Malam datang tak sesuai eksptektasi.
Saat ini paviliun Naga telah sepi. Jeno memerintahkan semua orang menjauh, tak ingin waktunya dengan sang Ratu diganggu.
"bertahanlah sebentar lagi ya?" pinta Jeno menatap kekasih hatinya sendu, ringisan nyeri tak pernah absen dari bibir tipis itu sejak beberapa jam yang lalu.
"pasti, aku tak mau mati disini" ujar Renjun seraya mengelus perutnya. "Jen, bisakah kau buka jendelanya? Aku butuh udara segar" Renjun berkata yang sebenarnya, seharian berada didalam ruangan membuatnya pengap dan bosan. Kegiatan yang bisa menghiburnya hanyalah pemandangan diluar jendela kamar, tak ketinggalan udara segar yang masuk menyegarkan pernafasan.
Jeno menuruti permintaan Ratu-nya. Beranjak dari duduknya menghampiri sepasang jendela kayu yang ada dikamarnya lalu mendorongnya hingga terbuka sepenuhnya.
Cahaya bulan sontak menyambut menerpa wajah tegasnya. Sinarnya yang lembut menenangkan jiwa namun begitu Jeno memperhatikannya dengan seksama disusul perhitungan akan usia sang rembulan malam ini pun membuatnya terpaku.
"gauili lah sang Ratu tepat di malam bulan purnama sebelum kelahiran sang pewaris tahta. Alam semesta telah menggoreskan takdir atas putramu, dan kau harus melakukannya. Tepat di bulan purnama ke-7 semuanya akan kembali seperti semula. Yang datang akan pergi, yang pergi akan kembali. Saat itu tiba, maka apa yang kau lakukan akan menjadi penguatnya"
"Jeno!" seru Renjun kepalang jengkel karena Jeno tak kunjung merespon panggilannya. Ia butuh kepastian, apakah Jeno akan melakukan apa yang dianjurkan tabib Xiao atau tidak.
Meski Renjun sendiri tidak siap; sama sekali tidak, tapi setelah berfikir seharian ia rasa memang harus melakukannya. Ia tak mau perjuangannya mengandung selama sembilan minggu ini, disertai segala kesusahan dan kesakitan yang mendera berujung sia-sia.
Namun Jeno tak kunjung meresponnya.
"hei, ayahmu itu kenapa sih? Dia kerasukan ya?" tanya Renjun mengajak bicara bayi yang bersemayam diperutnya.
"oh ya, sekedar mengingatkan. Besok kau lahir, jadi tumbuhlan dengan baik setelahnya arraseo? Terapkan apa yang ku katakan selama aku mengandungmu. Walau hanya sembilang minggu tapi tetap saja aku yang beberapa jam lagi akan berjuang melahirkan mu, bukan ibumu yang tak bertanggung jawab itu!"
Tanpa dikomando air mata jatuh membasahi pipi, naluri bergejolak tak terima akan kenyataan kalau sebentar lagi ia akan berpisah dari makluk kecil yang kesana kemari bersamanya selama terjebak di tempat asing ini.
"karena itu aku ingin membuat pengakuan. Aku kesal padamu yang mendadak hadir dalam perutku, membuatnya melar bahkan seenak dengkulmu menendangku. Gara-gara kau pinggangku sakit, malam-malam ku tak pernah tenang karena usil mu bergerak tak kenal lelah. Karena kehadiranmu aku sempat merasa diriku aneh nan menjijikkan sebab- hei, aku laki-laki tapi mengandungmu kan spektakuler sekali-
-Namun satu yang harus kau tau dari semua keluhanku. Aku menyayangimu lebih dari apapun. Aku belum pernah merasa begini sebelumnya bahkan pada orangtua ku sendiri. Kau- ah tidak, bolehkan aku menyebutmu anakku hiks? Bisakah—bisakah saat semuanya kembali seperti sedia kala kau ikut bersama ku hiks? Aku—aku ingin merawatmu hingga kau besar, sungguh aku ingin—hiks hiks. Ya Tuhan kenapa sesak sekali"
KAMU SEDANG MEMBACA
Magical Gate (Noren)
FanfictionGerbang sihir akan terbuka setiap tujuh bulan purnama sekali. Hutan menjadi tamengnya, dan hanya orang yang 'membutuhkan' lah yang bisa melaluinya. Serta, akan ada pertukaran didalamnya. Namun yang datang akan pergi, yang pergi akan kembali dan per...