Hari baru yang terasa berbeda bagi sebagian besar penghuni istana. Tak terkecuali bagi Renjun yang terus menerus gelisah ditempat duduknya sembari mengawasi Jisung yang asyik bermain dengan kakinya sendiri, tak ketinggalan celotehan berbuah semburan saliva yang membasahi pipi bahkan ada yang sampai muncrat masuk kemata kecilnya.
Melalui jendela, Renjun menatap langit cerah diluar sana. Semalam ia kembali bermimpi, bertemu dengan wanita tua yang selama ini menghantuinya dengan bisik memperingati bila waktunya semakin menipis.
Tetapi, ada yang berbeda dari mimpinya semalam. Biasanya Renjun hanya mendengar suara wanita tua itu dari balik ruang hampa tanpa bisa melihat sekelilingnya. Namun semalam ia disuguhi visual sebuah padang rumput yang dihadapannya terdapat sebuah danau cantik yang airnya memantukan kilau sinar bulan, dihiasi bunga teratai yang melambai cantik tersapu lembut oleh angin ditepinya, juga kawanan kunang-kunang yang berterbangan kesana kemari dengan cercah cahaya temaramnya yang kepal kelip menambah kesan menakjubkan disana.
Tapi, bukannya terkesima dengan pemandangan cantik nan elegan itu. Renjun justru salah fokus pada pohon mapel yang tumbuh subur tepat di pinggir danau.
Renjun yakin sekali kalau pohon itu adalah pohon yang sama, yang ia jadikan tempat bernaung sementara dari kejamnya udara malam usai kelelahan kabur dari kejaran musuh yang menculiknya. Terlihat jelas dari daunnya yang nyaris menguning seluruhnya.
Kalau benar keduanya adalah pohon yang sama. Maka pohon mepel yang ada di taman belakang istanalah jawabannya.
Renjun pertama kali terbangun disana. Bersandar dengan kesantaian yang teramat sangat kala mendapati pada dayang dan pengawal –yang sempat ia kira hantu penunggu hutan- memanggilnya Junjeon Mama.
"aku harus mengeceknya" ya, dari pada penasaran dan berujung gelisah sendiri lebih baik ia menengok langsung ke TKP.
Diraihnya Jisung yang untuk kesekian kalinya memasukkan jempol kaki kemulutnya. Renjun hanya bisa menghela nafas dengan tingkah bayi nya itu. Padahal jempol tangannya ada, kenapa harus mengemuti jempol kaki? Untung Renjun rajin membersihkan kaki si kecil agar terhindar dari bakteri jahat yang menempel.
"cha.. ayo kita jalan-jalan"
.
Kasim Shin menatap khawatir sang Raja yang hanya termangu di kursi kebesarannya sejak kepergian ahli astronomi istana yang menyatakan jika malam nanti adalah bulan purnama.
"Jeonha"
"apa Junjeon ada dikediamannya?" sang Raja butuh tempat untuk menjernihkan pikirannya.
"maaf Jeonha. Junjeon Mama baru saja pergi mengunjungi taman belakang istana bersama Wangseja Joeha"
"kalau begitu kita kesana"
.
Renjum memandangi pohon mapel itu dengan berbagai pertanyaan yang berputar dibenaknya.
"tepat pada hari ini, pohon mapel ini berusia seratus tahun"
Seketika Renjun menoleh pada dayang Yeo yang tiba-tiba berucap memberinya informasi mengejutkan. "jinja?"
"ye Mama. Menurut yang saya ketahui ada mitos turun temurun yang mengatakan jika pohon ini memiliki sihir yang hanya bisa digunakan oleh para raja"
Renjun tak tau apa tujuan dayang Yeo menceritakan kisah pohon mapel itu padanya. Hanya saja itu membuat pikiran Renjun langsung tertuju pada 'peta pelarian' milik sang Raja.
Mungkinkah jika keduanya saling berhubungan?
"para raja yang menggunakan sihir dari pohon ini atau pohon ini yang mengeluarkan sihir untuk para raja?" tanya Renjun jelimet karena terlalu ingin tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magical Gate (Noren)
FanficGerbang sihir akan terbuka setiap tujuh bulan purnama sekali. Hutan menjadi tamengnya, dan hanya orang yang 'membutuhkan' lah yang bisa melaluinya. Serta, akan ada pertukaran didalamnya. Namun yang datang akan pergi, yang pergi akan kembali dan per...