*
Jeno menatap kekasihnya yang tengah terduduk diam di kursi taman rumahnya. Hembusan nafas keluar dari bibirnya. Meratapi keadaan yang cukup berat untuk di jalaninya dan tentunya sang kekasih.
Huang Renjun ..
Kekasih manisnya yang dulu sehangat sinar mentari, dan selembut embun pagi. Kini seperti orang lain untuknya. Sinarnya yang tetap ada, namun tidak sehangat dulu. Dan lembutnya yang masih ada, meskipun hanya tersisa di pancaran matanya.
Jeno berjalan mendekat ke arah sang kekasih yang tengah memandang lurus ke arah taman milik keluarga Lee. Berbagai macam bunga tertanam di sana, hanya sekedar untuk memanjakan mata kekasih hatinya.
Karena Jeno tahu, kekasihnya ini begitu mencintai keindahan bunga. Dan lagi, harum semerbak bunga mengingatkan Jeno pada kekasihnya yang terlahir begitu indah dan cantik.
Jeno duduk tepat di samping kekasihnya, membawa tangan mungil itu ke dalam genggamannya. Mengusapnya secara lembut, dan penuh cinta.
Renjun itu sangat berharga dalam hidup Jeno ..
"Kau menikmati bunganya kan?"
Renjun hanya mengangguk, masih dengan kedua matanya yang menatap lurus ke depan. Tidak apa, Jeno masih bisa tersenyum. Setidaknya kekasihnya ini tidak lagi menolak ketika Jeno menggenggam tangannya.
"Aku takut Jeno .. aku sangat takut"
Tess
Jeno bisa melihat air mata sialan itu membasahi wajah cantik kekasihnya, perlahan kedua tangannya menghapus air mata itu. Dengan segala kehati hatiannya, seolah tidak ingin menyakiti kekasihnya barang seincipun.
"Berhentilah mengatakan itu Renjun, kau tahu aku mencintaimu kan? Aku sangat mencintaimu sayang .."
Jeno mengingat kejadian silam yang di alami sang kekasih, kejadian yang membuat Renjunnya menjadi dingin. Dan membuatnya mengutuk dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga kekasihnya ini.
Renjun kehilangan kedua orangtuanya karena sebuah kecelakaan, dan Renjun berada di dalam situasi itu. Melihat kedua orangtuanya menghembuskan nafas terakhirnya. Renjun yang tidak tahu harus berbuat apa kala itu, hanya menangis memeluk ibunya dengan noda darah yang melumuri tangan dan badannya.
Jeno memeluk tubuh kekasihnya ketika ia tahu tubuh si manis bergetar. Mengusap lembut punggung sang kekasih penuh dengan kelembutan. Seolah menyampaikan rasa nyaman dan aman.
Jeno tidak akan meninggalkan kekasihnya hanya karena perubahan ini, Jeno justru akan selalu berada di samping kekasihnya. Tidak ada lagi yang Renjun miliki selain dia dan keluarganya.
Beruntungnya, keluarga Lee begitu menyayangi dan mengerti keadaan Renjun. Kedua orangtua Jeno memutuskan membawa Renjun ke rumahnya, merawatnya seperti anak kandungnya.
Ibu Jeno yang terus menangis setiap melihat keadaan Renjun, karena beliau tahu dulu Renjun kekasih anaknya ini begitu hangat dan ceria. Begitupun dengan ayahnya, ayah Jeno bahkan rutin mendatangkan dokter untuk memeriksa kondisi Renjun seminggu sekali.
Jeno membaringkan tubuh lelap kekasihnya, mungkin efek obat yang sudah Renjun minum beberapa saat lalu setelah menangis.
Jeno mengecup kening sang kekasih, menarik selimutnya sebatas dada.
"Aku mencintaimu Renjun, sangat mencintaimu .."
"Aku berjanji akan menjagamu, dan mengembalikanmu seperti dulu lagi .."
Seperti bunga camelia yang melambaikan penyatuan sang kekasih.Petal bunganya yang halus dan berlapis lapis, mewakili seorang Huang Renjun.
Dan kelopaknya berwarna hijau yang menopang mahkota adalah representatif dari seorang lelaki yang melindunginya.
Lee JenoDua komponen itu tetap bersama sama bahkan setelah layu dan mati ..
Makna sebuah bunga yang indah,
Mewarnai langkah Jeno & Renjun yang tengah berusaha menjaga satu sama lain.R💚
KAMU SEDANG MEMBACA
NOREN [PDKT] - ✅
FanfictionBerbagai macam cara di lakukan Jeno, hanya untuk menarik perhatian si manis Renjun 💚