Perihal Pintu.

429 51 3
                                    

Happy reading, peeps!

Tidak ada kata tidak bertengkar bagi murid les disini. Entah sekecil apapun masalah, selalu akan ada baku hantam yang mengiringi penyelesaian masalah itu. Seperti contohnya di sore mendung ini, Ocha yang baru saja datang harus terkena lemparan sendal Abie.

“Apaan sih gue baru sampe ya anjir!” maki Ocha kesal sambil mengelus kepalanya yang terkena lemparan. Alih-alih menjawab, Abie malah kembali marah-marah. “Gue mau masuk kenapa lo halangin!” makinya kepada Putra.

“Ya udah sih iseng doang, nggak usah baperan jadi cowok!” balas Putra tak mau kalah. Abie maju beberapa langkah mendekati Putra, mencengkram kerah baju hijau Putra dan mendorongnya hingga tersungkur.

“EH ABIE?!” teriak Nadine yang baru datang dengan histeris. “Lo ngapain gulat disini? Udah gila ya?!” maki Nadine, alhasil, kaki Nadine terkena tendangan Putra yang sebenarnya mau diarahkan kepada Abie. “APAAN SIH KOK LO JADI NENDANG GUE?!” kesal Nadine lalu memukul perut Putra dengan keras.

Abie yang melihat pun tertawa, “Pukulin aja terus Nad, biar babak belur sekalian!” tukasnya. Putra melotot lalu berdiri, otomatis Nadine terjerembap dan jatuh. “Apa lo?!” tantang Putra sambil mengepal tangannya. Abie yang merasa tertantang pun segera memukul perut Putra, membuat cowok itu mengaduh dan batuk.

“Woi jangan berantem! Nggak malu diliatin anak kecil?!” tegur Nadine berusaha memisahkan, teguran tak langsung, karena jika langsung pastinya Nadine akan ikut jadi korban. “Woi yang didalem siapa sih?! Sini bantuin ini dua curut berantem!” teriak Nadine.

Ocha, Resti, Zanna, Agung, dan Rama langsung keluar dari rumah Bu Rini. Entah apa yang membuat mereka tak mendengar bahwa ada pertengkaran. “WUIH TONJOK TERUS PUT!” ucap Agung memprovokasi.

Bodoh! Pisahin Gung!” maki Resti, cewek itu ingin memisahkan Putra dan Abie, tapi tak sampai hati karena wajah Putra yang memerah menahan marah. “Itu beneran marah, liat aja muka Putra udah kayak sawo—eh maksunya tomat!” ucap Zanna.

Rama mendecak sebal, bingung dengan apa yang menjadi sebab pertengkaran mereka, cowok itu maju selangkah mendekati Putra dan Abie yang masih dalam pergulatan. “Ngapain deket-deket? Sana, kena tonjok baru tau rasa lo!” kata Abie sambil masih terus menjambak rambut Putra.

“Mau pada udahan atau gue videoin terus kirim ke Ibu lo pada?” tanya Rama santai dengan tangan yang dimasukan kedalam saku celananya. “Gimana?” tanya Rama lagi. Putra pun menghela napas kasar dan menatap nyalang Abie. “Nggak usah, Ram. Gue masih sayang uang jajan gue.” ucap Putra lalu pergi ke dalam rumah Bu Rini bersama luka-luka lebam di wajahnya. Begitupun Abie, “Masih nggak mau ngalah, Bie?” tanya Rama. Abie hanya melirik Rama sekilas lalu pergi ke dalam.

“Ngapain dipisahin sih Ram?! Udah lama gue nggak liat tinju.” tukas Agung kesal lalu pergi ke dalam. Hanya tersisa Resti, Ocha dan Zanna yang sedang membantu Nadine serta mengobati luka di lututnya. Rama menatap sekilas ke arah Nadine dan menggumam pelan, “lemah.” Nadine yang mendengar itu langsung berteriak keras. “APA LO BILANG?! RAMA SIALAN!”

➖➖➖

“Putra? Bisa berikan alasan kenapa kalian bertengkar?” tanya Bu Rini sambil menopang dagunya. “Dia aja Bu yang jelasin.” jawab Putra dan menunjuk Abie. “Dih apa-apaan lo? Kan lo yang disuruh!” balas Abie. “Ya udah sih tinggal ngomong doang apa susahnya.” kata Putra. “Ya udah nggak susah kan ngomong? Ya ngomong ngapain lo nunjuk gue?” balas Abie.

“Ibu nggak suruh kalian debat!” bentak Bu Rini membuat keduanya terdiam. “Saya halang-halangin dia masuk Bu.” jawab Putra. “Tuhkan Bu, emang—”

“Tapi saya cuma bercanda Bu! Dianya aja yang baperan!” potong Putra membuat Abie melotot. “Lo kalo jadi gue gimana?! Kesel nggak digituin?” kesal Abie. “Nggak tuh, biasa aja. Karena gue nggak baperan.” balas Putra.

“Dua-duanya keras kepala.” celetuk Nadine, ia masih kesal menjadi korban keganasan pertengkaran mereka berdua tadi. “Kamu benar Nadine, tapi maaf, Ibu nggak menyuruhmu bicara.” kata Ibu Rini membuat Nadine menunduk malu. “Sekarang minta maaf.” lanjut Bu Rini.

“Ibu ngomong sama siapa?” tanya Putra dan Abie bersamaan. “Ya sama kalian lah! Cepat minta maaf!” jawab Bu Rini kesal. “Maaf.” tukas Putra tanpa menatap Abie. “Hm.” jawab Abie.

“Maaf juga.” tukas Abie. “Hm.” jawab Putra membuat seluruh kelas tertawa. “Masih jam 2 lewat 45 menit, 15 menit lagi kelas akan dimulai. Ibu mau menyiapkan soal didalam, kalian bisa cari soal yang nggak dimengerti, nanti akan kita bahas.” ucap Bu Rini menginterupsi. “Ya, Bu.” jawab semua.

“Masih sakit, Nad?” tanya Ocha. “Nggak terlalu, sih.” jawab Nadine. “Sama kok, gue juga tadi kena lemparan sendal sama si Abie tuman.” gerutu Ocha dan kembali mengelus kepalanya. “Untung nggak geger otak.” lanjut Ocha.

Assalamualaikum, sore semuanya.” sapa Oliv yang baru saja datang. Sore ini, Oliv menggunakan bandana hijau tosca yang membuat dirinya makin terlihat cantik.

Dan tentunya, membuat seorang Rama tak berkedip.

“KEDIP WOI!” tukas Agung tepat di telinga Rama. “Apa sih.” balas Rama lalu kembali membaca bukunya. Oliv yang tak sengaja mendengar percakapan itu hanya tersipu malu.

Lagi-lagi, hari ini Oliv harus duduk disamping Rama dikarenakan tak ada lagi bangku yang tersisa selain itu. “Hai.” sapa Oliv—kepada Rama, tentunya. Rama hanya melirik sekilas lalu mengacuhkannya, melihat hal itu, Oliv tersenyum.

“Gue udah follback instagram lo.” kata Oliv setelah duduk di kursinya. Nadine yang mendengar percakapan itu, langsung menajamkan pendengarannya. “Ya.” jawab Rama. “Kok lo nggak pernah ngepost foto sih?” tanya Oliv membuat Rama mendecak. “Bukan urusan lo.”

Nadine tersenyum lalu menutup mulutnya, berusaha tidak membeberkan percakapan yang ia dengar kepada siapapun. Tapi sepertinya ia tidak bisa.

“Res, belakang kita kayaknya lagi kasmaran.” bisik Nadine kepada Resti. “Ngasal lo ya,” jawab Resti, “Itu, lo liat aja,” ucap Nadine sambil menunjuk dua insan di belakangnya.

“Nggak usah ngomongin orang.” itu bukan Resti, tapi—Rama. Cowok itu mendengar semua percakapan Nadine dan Resti yang bisa dibilang dengan suara yang sangat kecil. “Ngomongin lo mah, nggak dosa Ram.” balas Nadine tak mau kalah.

“BERANTEM DONG!” celetuk Agung yang melihat Rama dan Nadine yang terlibat adu mulut. “Nggak usah jadi provokator deh.” ucap Zanna.

“Apaan? Protokol?” tanya Agung memastikan. “Susah ngomong sama orang budeg.” bukannya Zanna, malah Ocha yang menjawab.

Sedangkan Abie dan Putra? Dua cowok yang berada pada barisan paling depan itu masih saja perang dingin, hanya dengan menatap satu sama lain dengan tatapan tajam.

“Lo ngapain liat-liatan kayak gitu? Homo, ya?”

➖➖➖

To be continue.

Jangan lupa vote dan comment.

Loveee you all.

With love, AuAu🧚‍♂


The Seken One (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang