Setidaknya Untuk Saat Ini.

296 42 3
                                    

Happy reading, peepz!

Now playing: Symphony—Clean Bandit ft Zara Larsson.

Instagram: wattsaulia.

Suasana kelas tiba-tiba saja menjadi canggung. Agung yang biasanya akan bertingkah abstrak tiba-tiba menjadi seorang yang pendiam, tanpa alasan.

Begitupun dengan Putra, ya walaupun cowok itu kadang masih ngoceh-ngoceh nggak jelas, tapi ia juga menjadi lebih banyak diam. Mungkin karena nggak ada Agung yang bisa ia ajak buat bercanda.

Abie? Oh, jangan ditanya. Cowok itu tak berbicara, namun bernyanyi seperti hari-hari sebelumnya.

Kalau Rama sepertinya tak perlu dijelaskan, cowok itu memang irit bicara. Kecuali—

“Udah selesai?” tanya Ocha begitu melihat Resti yang meletakan pulpennya diatas meja dengan senyum mengembang.

“Belom.” Resti menoleh kemudian tersenyum dan menguap lebar.

“Tutup mulutnya kalau nguap.”

“Oh iya, lupa.”

Zanna mengerutkan dahi bingung, ia menoleh sedikit ke belakang, tempat dimana Rama dan Oliv duduk. Lalu ia melihat kedepan lagi, kemudian ia menoleh kebelakang lagi.

“Oliv, geser ke kanan dikit deh, meja lo kurang lurus sama barisan ini,” ucap Zanna.

Oliv tersentak, namun dengan cepat ia memulihkan ekspresinya kembali. “Ah iya, Zan,” jawabnya pelan lalu menggeser sedikit mejanya ke kanan.

Dan sekarang, Oliv harus memangkas jaraknya dengan Rama.

Apa Zanna tak tau jika Oliv masih awkward dengan kejadian kemarin? Bahkan hingga Oliv sampai dirumahnya, Oliv tak berbicara sedikitpun dengan Rama.

Ya, Rama mengantar Oliv hingga cewek itu masuk kedalam rumahnya.

Kesambet setan apa, Ram?

Abie melepas earphone ditelinganya. Ingatannya tiba-tiba saja mengarah pada kejadian kemarin, saat ia melihat Oliv dan Rama yang tengah—berpelukan dijalan? Ah, ia tak melihat lebih jelas dari sekadar itu.

Abie menoleh ke belakang. “Eh Liv, Ram. Kemaren gue liat lo berdua dijalan, lagi pel—”

Sebelum Abie sempat menuntaskan perkataannya, Ocha sudah keburu melempar Abie dengan kotak pensil miliknya.

Wajah Oliv sudah pucat pasi, sedangkan Rama? Cowok itu hanya diam menunggu kata selanjutnya yang ingin Abie ucapkan.

“Aduh!” Abie mengaduh kesakitan.

Ocha berjalan menuju tempat duduk Abie, bermaksud mengambil tempat pensil yang sengaja ia lempar, sekaligus menegur cowok itu.

Ocha membungkukan badannya disamping Abie. “Lo bego apa gimana? Ya nggak usah ditanyain disini lah anjir!” bisiknya pelan.

Abie mengerutkan dahi, “lah, emang kenapa?” tanyanya.

Ocha mendecak, “ya nggak usah aja!” balas Ocha.

Selesai menuntaskan tujuannya, Ocha kembali lagi ke tempat duduknya sambil menepuk dahi.

“Eh itu—Liv, Ram, kayaknya gue salah liat deh. Sorry ya,” ucap Abie sedikit gagap.

o0o

“Lo kenapa diem aja dari tadi, Gung? Tumben-tumbenan, biasanya lo berkoar kayak anak ayam,” tanya Resti setelah mereka semua keluar dari rumah Bu Rini.

“Nggak apa-apa, Res. Kepala gue lagi pusing aja,” jawab Agung pelan.

“Coba sini gue liat.” Putra mengarahkan telapak tangannya menuju kening Agung, dan dengan sigap Agung langsung menepisnya.

“Gue bilang pusing, bukan demam,” bantah Agung.

“Butuh obat?” tanya Resti lagi.

“Udah kok Res, makasih.”

“Udah makan?” Kini giliran Ocha yang bertanya.

“Belom Cha, beliin dong.”

“Mau apa? Nasi goreng atau sate?” Tanpa disangka, Ocha mengeluarkan handphonenya berniat membeli makanan di aplikasi antar makanan.

“Eh enggak anjir, bercanda doang serius amat lo pada,” tukas Agung sambil menepuk bahu Ocha pelan.

“Beneran Gung?” tanya Ocha memastikan.

“Iya, makasih banyak.”

Disaat seperti ini mereka akan menunjukan kepedulian masing-masing. Apalagi Resti, ia akan terus bertanya sampai yang ia tanyai jenuh.

Ya, walaupun terkadang tingkah mereka abstrak, tak ada alasan untuk saling tak peduli.

Rama menghela napasnya pelan. “Kalau ada masalah, bilang,” katanya.

“Sejak kapan gue punya masalah? Ya paling dikejar tetangga doang gara-gara ketauan maling mangga,” jawab Agung disusul tawa teman-temannya yang lain.

“Lo masih suka maling mangga, Gung? Gila bener!” tanya Nadine yang kaget karena kebiasan Agung 4 tahun lalu masih tak berubah.

“Lagian, siapa suruh mangganya keliatan seksi banget? Gue jadi pengen nyomot aja bawaannya,” jawab Agung.

“Nggak boleh tau Gung, lebih baik izin aja dari—”

“Iya, Zanna, iya. Gue izin dulu deh kapan-kapan!”

Ternyata benar, tak akan ada hari tanpa suara tertawa di hidup mereka.

Mereka pulang dengan tawa yang sama seperti hari biasanya. Ya, setidaknya untuk saat ini.

o0o

To be continue.

Jangan lupa vote dan comment.

With love, Aulia🌮

The Seken One (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang