16 ■Going Crazy■

20 1 0
                                    

Bela tiada hentinya memamerkan deretan gigi putih nan rapinya itu kepada setiap siswa yang berpapasan denganya pagi ini.Entahlah,ia tertular virus sengklek milik Dafa atau bagaimana.

"Assalamualaikum temen-temen Ela yang cantik,yang ganteng.Pagi Jono." Teriaknya lantang ke penjuru kelas.

"Pagi juga Neng Bela.Makin cantik aja si Neng." Balas Jono dengan sedikit tersipu menatap Bela.

"Wooooiya dongg jelas.Emang mata kamu buta warna ya? Muka gue udah cantik gini,kalo lo buta warna ga lucu Jon sumpah.Yang ada,malah cuman item putih doang yang lo liat." Oceh Bela pada Jono dengan meletakan tasnya di atas meja dan menangkup pipi kirinya dengan tangan kiri.

"Hehehe,engga ko Bel.Minus gue nambah 4.Tadinya -3 nambah 4 jadi -7.Sekarang mah udah ganti nih kacamatanya.Nyesel juga ya baru liat aura kecantikan Bela." Oceh Jono yang tak ada seorangpun untuk menjawab.

Bagaimana reaksi Bela? Gadis itu hanya melanjutkan aktivitas cengir-cengir manja mengingat kejadian manis tadi malam bersama Riza.Bagaimana Riza memperlakukan dirinya.

Flashback Pasar Malam.

"Nih,gue udah beli tiketnya.Mau ngantri sekarang atau nanti? Lumayan panjang juga sih antrean nya."

"Kalo gue beli permen kapas dulu atau apa boleh? Nanti kita balik lagi kesini."

"Yaudah ayo."

Riza benar-benar memperlakukan Bela layaknya Tuan Putri.

Saat Bela akan tersandung,Riza dengan sigap menangkap tubuh mungil Bela yang akan mencium tanah.

Setelah menangkap Bela,Riza kemudian mencari tempat duduk untuknya dan Bela.
Riza berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya dengan kaki Bela.

"Mau apa lo? Jangan macem-macem." Ucap Bela dengan panik.

Riza tak menjawab pertanyaan Bela.Namun tanpa Bela sadari,ternyata Riza tengah menalikan tali sepatunya.Ternyata,itulah penyebab saat Bela akan jatuh tersungkur.

"Lo nalinya kurang kenceng nih.Udah gue taliin."

"Makasih Riza." Senyum Bela sangat tulus kepada Riza.Dan bagi Riza,iti adalah senyuman yang mampu membuat detak jantungnya yang berontak sedari tadi.

"Sama-sama.Gendong gue aja yu,biar lo ga kenapa-napa.Gue ga nerima penolakan."

"Ishh,masa gituuu.Namanya pemaksaan itu mah." Kesal Bela dengan memanyunkan bibir dan menggembungkan pipinya layaknya ikan buntal.

"Itu tolong,bibir sama pipinya biasa aja.Jangan bikin gue makin khilaf.Dosa gue udah cape gue pikul,lo malah nambahin."

Bela tak menjawab,dan beralih menaiki punggung Riza yang sudah siap untuk memikul tubuh Bela.

"Lebih berat karung beras ya Za,daripada gue."

"Iya nih El,lebih berat karung kapas malah daripada lo."

Bela yang sadar bahwa Riza menyindir tubuhnya yang kurus,hanya tersenyum sendu.Karena ia memang tidak mood untuk makan atau nyemil.

"Tadi lo mau beli apa?"

"Apaya,permen kapas aja.Biar bisa dimakan di dalem biang lala."

"Yaudah kita kesana."

Sesampainya di pedagang yang menjual permen kapas berbagai macam bentuk,Bela memilih tokoh Doraemon.Karena pada dasarnya ia menyukai hewan rakun berwarna biru itu.

STOPainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang