13

593 31 0
                                    

Nami pov

3 hari lalu setelah seragam karnaval selesai kubuat aku langsung berpamitan dengan warga untuk pulang kebandung.

Mereka semua menangis dan membuatku juga menangis. Aku sangat menyukai desa itu. Desa yang nyaman,bersih dan cantik. Suatu saat aku pasti akan kembali kesana.

.
.

Dan sekarang aku sedang berada di cafe untuk bertemu Sakti dan calon istrinya.

"hai kak.. Maaf.. Udah nunggu lama yaa" ucap seorang wanita menghampiriku dengan senyum ceria. Tangannya bergandengan dengan Sakti.

"emm baru kok.. Silahkan duduk" aku mempersilahkan mereka duduk.
"apa kabar Sak?" sapaku pada Sakti.

"baik" jawabnya singkat sambil tersenyum terpaksa.

"Alhamdulillah" jawabku.

"ini Dara calon istri aku.."

Wanita itu mengulurkan tangannya.

"Nami" ucapku sambil membalas ulurannya.

"santai aja kak.. Gak usah canggung.. Aku tau kok kakak mantannya Titii" wanita ini selalu berbicara dengan tersenyum membuat orang lain juga ingin tersenyum.

"emm.. Iya.. Udah lama gak ketemu jadi canggung.. Oh yaa.. Ini aku bawa beberapa contoh baju yang baru aku gambar.. Kalo ada yang kamu minat atau mau request bisa juga"

Dara menerima buku yang ku ulurkan dan mulai melihat serta membolak-balikan halamannya.

"keren-keren banget kak.. Aku sukak semuanya.. Tii aku mau semuanya"
Dara berbicara pada Sakti dengan wajah manisnya.

"gimana bisa kamu pake semuanya Ra.. Badan kamu cuma satu acaranya juga cuma satu hari"

"iya sih.. Hehehe.. Menurut kamu bagus yang mana?"

"apapun yang kamu suka itu pilihanku"

"kamu mah gitu.. Aku jadi bingung nih"

"pilih pelan-pelan.."

Aku sangat bahagia melihat Sakti bersama Dara. Sakti terlihat bahagia, aku kaget ketika tau dia benar-benar akan menikah.

Aku rasa Sakti akhirnya bisa memutuskan menikah karena Dara. Dara membuat Sakti mantap memilih.

Aku bahagia pernah memiliki laki-laki sebaik Sakti. Hanya saja kami tidak berjodoh, aku sama sekali tidak menyesali berakhirnya hubungan kami. Karena aku memang memutuskan hubunganku dengan Sakti sejak di resto saat itu. Kalau aku benar mencintainya seharusnya aku mengatakan apa yang aku inginkan tanpa takut dengan yang terjadi setelahnya.

Aku memang selalu takut menyakiti orang lain dan tanpa sadar aku malah menyakiti semua orang.

Tapi semua sudah berlalu dan aku sudah bersama Erga.

"kak.. Aku mau yang ini.. Tapi bisa gak kalo roknya gak terlalu ngembang? Soalnya ribet" Dara menunjukan salah satu gambar padaku.

"emm ini yaa.. Oke.. Bisaa"

"maaf yaa kak.. Dadakan banget"

"iya sebenernya terlalu dadakan tapi InsyaAllah aku akan coba yang terbaik"

"makasih yaa kak"

"iya"

"Aku mau ke toilet sebentar yaa"

Dara meninggalkan kami berdua.

Canggung.

Hening.

Cinta Terakhir Namiraa [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang