Sepertinya Kembali

160 37 11
                                    

Selamat malam dan selamat membaca!

Zanna mengoleskan masker wajah yang baru saja ia buat ke wajahnya sembari membaca buku biologi yang ia taruh di atas meja. Cewek itu baru saja selesai menunaikan sholat isya. Besok, guru biologinya mengadakan ulangan harian, dan yang membuat Zanna menghela napas, gurunya baru memberitahu jika besok akan ada ulangan jam empat sore tadi. Jadi, ia harus menggunakan cara kebut semalam untuk belajar malam ini. Ya, mudah-mudahan saja hasilnya tak mengecewakan.

Zanna membaca satu persatu kata yang tercatat di bukunya, sambil sesekali mencoba menghafalkannya. Dari semua mata pelajaran yang ada di jurusannya, Zanna rasa, biologilah yang paling mudah, entah kenapa, ia lebih suka menghafal daripada menghitung. Tapi tidak juga sih, jika ia harus menghafal banyak materi dalam satu malam, bisa dipastikan kepalanya akan pecah.

Di sela-sela kegiatannya, tiba-tiba ponselnya berdering, menandakan panggilan masuk. Ia menghampiri ponselnya yang ia letakkan di atas ranjang.

"Assalamu-"

"Lo di rumah kan, Zan?"

"Waalaikumsalam."

"Iya, di rumah. Kenapa Res?"

"Ganti baju lo, gue ke rumah lo sekarang."

Tanpa menjelaskan apa-apa lagi, Resti memutuskan saluran telepon mereka. Aneh, ada apa dengan Resti malam-malam begini?

Zanna memutuskan untuk langsung mengganti pakaiannya dengan cepat, karena Resti termasuk tipe orang yang mengendarai motor dengan kecepatan gila-gilaan. Siapapun yang pernah merasakan pengalaman naik motor bersama Resti, pasti tau betapa ugal-ugalannya cewek itu.

o0o

Tak ada yang lebih menyenangkan dari mendengarkan lagu kesukaan sambil memakan mie instan berkuah hangat di malam hari. Apalagi jika harus ditemani seseorang di sisi kiri, pasti akan menambah sedapnya rasa mie instan yang selalu memikat hati.

Tapi poin terakhir sepertinya tak berlaku untuk Resti, cewek itu hanya duduk sendiri sambil memakan mie instan hangat yang ia buat dengan sepenuh hati. Tidak lupa dengan alunan lagu dari musisi lokal yang menemani kesendiriannya.

Ia masih memikirkan bagaimana cara untuk membuat teman-temannya bersatu kembali. Tapi daritadi, ia tak kunjung menemukan jawabannya. Sebenarnya sudah terjawab sih, hanya saja Resti takut jalan yang ada di pikirannya malah membuat kerenggangan yang sudah ada semakin bertambah.

Resti menyalakan ponselnya, membuka aplikasi Instagram, membalas pesan-pesan dari temannya yang belum ia jawab.

Rama: res

Resti hampir saja melempar ponsel sangking kagetnya.

Resti: kenapa?

5 menit kemudian dan Rama masih belum membalas pesannya. Orang ini, untung saja temannya.

Rama: [Share Location] bisa kesini? agung kecelakaan, tadi

Resti: gausah ngadi-ngadi deh

Rama: gue terlalu males buat bohong

Resti: ram anjir beneran

Rama: cepet, temen lo koma

Tanpa aba-aba, ia segera menghubungi semua temannya.

"Bun, Resti izin keluar sebentar," tukasnya sambil mencium tangan sang Bunda dan Ayahnya.

"Kemana? Jangan lama-lama, udah malam."

"Urusan anak muda, Bun."

"Jangan aneh-aneh."

The Seken One (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang