36

6.1K 1K 129
                                    



Celah diantara kelopak mata perlahan terbuka. Tertegun sejenak, mengingat peristiwa yang terjadi sebelum berakhir disini; di atas ranjang sembari memeluk sang istri yang terlelap damai.

"Haechan kecelakaan"

Dua kata itu kembali ternginang dibenak. Gusar yang berusaha ditutupi kini terkuak tanpa bisa dicegah.

Tak dipungkiri, Jeno sama khawatirnya dengan Renjun. Terlebih susunan takdir kembali seperti semula.

Dikehidupan yang lalu, kematian shaman Na menjadi awal dimulainya makar yang digawangi oleh Ibu Suri. Disusul rencana pembunuhan Lee Donghyuck yang berhasil digagalkan oleh Renjun dengan cara mengirim istri dari Lee Minhyung itu ke daratan Jepang melalu perantara saudagar Nakamato.

Yang terakhir Park Xiyeon; selir tingkas satu bergelar Uibin itu meninggal karena teh beracun yang diberikan Ibu Suri.

Kalau takdir berjalan sesuai dengan peristiwa di kehidupan lalu, maka reinkarnasi dari shaman Na, Lee Donghyuck dan Park Xiyeon akan mengalami kejadian yang kurang lebih sama.



Tapi ada satu yang tidak kau tau Jeno-ya dan mungkin Renjun lupa menceritakannya padamu.. bahwasanya Park Xiyeon dimasa lalu mati karena ulahnya sendiri.

Park Xiyeon mengirim sihir pada sang Ratu, dan sihir hitam itu berbalik memakan jiwanya. Teh beracun yang diberikan Ibu Suri hanyalah perantara tuk merenggut jiwa sampai keakar.

Dan ada dua kematian lain yang Jeno lewatkan, yaitu kematian sang Raja dan sang Ratu. Dua kematian yang terjadi namun tidak terjadi; karena jiwa Jeno dan Renjun masuk pada raga yang telah kosong, menggantikan roh yang telah pergi kepelukan Dewa, menghidupkan lagi yang seharusnya telah mati.

Andai saja Jeno dan Renjun tidak melewati gerbang sihir yang berujung menggantikan jiwa yang telah mangkat dari raga; maka tiga peristiwa yang Jeno perkarakan itu tidak akan terjadi.

Shaman Na dan Park Xiyeon tidak akan mati. Serta Donghyuck tak perlu pergi ke dataran Jepang demi menyelamatkan diri.



Ck, sebenarnya sejak awal tidak ada yang salah. Sejak awal tidak ada yang perlu ditakuti. Hanya saja takdir begitu kurang kerjaan mempermainkan kehidupan; sedang bosan butuh hiburan hingga mengubah labirin yang seharusnya hanya memiliki dua tikungan menjadi penuh liku dan halang rintang.

Labirin takdir memang tak bisa dibelokkan; yah, itu berlaku bagi manusia. Tapi hal serupa tidak berlaku bagi takdir itu sendiri.

Curangnya...

Ibarat kata, takdir adalah penulis dan manusia adalah tokohnya. Tak ada yang bisa dilakukan para tokoh selain mengikuti alur cerita yang dibuat penulis yang hobi mengaduk-aduk perasaan pembacanya dengan menyengsarakan tokoh utama.

Hebat bukan? Sudah emosi belum? Ah, pasti ingin menghujat kan? Terlebih setelah semua yang dilalui Jeno dan Renjun yang kalau ditilik... tidak kunjung meraih kebahagiaan sejati. Adaaaa saja yang merecoki.





Kembali pada Jeno yang masih betah memeluk Renjun sembari memikirkan kisah cinta mereka yang diwarnai sendu.

Dibalik selimut tangannya bergerak, mengelus perut buncit Renjun lembut. Tak ingin mengusik tidur sang istri yang pasti kelalahan usai melayaninya dua jam yang lalu.

Jeno terpaksa melakukannya. Sebab, setelah mendapat kabar dari Jaemin kalau Haechan kecelakaan, Renjun bersikeras ingin ke r.s memastikan jika Haechan baik-baik saja.

Berakhir keduanya berdebat. Beruntung ada Winwin yang langsung menghendel Jisung. Mengungsikan si kecil ke kamar yang ada dilantai dua. Dan pada waktu yang bersamaan Lucas datang, tak ingin ikut campur dalam perdebatan tersebut, lelaki Wong itu pun memilih berjaga diluar apartemen. Menyebar anggota familia Lee seenak jidatnya dengan menjual nama Jeno agar tak ada yang membantah.

Magical Gate (Noren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang