kesebelas

8.9K 1.4K 167
                                    


Seluruh penghuni istana berdiri didepan gerbang masuk istana menyambut kedatangan kaisar Qin beserta rombongan, tak terkecuali Renjun yang pinggangnya dirangkul Jeno guna membantunya menyeimbangkan diri.

"apa mereka masih lama?" tanya Renjun agak berbisik agar tak didengar Ibu Suri yang berdiri disisi lain sang Raja, juga para selir tentunya. Perutnya mulas sejak pagi, membuatnya tak betah berdiri terlalu lama.

"tahan sebentar lagi ya, kalau sepuluh menit mereka belum sampai aku akan mengantarmu kembali ke paviliun Teratai" kata Jeno berbisik juga.

Renjun mentap Jeno tak suka, nama bisa begitu. sang Raja harus tetap ditempat guna menyambut kedatangan tamu penting kerjaan, Renjun bisa kembali ke paviliun Teratai sendiri dibantu oleh dayang.

Duk!

"aw!"

Ringisan Renjun berhasil menarik seluruh atensi disana. Terlebih ketika ia dengan kepayahan mengelus perut besarnya disertai tarikan nafas pelan, gestur menenangkan diri dari keterkejutan dan rasa sakit yang menyerang.

Jeno pun tak tinggal diam, ia semakin merapatkan diri pada sang Ratu. Ikut mengelus perut besar pasangannya yang terasa bergejoka didalam sana.

"hei, jangan menendang terlalu keras sayang" pinta Renjun lembut disertai ringisan kala tendangan kembali ia rasa. Jeno yang ikut mengelus perutnya ikut terkejut merasakan tendangan cukup kuat dari dalam. "ini benar-benar tidak beres, Jeonha"

Lagi diluar nih, maka Renjun memanggil Jeno dengan sebuatan Jeonha. Ia sedang tak ingin mencari perkara dengan Ibu Suri yang selalu mencari masalah dengannya dibantu oleh selir Park yang ternyata sama busuknya, sementara keadaannya tengah genting begini.

"kau benar, sayangku. Setibanya rombongan Kaisar, aku akan bicara pada kaisar Qin agar mengizinkan tabibnya memeriksamu" kata Jeno khawati plus tak tega melihat Ratunya kesakitan seperti itu, pun dugaan Renjun mengenai perhitungan kehamilan yang salah membuat kegusarannya semakin menjadi.

Takutnya hitunga usia kehamilan sang Ratu benar-benar salah lalu kebenaran menyatakan jika kelahiran sang buah hati hanya tinggal menghitung hari kan menegangkan sekali. kalau benar itu terjadi, Jeno tak akan sungkan untuk menjatuhkan hukuman mati pada tabib Hyo yang telah membodohinya.


Grek!


Dorongan gerbang istana menimbulkan deritan nyaring memekakan telinga, namun tak ada yang merasa terganggu malah senyum simpul disuguhkan sebab terbukanya gerbang kokoh itu menandakan jika yang ditunggu telah tiba dengan selamat.

Tiga buah tandu mewah memasuki pekarangan istana diikuti para prajurit pimpinan kaisar Qin. Secara bersamaan tandu setinggi satu setengah meter itu di turunkan ke tanah. Dan tak perlu menunggu lama dua penguasa tertinggi kekaisaran Qin keluar dari tandu, sementara satu orang lagi seperti enggan menampakkan diri.

Di tengah rasa sakitnya Renjun terbelalak. "Baba" gumamnya penuh kerinduan. Ternyata yang dikataka kakek Huang benar adanya, bahwa ayahnya; Huang Chanlie memiliki wajah yang mirip bahkan sama persis dengan seorang Kaisar Qin; tepatnya Kaisar Qin ke-8.

Yang artinya, ini adalah era sebelum permusuhan itu dimulai. Masa dimana persahabatan Huang dan Lee masih terjalin erat bak saudara sekandung. Dengan kata lain, kekacauan baru akan dimulai ketika tampuk kekuasan Kaisar beralih ke tangan putera semata wayangnya; Kaisar Qin ke-9.

Setidaknya Renjun masih dibiarkan menghela nafas lega meski dalam hati was-was akan kehadiran pangeran kekaisaran Qin. Seperti apa dia? Apa dia seorang yang dikenalnya dimasa depan?

Magical Gate (Noren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang