Part 8

8.1K 388 43
                                    

Semuanya berawal dari perasaan nyaman yg berunjung pada jebakan perasaan.

-Fasya

Seperti biasa. Ga ada yg komen langsung gw unpublik, vote sama baca harus seimbang! Terus kalo yg ngevote dikit gw up 2 bulan sekali.

Happy reading gaisss!
_______________________________________

Delvin terkejut saat melihat keadaan Fasya yg seperti ini, dia langsung menggendong tubuh fasya, membawanya kerumah sakit. Delvin menuruni tangga sangat cepat, ia sangat khawatir dengan kondisi fasya. 

Nathan yg melihat delvin membopong fasya dengan raut khawatir dia berdiri. Deon? Masih fokus kelaptop karna dia masih banyak tugas yg harus dikerjakan. Kaila? Dia ada dikamar sedang istirahat.

"Ada apa ini vin? Kenapa muka adikmu memerah?" tanya Nathan.

Deon saat mendengar nama fasya langsung menolehkan kepalanya.

"Vin fasya kenapa?" tanya Deon

Delvin tak menjawab pertanyaan dari oma dan abang pertamanya dia terus berjalan, menaruh fasya dijok belakang. Ia mutar balik, menjalankan mobilnya dikecepatan diatas rata rata. Dia menerobos lampu merah, masa bodo dengan semua peraturan lalu lintas yg terpenting keselamatan adiknya. Akhirnya mobil Delvin tiba didepan rumah sakit Nusa Pelita.

Dia membuka pintu belakang, membopong fasya seperti tadi.

"SUSTER! TOLONGIN ADEK SAYA!" teriak Delvin

Suster menghapiri delvin dengan membawa brangkar.

"Taruh disini tuan muda" ucap suster

Delvin menidurkan fasya dibrangkar. Suster mendorong brangkarnya, delvin membututi dari belakang. Sepenjang perjalanan dia berdoa.

"Maaf tuan muda, anda tidak boleh masuk kedalam" ucap suster

"Ga bisa gitu gue mau masuk!" kekeuh Delvin

"Tidak bisa tuan" ucap suster

"Ah terserah lo" delvin pasrah

Suster menutup pintu UGD. Delvin duduk dikursi, ia menjambaki rambutnya.

"Delvin sebenarnya fasya kenapa?!" Seru Nathan

Delvin mengangkat kepalanya. Matanya memerah menahan tangis.

"Delvin ga tau opa, saat Delvin mau masuk kedalam kamar fasya, fasya udah tergeletak dilantai. Mukanya juga merah" jelas Delvin

Deon? Dia tak bicara apa apa saat mendengar penjelasan Delvin, kakinya lemas matanya mulai memerah. Seoarang Deon yg notabenya dingin, kejam, tatapanya yg tajam, seakan julukannya itu luntur begitu saja jika bersama adiknya. Apalagi deon yg jarang nangis, kini seorang Deon Revano menangis karna adiknya.

Mereka bertiga sedang menunggu dokter keluar, entah sudah berapa jam pintu belum terbuka. Delvin terus berdoa, agar fasya tidak kenapa napa.

Pintu UGD terbuka, keluarlah seorang dokter pribadi keluarga Rolle.

"Em tuan Nathan ada yg saya ingin bicarakan dengan anda, soal nona fasya" panggil saja Dokter Azkal

"Dok apakah saya boleh ikut" seru Delvin

"Tentu saja boleh tuan muda" jawab Dokter Azkal

Azkal dan Nathan pergi terlebih dahulu, Delvin menoleh keabangnya yg masih saja berjongkok sambil menundukan kepalanya. Dia menepuk pundak Deon

Bar Bar Vs Childish (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang