Note: putar musiknya biar gereget.
Akhirya aku kembali yeorobun... happy reading!!
.
.
.
Sisa waktu: 10 menit, 22 detik.
Renjun POV
Bersama dengan alunan instrumen musik, aku melangkah maju sembari mengenang memori masa lalu. Memori yang menjadi salah satu alasan untuk ku bahagia, alasan terkuat mengapa aku memilih untuk pergi dari pada tinggal.
Meski banyak sekali alasan untuk menetap, tapi tanpa yang satu itu aku merasa hampa.. tak berguna.
Jika diingat, pertemuan pertama ku dengan Jeno tak bisa dibilang baik. Saling menodongkan senjata disertai tatapan ingin membunuh satu sama lain, juga hawa mencekam permusuhan masa lalu yang sejatinya tak kami pahami.
Pertemuan kedua tak seperti yang pertama, namun tak jauh lebih baik. Aku anak pindahan dari China, waktu itu aku berinisiatif menjelajahi sekolah baru tanpa bantuan teman dan malah berakhir bertatap muka dengan Jeno yang sedang berciuman panas dengan seorang siswi disebuah kelas yang sudah tak terpakai.
Ugh, mengingat kejadian itu membuatku ingin sekali melempar Jeno dengan sepatu.
Tapi pertemuan kedua itu yang membuatku jatuh cinta pun dengan Jeno yang mengakuinya dengan gamblang beberapa waktu yang lalu, berbeda dengan ku yang lebih memilih untuk bungkam.
Sulit dipercaya bukan? Jatuh cinta pada musuh bebuyutan keluarga layaknya drama picisan yang digandrungi remaja belia. Aku pun enggan mengakuinya, tapi semakin diabaikan semakin menjadi. Terlebih Jeno tak membiarkan ku hidup tenang selama disekolah. Ada saja ulahnya yang membuatku naik darah, yang berakhir membuatku memikirkan cara tuk membalasnya selama seharian penuh.
Satu minggu berisi tujuh hari. Tujuh hari itu pula aku dan Jeno terlibat perseteruan. Diakhir pekan pun kami seringkali bertemu, entah itu di pesta yang diadakan kolega bisnis orang tua atau tak sengaja berselisih jalan. Setiap kali bertemu, detik itu juga masalah timbul diantara kami.
Mengingatnya membuatku tegelitik. Pintar sekali takdir menarik atensi kami, memanipulasi ingatan hingga yang ku pikirkan hanya cara untuk membalas perbuatan Jeno begitu pun sebaliknya.
Takdir... jika kisah ini harus berakhir dengan lara, bolehkan aku meminta beberapa saat saja? Beberapa detik untuk mengatakan betapa aku mencintainya, betapa aku ingin bersamanya tuk yang terakhir kalinya.
Renjun POV end
Rintik air jatuh membahasai bumi yang juga diberkahi cahaya matahari. Langit biru seakan tak berarti kala bias cahaya yang melewati celah lembut buliran air memantul menghasilkan pelangi.
Keindahan semu yang sang pelangi bawa mengalihkan perhatian dari kesedihan yang terwakilkan oleh langit. Birunya angkasa tak ubahnya sebuah kedok. Sepoi angin yang membawa embun air perlahan membekukan jiwa yang berserah pada takdir.
Langkah Renjun berhenti, beberapa saat kemudian suara pastor membacakan sumpah menggema diseluruh penjuru ruangan yang hening.
Dibawah rintik hujan yang semakin menjadi, ikrar suci yang selayaknya membawa debar didada nyatanya memakan serpihan hati yang mustahil direngkuh lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magical Gate (Noren)
FanficGerbang sihir akan terbuka setiap tujuh bulan purnama sekali. Hutan menjadi tamengnya, dan hanya orang yang 'membutuhkan' lah yang bisa melaluinya. Serta, akan ada pertukaran didalamnya. Namun yang datang akan pergi, yang pergi akan kembali dan per...