12 (20++)

853 34 0
                                    

Erga pov

Aku masih di desa tempat tinggal Om Darto.

Aku memutuskan untuk tinggal beberapa hari disini. Aku ingin tau kenapa Nami ada disini. Dan juga aku sangat rindu suasana desa yang asri seperti ini.

Aku berjalan menyusuri sawah yang masih hijau, belum tumbuh padi di daunnya.

Embun pagi yang pekat, aroma tanah basah, dan suara-suara hewan yang menyambut pagi dengan ceria.

Aku sangat rindu perasaan ini. Rasanya sudah lama sekali aku tidak setenang ini.

Kutelusuri jalan sampai pandanganku menghentikan langkahku.

Kulihat wanita yang sangat kurindukan selama ini sedang sibuk menyapu halaman.

Sesekali Nami berhenti dari kegiatannya untuk menyapa orang yang lewat.

Desa ini memang aneh. Pagi-pagi seperti ini sudah banyak orang berlalu-lalang.

Tidak ada mobil yang lewat sedari tadi, hanya pejalan kaki dan beberapa motor saja.

Kulihat ada seorang laki-laki menghampiri Nami. Mereka berbicara cukup lama, sesekali mereka tertawa bersama. Sepertinya mereka cukup dekat. Laki-laki itu memakai seragam khas pegawai negeri.

Entah kenapa aku tidak suka melihatnya.

Tanpa berfikir panjang aku menghampiri Nami dan lelaki itu.

Nami yang mengetahui kedatanganku langsung melihatku sinis.

"eh.. Mas keponakannya Pak lurah kan.. Yang kemarin ngantar kain" ucap lelaki itu sopan.

Aku menatapnya sebentar dan mengangguk.

"kenapa kamu masih disini?" tanya Nami sinis.

"apa kamu harus tau?" jawabku tak kalah sinis.

Jujur saja aku tidak mengerti kenapa Nami bisa berubah seperti ini. Dia dulu sangat kalem dan sekarang kenapa sangat sinis.

Tapi itu membuatku semakin penasaran dengannya.

"tidak! Lupakan pertanyaanku dan pergilah"

"cchh!! Memangnya ini rumahmu kau mengusirku??"

"ini memang rumahku.. Pergilah! Abdul.. Nanti sore kita ketemu di balai desa yaa" Nami berbicara sinis denganku dan berubah ramah dengan lelaki ini.

Nami berlalu pergi masuk kerumah yang katanya adalah rumahnya.

Aku memandangi lelaki itu, begitu juga dengannya.

"kamu siapa?" tanyaku.

"saya Abdul mas.."

"maksud saya.. Kamu siapanya Nami.. Kenapa kalian terlihat sangat dekat"

"saya temannya mas"

"teman??"

"panjang ceritanya mas"

"oke.. Ceritakan"

"tapi saya harus bekerja mas"

"kamu kerja dimana?"

"disekolahan mas.. Saya guru"

"ini masih jam setengah 7.. Sekolahan belum buka"

"tapi mas.."

Aku menarik paksa lengannya dan membawanya pergi.

Aku berhenti di sebuah jembatan dekat sawah.

"ayo cepat ceritakan" perintahku.

Cinta Terakhir Namiraa [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang