Beruntung?

319 45 7
                                    

Happy reading, peeps!

Instagram: wattsaulia.

Sebuah kaleng mendarat keras mengenai pagar salah satu rumah. Terlihat cowok dengan raut wajah yang tak bersahabat sebagai pelakunya. Rama berusaha menenangkan dirinya dengan cara menendang kaleng yang tergeletak di jalan.

Untungnya, kaleng itu mendarat mengenai pagar, bukan mengenai pejalanan kaki yang sedang lewat.

Rama berjalan menuju taman, berniat untuk menenangkan diri. Ah ya, Rama jarang sekali membawa motornya jika ingin pergi bermain bersama teman-temannya, karena jarak rumahnya lumayan dekat.

Oliv? Perempuan itu adalah sebuah pengecualian.

Sebenarnya rumah Oliv lumayan jauh juga, namun masih bisa ditempuh dengan jalan kaki.

Lantas mengapa Oliv selalu diantar jemput menggunakan mobil? Karena perempuan itu tak ingin merasa lelah walau hanya sesaat.

Lebay? Sepertinya tidak. Mungkin saja Oliv ingin menghabiskan energinya untuk pekerjaan lain yang lebih penting.

Rama mengepalkan tangannya, entah kenapa, ia merasa sangat marah sekarang.

Padahal jika dilihat-lihat, ucapan Agung tadi tidak bermaksud apa-apa.

Agung hanya bertanya apakah Oliv yang menyuruhnya untuk keluar dari grup dan juga mengacuhkan teman-temannya bahkan menjauh?

Mungkin saja Rama menangkap maksud lain yang tersirat dari omongan Agung.

Perlu diingat, tidak semua orang akan menangkap kata yang terucap dari mulutmu dengan maksud baik. Karena sejatinya, semua orang tercipta dengan pola pikirnya yang berbeda-beda.

Rama melamun, hingga tak sadar bahwa ada mobil yang melaju kencang dari belakangnya.

Tin tin!

Rama menoleh, sepuluh centimeter lagi mobil itu akan menabraknya.

Sepuluh centimenter lagi jika Rama tak segera menggerakan tubuhnya menjauh.

Sret!

Lengan kanan cowok itu terserempet badan mobil.

Rama segera menarik lengannya menjauh. Karena jika tidak, lecetlah lengannya. Tapi terlambat.

Mobil itu melaju sangat kencang, jika saja tadi Rama tak segera menggeser tubuhnya, mungkin saja cowok itu akan berakhir mengenaskan di rumah sakit.

“Dek, minggir kalo jalan!” Terdengar teriakan dari pemilik mobil tadi. Sebenarnya pengemudi mobil itu tidak sepenuhnya salah karena Rama sendiri juga berjalan agak ketengah tadi.

Rama mengucap istighfar berulang kali. Sungguh, ia kira hidupnya akan berakhir pada hari ini. Tapi ternyata tidak, belum maksudnya.

“Lo bego atau bodoh? Kalau ketabrak beneran yang mau nolongin lo siapa? Gue sih nggak mau!”

o0o

“Sakit anjir!” protes Rama ketika Resti berusaha mengobati lecet di lengan kanannya.

“Udah ditolongin bukannya makasih! Kalo nggak ada gue siapa yang mau capek-capek ngobatin lo gini, nyet?” balas Resti kesal.

The Seken One (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang