" Bisik Agung pada Abie yang kebetulan menjadi teman sebangku Agung pada ulangan kali ini.

Agung sangat senang mengetahui bahwa Abie yang akan menjadi teman sebangku-nya. Tapi Abie tidak. Ia malah merutuki nasib jelek-nya.

"Baru nomer dua dan lo udah nanya?" Tanya Abie balik dengan wajah kesal milik-nya.

"Nggak jelas ini soalnya!" Gerutu Agung sembari mengambil kertas soal yang ia punya.

"Lo aja yang bego." Tukas Abie tak memperdulikan ocehan Agung.

"Bie? Astagfirullah lo kalo ngomong ya. Sumpah Bie ini gue nggak ngerti. Kalo gue ngerti juga nggak bakal nanya kali." Kesal Agung karena Abie terus mengacuhkan-nya.

Abie hanya melirik sekilas lalu kembali mengerjakan soal dengan tenang.

"Bie! Gue rusakin earphone lo ya!"

"Apaan sih? Diem kek elah-"

"Abie, Agung. Ada apa?" Tanya Ibu pengawas ujian dikelas mereka.

"Nggak Bu." Jawab Abie dan Agung bersamaan. Bersamaan dengan mendarat-nya sepatu Abie diatas kaki Agung.

The Seken One (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang