4 ■Kedua kali■

33 3 0
                                    


Bela cs sedang menikmati pesanannya masing-masing.Setelah semua selesai menyantap makanan dan minuman hingga tandas,giliran Dinda yang akan membayarkan semua pesanan teman-temannya.

"Semuanya berapa Bu Tuti?"

"Jadi 45 ribu non,"

Dinda memberikan uang satu lembar 50 ribuan,lalu mengatakan "Kembaliannya ambil aja Butut,"

"Oke non,terimakasih sekali" saut Bu Tuti

Namun,saat ia akan bergabung dengan Bela dan yang lainnya.Tiba-tiba saja baju seragam yang Dinda kenakan hari itu terkena sedikit cipratan bumbu batagor.

Dinda sudah tau siapa pelakunya.Karena setiap waktu,atau dikala lelaki itu mood untuk mengerjainya,maka ia sangat paham siapakah orang itu.

Dafa.Ya,si playboy kelas cupang.Hobi pamer tampang.Tapi muka kaya boneka mampang.Itulah pikir Dinda.

"Hehh upil firaun.Bisa kaga sih,lo sehari aja diem tu anggota tubuh lo.Bikin rugi orang aja.Cuciin nih sragam gue!" Nyolot Dinda tak terima.

"Ye,sante kali mak kos.Lagian siapa juga yang nyipratin bumbu batagor ke sragam lo.Lain kali,mata tu buat liat bae-bae.Mulut juga tuh.Iket pake kain kafan kalo perlu." Ucap Dafa tak terima.

Tanpa ba bi bu,Dinda menjambak rambut Dafa.

Dafa yang tak mengerti dengan serangan mendadak yang Dinda beri,hanya mengaduh kesakitan.Dan memohon agar dilepaskan dari genggaman tangannya.

Dengan adanya pertengkaran dua sejoli yang tak pernah akur itu,teman-temannya hanya menonton.Karena percuma saja mereka melerai.Yang ada,hanya tatapan elang yang akan mereka beri.

"Udahlah kalian berdua,ga malu apa diliat anak-anak tuh.Atau kalian gue bawa ke BK aja?" Sang Ketos akhirnya buka suara.

Dinda pun akhirnya melepas cekalannya itu.

Sedangkan Dafa,ia terus mengelus kepalanya yang agak nyeri karena jambakan cukup kuat,diberikan oleh Dinda.

Setelah itu,Bela cs bergegas meninggalkan kantin.

"Din digi din digi din tuyul,din digi din unyu.Di sini ada kuntii" nyanyian mengejek itu pun,membuat sang empu menghadapkan kepalanya ke pemilik suara tersebut.

"Tuyul,guoblokkkk" saut Faris.

Dafa hanya cengengesan tidak jelas di tempatnya.

"Ati-ati loh Daf,kali aja lo beneran kepincut sama si Dinda," ucap Raka.

"Yaelah,kaga lah.Yakali gue demen sama titisan mak lampir,"

-------------------------------

Kini Bela sudah berada di dalam kamarnya.Bernuansa warna pastel.Karna ia menurutnya,warna pastel merupakan warna yang dapat menenangkan pikirannya.

Karena waktu belum cukup larut,Bela menyempatkan diri menuju minimarket dekat kompleks nya.

Ia hanya menggunakan celana jeans di atas lutut,dengan atas t-shirt lengan pendek,serta dilapisi cardigan.

Bela hanya membeli beberapa camilan dan minuman bersoda.Karena persediaan di rumah sudah habis.

Tak habis pikir,setelah ia membayar semua pesanannya di kasir,tiba-tiba hujan turun dengan derasnya.

Karena ia tak menyadari langit gelap,tiada bintang serta bulan yang menampakkan diri di atas sana.

"Yaah,ujan.Kaga bawa payung,handphone gue juga ketinggalan.Gimana dong.Bisa nyampe malem gue di sini." Bela sembari bermonolog.

Selang 10 menit,hujan tak kunjung berhenti.Semakin deras,bahkan hingga menimbulkan kilatan di atas sana.Bela takut dengan petir.Menurutnya,itu sangat menakutkan.Jika ia berada di dalam kamarnya,ia akan menutupi kepalanya dengan bantal.

Tetapi,karena saat ini ia sedang berada di luar,ia tak tau harus melawan rasa takutnya dengan cara bagaimana.

Setiap ia mendengar kilatan petir,ia akan menutup kedua telinganya dengan menutup mata rapat-rapat.Jujur saja,ia kedinginan sekarang.Namun,apa boleh buat.Satu-satunya harapan yang ia punya adalah menunggu hujan hingga reda.

Saat ia rasa petir sudah tak bersuara,ia melepaskan kedua tangannya dari telinga,dan membuka matanya.

Namun,ketika akan melakukan semua itu,ia merasa tubuhnya menghangat.Saat ia akan membuka matanya,tetap saja gelap.Walaupun begitu,ia mencium aroma maskulin khas pria.Padahal ia sedari tadi hanya berdiri sendiri.

Setelah ia menyadari ada sesuatu yang mengganjal,ternyata ia tengah berada dalam pelukan seseorang.

Bahkan,Bela tak tau siapa dia.Setelah mendongakkan kepalanya,ia baru menyadari bahwa orang yang memeluknya ada Riza.Bagaimana bisa Riza melakukan semua itu? Bela saja hanya sekedar mengenalnya.Tidak seperti Dinda,yang sepertinya mengenal baik Riza ataupun teman-temannya.

Lelaki itu memakai training biru dongker,dengan atasan memakai hoodie berwarna hitam.

"L-loo..." ucap Bela terbata,antara kaget dengan kedinginan.

"Oh,haii.Lo temennya Dinda kan?"

"Iya,ko lo tau.Terus juga ngapain lo di sini?"

"Justru gue yang harusnya tanya gitu sama lo.Ngapain anak cewe,malem-malem gini keluar sendirian? Pake celana kurang bahan pula,"

"Serah gue dong.Apa urusannya sama lo,"

Sebenarnya Bela anak yang supel.Namun,karena kejadia tadi,ia menjadi was-was sendiri.Ia memikirkan hal yang tidak-tidak kepada Riza.Walaupun ia tahu bahwa Riza adalah orang baik.Toh,apa salahnya menjaga dirinya sendiri?

"Yee,ditanyain bae-bae malah nyolot"

Lawan bicaranya kini bungkam dan menatap jalanan sepi.

"Mau pulang ngga?"

"Ngga,lo duluan"

"Bener nih? Udah mau jam 9 loh.Bentar lagi minimarketnya juga mau tutup"

"Hmm"

"Tuh liat,muka lo udah pucet gitu.Lo kedinginan pasti.Yuk pulang" ucap Riza dengan menggenggam tangan Bela yang sudah sedingin es.Namun,Bela tak berkutik.

"Kok gamau? Gue ga ada niatan ngapa-ngapain lo kok.Beneran mau di sini terus nyampe petir nyamber lo terus---"

Mendengar kata petir,Bela menjawab "Yaudah ayo"

"Nih pake hoodie gue"

Setelah memakai hoodie milik Riza,Bela akhirnya mengikuti langkah Riza.Ternyata,Riza menggunakan mobil saat pergi menuju minimarket yang sama dengan Bela.

Setelah masuk ke dalam mobil Riza,lelaki yang masuk ke dalam kategori orang tampan di sekolahnya itu,memberikan sebuah selimut yang diambil dari bangku belakang mobilnya.

"Nih pake,lo tau maksud gue.Daripada gue istighfar mulu.Dosa gue makin numpuk ntar"

Bela sudah memakaikan selimut yang diberi Riza,untuk menutupi paha polosnya itu.Dan memberi tahu alamat rumahnya kepada Riza.

"Gue pulang ya,hoodie gue buat lo aja.Minum obat biar ga sakit."

"Sok care banget ni orang satu.Barusan kenal juga tadi." Batin Bela

Bela hanya mengangguki ucapan Riza dan mengucapkan 'hati-hati' saat perlahan mobil itu perlahan pergi.

Namun,kali ini Bela merasakan suatu hal yang aneh pada dirinya.

Saat dirinya benar-benar merasa nyaman saat berada di pelukan laki-laki itu.

Tetapi,ia menampik segala hal yang baru sajs terjadi dengan dirinya itu.

Dan perlu kalian tau,hoodie yang Riza beri untuk Bela,tak ada niatan untuk ia cuci.Karena ia menyukai aroma pria itu.

Hati memang tak dapat membohongi segala peliknya hidup.

STOPainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang