Ketiga

12K 1.7K 260
                                    



Pasal peraturan yang berlaku untuk kisah ini

1. Semua yang ada dalam cerita hanyalah sebuah fiktif yang berasal dari imajinasi liar Leely; kecuali nama tokohnya.

2. Apabila menemukan ketidak masuk akalan mohon baca kembali pasal 1.

.

.

.

.

.

.

Hais, apa sih ini.

Sebenarnya Renjun malas sekali. Tapi sesuatu yang melingkar erat di pinggang membuatnya terusik bahkan ingin sekali mengenyahkan benda itu dari peradaban. Dengan mata terpejam ia berusaha melepaskan diri, namun percuma benda itu tak kunjung lepas bahkan semakin mengerat bak ular piton yang tak akan melepaskan mangsanya.

"ugh-" Renjun menutup mulutnya kala isi perutnya bergejolak. Racun sialan, batinnya kembali mengingat dirinya yang hampir mati kemarin sore. Beruntung Tuhan sayang padanya, jadi Renjun masih punya kesempatan untuk membalas dendam agar jika ia benar-benar mati disini, arwahnya tidak gentayangan.

Ajaibnya memikirkan rencana 'ayo membalas Ibu Suri' membuat rasa mual Renjun menghilang. Otaknya pun makin lancar memikirkan apa-apa saja yang akan ia lakukan untuk membuat wanita tua itu stres dan murka, dengan begitu tensi darahnya akan naik lalu terkena serangan syok dan berakhir mati. Ugh, membayangkannya saja Renjun bahagia sekali. Apalagi ketika menjalankan rencananya. 

Wuuu pasti menyanangkan.

"tunggu pembalasan ku nenek lampir, berani-berninya kau meracuniku. Awas saja, akan ku balas kau dengan memanfaaatkan keinginan mu membunuhku. dengan begitu setiap kali rencana itu gagal, tensi darah mu pasti naik hingga titik tertinggi acap kali melihat wajah ku"

Ocehan riang dan gerakan tangan Renjun yang melambangkan semangat tinggi membuat tidur sang Raja yang memeluknya dari belakang terusik. Perlahan sepasang mata tajam itu terbuka, menyipit sejenak guna menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk dari jendela yang pastinya dibuka oleh dayang Yeo bersamaan dengan mentari yang mengintip malu-malu di ufuk timur.

"-untuk hari ini ku lepaskan karena aku masih lemas, tapi mulai besok jangan harap kau hidup tenang nenek lampir! Ku buat kau merasakan neraka setiap kali melihatku, tunggu saja"

Sang Raja tersenyum, sudah lama ia tidak melihat sisi Ratu-nya yang seperti ini. Terhitung sejak dirinya duduk di singgasana tahta, sang Ratu berubah tertutup padanya, selalu mengutamakan kesopanan jika berhadapan dengannya padahal sang Raja tidak mempermasalahkan, justru ia ingin Ratu-nya menjadi diri sendiri. Dirinya yang ceria, cerewet dan penuh ambisi juga kegemarannya yang suka menggerutu sendiri.

"rencana yang bagus" puji sang Raja sukses membuat Ratunya tersentak kaget dan secepat kilat memutar kepalanya. "wae?" tanyanya saat wajah syok sang Ratu tak kunjung hilang bahkan semakin menjadi dengan mulut menganga lebar.

Yang terjadi selanjutnya sungguh diluar dugaan. Sang Ratu mendorong dadanya kuat-kuat disertai teriakan membahana.

"UWAISH JINJA JEONGMAL!! KENAPA KAU BISA DISINI LEE JENO KEPARAT?!"

Renjun berguling menghindar sejauh mungkin dari lelaki yang kini menatapnya syok. Persetan siapa dia, yang jelas wajah orang itu tak bisa ditoleransi. Kenapa dari semua orang ia harus bertemu seorang yang serupa Lee keparat Jeno sih!

Tanpa sadar tangan kirinya memeluk perutnya sendiri, sementara tangan kanannya teracung ke depan mengarahkan ujung runcing tusuk konde yang sempat ia raih dari meja pada lelaki itu. Dalam kondisi duduk ia memasang posisi siaga, siap menyerang kapan saja.

Magical Gate (Noren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang