Akhirnya punya kuotaaa....
Pasal peraturan yang kemarin masih belaku ya
Selamat membaca
.
.
.
.
Diskusi Jeno dan Renjun tentang masalah perekonomian negara berhenti ketika kasim Shin mengumumkan kedatangan seseorang.
"selir?" gumam Renjun, Jeno punya selir? Kok tidak pernah lihat.
Tapi dari reaksinya, Jeno sepertinya tidak senang dengan kedatangan selir itu. Ya, siapa juga yang senang ketika obrolan seru dengan sang kekasih hati diganggu oleh orang yang tak di inginkan.
"salam sejahtera untuk Joseon, Jeonha"
Renjun mengernyit kala selir itu sama sekali tidak meliriknya. Oh, sebangsa dengan Ibu Suri rupanya. Dasar ular, caci Renjut mendadak emosi. Terlebih saat selir itu dengan tidak tau malu minta izin agar di perbolehkan memeluk sang Raja dengan dalih rindu.
Cih, apa-apaan. Matanya kurang dua lagi apa sampai tidak melihat Renjun, yang jelas-jelas Ratu negeri ini sedang ada di ruangan yang sama. Sungguh tak punya etika, benar-benar minta sentil ginjalnya.
Sadar akan wajah ceberut sang Ratu, Jeno pun meraih pinggang Renjun, menariknya mendekat lalu mencium pipi putih Ratunya. Sekaligus jawaban untuk selirnya atas pertanyaan yang dia ajukan.
"ada perlu apa kau kesini, Uibin?" tanya Jeno dengan nada sedatar tembok istana.
Selir tingkat satu? Oh, berarti dia lawan sang Ratu di babak final pemilihan calon puteri mahkota. Aigoo... Renjun turut prihatin tapi senang sekali wanita beraura mirip Ibu Suri itu kalah.
"saya ingin mengingatkan Yang Mulya tentang jadwal bermalam kita, Jeonha" ucap selir itu tanpa kenal malu. Dasar wanita dajjal, Renjun sampai melongo mendengar penuturannya yang tak kenal abad.
Jeno mendengus, "Park Xiyeon" katanya penuh penekanan.
"ye Jeonha"
"Apa kau kekurangan otak? Apa kau tidak lihat ada Junjeon di sisi ku sekarang? Apa kau lupa lupa pada titah ku untuk seluruh selir dan ahli perbintangan pun telah ku perintahkan untuk menghentikan jadwal kegiatan bermalam hingga putera atau puteri mahkota lahir. Jadi, jangan membuat omong kosong. Pergilah sebelum aku kehilangan kesabaran"
Renjun meringis, ia tidak suka pada selir Park tapi bukan berarti ia suka saat wanita itu mendapat ucapan menyanyat hati dari sang Raja. Baru kali ini ia mendengar kalimat kejam terlontar dari mulut Jeno yang selalu melontarkan canda dan kalimat cinta padanya.
Sekarang, sang Raja seperti Lee Jeno yang ia kenal, berhati dingin juga kejam. Terbersit dihati rasa iba pada selir Park.
"Jeonha..."
"kenapa Ratuku?"
Duh, makin kasihan saja Renjun pada selir Park. Kontras sekali perlakuan Jeno padanya dan selir Park. Bagaimana pun juga selir Park adalah wanita yang rapuh hatinya juga sensitif perasaannya.
"jangan bicara seperti itu, bayi kita mendengarnya"
"jinja?" Jeno melepas rangkulannya pada Renjun lalu menunduk menempelkan telinga kanannya pada perut buncit sang istri dan mulai bercakap dengan sang jabang bayi yang sesekali menendang, merespon ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magical Gate (Noren)
FanfictionGerbang sihir akan terbuka setiap tujuh bulan purnama sekali. Hutan menjadi tamengnya, dan hanya orang yang 'membutuhkan' lah yang bisa melaluinya. Serta, akan ada pertukaran didalamnya. Namun yang datang akan pergi, yang pergi akan kembali dan per...