6

685 36 0
                                    

Erga pov

"Ga.. Aku adalah anak yang lahir dari korban pemerkosaan" ucap Nami tiba-tiba saja setelah aku mengungkapkan tentang diriku.

Jujur saja aku kaget mendengarnya. Dia tidak tampak seperti anak broken home atau tidak tampak seperti aku.

"aku tau saat usiaku 17tahun.. Saat itu aku sedih sekali, rasanya duniaku hancur.. Kebahagiaanku dari Yayah dan Unda seperti bukan milikku.. Bahkan aku berfikiran untuk pergi dari rumah.." Nami melanjutkan ceritanya, wajahnya tampak berusaha keras menyimpan rasa sakitnya.

Dia masih terus berbicara "tapi saat aku melihat Yayah dan Unda aku tidak mau membuat mereka sedih dan kecewa.. Sampai sekarang aku masih belum berdamai dengan asal usulku.. Bukan tidak menerima hanya saja aku tidak ingin.." aku tidak tau apa yang ku lakukan tapi aku sangat ingin menciumnya.

Aku menciumnya seolah dia milikku. Dengan lembut kupastikan aku tidak melukainya. Aku menutup mata dan membuat air mataku berjatuhan yang sejak tadi kutahan agar tidak jatuh.

Dia hanya diam saja sampai sepersekian detik lalu dia membalas ciumanku.

Ini bukan ciuman panas menggairahkan. Hanya ciuman manis yang indah.

Aku sungguh tidak bisa berhenti atau mungkin aku tidak mau berhenti.

Nami melepas ciumanku. Kini mata kami beradu panjangan. Nafas kami terengah seolah habis menahan nafas panjang.

"maaf" ucapku merasa bersalah. Sebenarnya aku tidak begitu merasa bersalah. Karena aku benar-benar menginginkannya.

Aku tau aku memang gila. Aku tau dia mempunyai pacar dan setelah kejadian ini aku semakin ingin memilikinya.

Tapi aku tidak mungkin mengajaknya masuk kedalam hidupku yang tidak bahagia ini. Siapa yang mau dengan orang yang menawarkan hidup penuh rasa sakit. Semua orang ingin bahagia.

"emm.. Itu kantorku udah keliatan.. Aku pergi dulu yaa.." Nami berlari menuju kantornya.

Aku melihatnya sampai dia masuk kedalam kantornya.

Setelah kurasa dia sampai dengan aman aku berjalan pulang menuju rumahku. Sepanjam perjalanan aku hanya memikirkannya.

Bibirnya manis dan lembut.

.
.
.
.
.
.
.

Nami pov

Aku merasa diriku sudah menjadi gila. Seharian ini hanya memikirkan kejadian antara Erga dan aku semalam.

Jika diingat cukup memalukan saat aku membalas ciuamannya. Sungguh membuat frustasi.

"Na.. Namii!!" aku kaget mendengar teriakan fitri.

"aduh.. Kaget tau kalo gue pingsan gimana?" kataku sambil mengelus-elus dadaku, kalau-kalau jantungku melompat.

Fitri mengerutkan keningnya. "gue udah manggil dari tadi, lo yang gak denger ngapa jadi gue yang salah"

"eh.. Emang iya? Gue gak denger"

"yaa lo nya ngelamun gitu gimana bisa denger"

"gue gak ngelamun"

Fitri melihatku tak percaya.

"kenapa jadi kenapa?" tanyaku mengalihkan.

"fashion shownya minggu depan, gue udah urus gedung sama semua undangan udah di kirim.. Lo ada yang mau lo undang lagi gak?"

"emm.. Ada.."

"mau gue yang kirim?"

"gak usah biar gue aja"

Cinta Terakhir Namiraa [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang